Ir. Dodid Murdhohardono, MSc
Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
Konsisten dengan cita-citanya untuk keluar dari kota kelahiran, membuat Ir. Dodid Murdhohardono, MSc, pria kelahiran Kota Pelajar, Yogyakarta 29 September 1955 ini memilih merantau ke Bandung, Jawa Barat. Pilihan karier yang diambilnya adalah menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS).
“Saya alumni UGM tahun 1974 dan Alhamdulilah lulus tahun 1981, sejak 1981 itu saya diterima sebagai pegawai harian dan diangkat sebagai PNS tahun 1983 sampai sekarang,” kata Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan ini.
Dodid –panggilan akrabnya- sangat bersyukur atas pekerjaan yang didapatnya tersebut. Ia pun menekuninya dengan sepenuh hati atas karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada dirinya. Apalagi mengingat masa kecilnya yang sangat sederhana karena berasal dari keluarga tidak mampu semakin memacu semangat kerjanya.
Perlahan namun pasti, jenjang karier Dodid pun meningkat setapak demi setapak. Setelah resmi menjadi PNS, ia kemudian diangkat menjadi Kepala Seksi. Berkat ketekunan dan kepintarannya, jabatannya terus naik. Puncaknya sejak satu tahun terakhir, ia menjabat sebagai Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan.
“Saya sebenarnya berasal dari keluarga tidak mampu. Sejak SMP saya membantu orang tua bekerja sebagai penjahit. Pekerjaan menjahit terus saya jalani sampai saya mahasiswa. Kalau mahasiswa zaman dahulu lulusnya lama sekali sudah wajar, tetapi saya lebih lama karena ditambah dengan ketiadaan biaya sehingga saya harus ikut proyek dosen terlebih dahulu. Karena kalau mengandalkan ikut kerja di orang tua sudah tidak ‘nutut’ lagi. Akibatnya thesis saya baru selesai setelah tiga tahun” tegasnya.
Menurut Dodid, ketertarikannya kepada Ilmu Geologi tidak lepas dari kecintaannya kepada alam dan lingkungan. Tidak heran, sejak SMA ia sudah tergabung dalam kegiatan pecinta alam dan sangat menggemari kemping serta kegiatan luar ruangan lainnya. Hal inilah yang membuat ia tidak pernah mengeluh ketika harus bertugas di lapangan selama beberapa hari atau bulan. Begitu juga dengan keluarganya yang menjadi terbiasa ketika harus ditinggal selama beberapa bulan ke luar Jawa untuk melaksanakan tugas.
“Alhamdulilah, karena kita orang geologi keluarga juga mendukung dan terbiasa ketita ditinggalkan berminggu-minggu di lapangan. Dulu malah hitungannya bulanan baru pulang ke rumah. Dahulu kita membantu Departemen Transmigrasi ke Sumatera atau Kalimantan itu bisa tiga bulan baru pulang. Kalau sekarang tinggal satu atau dua hari sehingga sudah tidak masalah,” kata ayah lima orang anak dari pernikahannya dengan Mara Romdonah ini.
Ir. Dodid Murdhohardono, MSc menungkapkan bahwa sesuai dengan tugas dan fungsinya, Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan bersifat inventarisasi data dan penelitian. Tetapi sejak berubah nama, tugas lembaga yang dipimpinnya semakin berat.
“Kita memiliki tiga bidang tugas, yaitu air tanah, geologi teknik dan geologi lingkungan. Dalam bidang air tanah mempunyai tugas inventarisasi dan penelitian air tanah serta kebijakan dalam pengelolaan air tanah di seluruh Indonesia. Dalam mengatasi beberapa kendala pada pembangunan infrastruktur maupun bangunan strategis, bidang geologi teknik mempunyai tugas untuk memmecahkan permasalahan tersebut. Karena selama ini UU Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah mengenai Tata Ruang dari sektor ESDM sering tidak terakomodir dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi maupun Kabupaten/Kota sehingga dari bidag geologi lingkungan mempunyai tugas untuk memberikan substansi sektor ESDM pada revisi tata ruang nasional, provinsi mapun kabupaten/kota,” tandasnya.
“Tahun ini diharapkan 290 Perda Tata Ruang dapat diselesaikan revisinya, di dalamnya sektor ESDM harus memasukan kawasan peruntukan pertambangan (KPP) dalam setiap RTRW, karena kalau KPP tidak terakomodir dalam setiap RTRW, maka kegiatan ESDM di provinsi dan kabupaten/kota tidak akan bisa dilaksanakan,” tegasnya.
Permukaan Air Tanah Turun
Dodid menjelaskan salah satu tugasnya adalah menjaga ketersediaan air tanah. Dengan proses terbentuknya air tanah yang mencapai ratusan bahkan ribuan tahun sampai bisa diambil di mata air atau di sumur, kekritisan air bersih di perkotaan bisa dibilang menjadi persoalan yang sering terjadi. Saat ini di kota-kota besar sudah mengalami kekritisan air bersih, sementara di daerah itu kekeringan sudah secara rutin terjadi setiap tahun. Akibatnya, permukaan air tanah semakin turun yang menimbulkan daya rusak, karena diambil dalam jumlah besar secara terus menerus oleh industri dan masyarakat, air tanah semakin tergedradasi dan menyebabkan air laut masuk menggantikan posisi air tanah.
Efek lainnya dari pengambilan air tanah secara terus menerus adalah permukaan tanah yang turun, di Jakarta penurunan permukaan tanah mencapai kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Seperti Kemayoran dengan kecepatan sekitar 4 cm per tahun sementara Cengkareng setiap tahun permukaan tanah melesak sedalam 9-10 cm.
“Oleh karenanya banjir di Jakarta menjadi sulit diantisipasi. Oleh karena itu, karena permukaan tanah sudah tidak bisa dinaikkan lagi kita harus mengerem penurunan itu. Salah satunya adalah dengan membatasi pengambilan air tanahnya, karena itu menjadi penyebab penurunan permukaan tanah. Yaitu, sebelumnya pada pori-pori tanah ada air tanah tetapi setelah diambil air tanahnya maka tekanan air porinya menjadi berkurang dan tanah mengalami pemampatan. Inilah daya rusak air tanah, mulai penurunan muka tanah, infiltrasi air laut dan lain-lain,” tegasnya.
Menurut Dodid, kondisi serupa tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tetapi juga Semarang dan Bandung. Di Semarang bahkan jauh lebih parah karena termasuk jenis tanah muda yang baru terbentuk ratusan tahun yang lalu. Ditambah adanya luapan air laut atau rob yang menyebabkan rata-rata penurunan tanah mencapai 9 cm per tahun di panati Semarang ke arah timur.
Sedangkan yang terjadi di Bandung -menurut pendapat ahli geologi merupakan tanah lunak yang mengalami pemampatan dengan kecepatan penurunan tanahnya mencapai 6 cm per tahun. Salah satu akibatnya, Sungai Citarum terus membanjiri wilayah Bandung Selatan setiap tahun di musim penghujan. “Kalau kita harus mengatasi masalah ini harus dilakukan secara holistic. Ya menanggulangi banjir, penurunan muka air tanah, kemudian reboisasi di daerah hulu juga harus dilakukan,” imbuhnya.
Saran yang diberikan kepada masyarakat di wilayah Jakarta dan Semarang adalah untuk mengoptimalkan PDAM dengan melakukan treatment dari air permukaan menjadi air bersih. Karena air tanah sudah semakin tergedradasi dan membahayakan bagi lingkungan. Sebagai seorang ahli, setiap dua tahun sekali instansi yang dia pimpin memetakan daerah konservasi air tanah untuk menetapkan zona rawan, kritis atau masih aman.
“Di Jakarta, kerusakan sudah terjadi di wilayah Pulogadung, Kamal dan Kota. Jadi kita beritahukan ke Pemda, bahwa dalam sampai kedalaman tertentu sudah tidak boleh ada bor baru sesuai dengan tingkat kerusakannya. Mungkin yang boleh diambil hanya di kedalaman di bawah 250 meter,” tegasnya.
Menurut putra ketiga pasangan R Sutrisno Hadiwinoto dan Mursidah ini, sebenarnya semua permukaan tanah menjadi daerah resapan air, khususnya dengan tanah berkontur pasir. Dalam kasus ini, hanya tanah lempung yang tidak bisa menyerap tanah sehingga harus dibor terlebih dahulu untuk mengetahui lapisan pasir dalam membuat sumur resapan. “Kalau tanah lempung percuma karena tidak mampu menyerap air.
Kita juga berharap pemda memiliki saluran resapan, seperti saluran irigasi yang tidak tertutup. Kita juga sarankan untuk membuat kolam resapan untuk permukaan, kemudian kita harus buat sumur resapan dalam. Kalau di Jakarta di situ yang masih bagus kita buat sumur resapan dalam, kita bor dan disalurkan ke dalam tanah secara gravitasi,” kata pengagum Bung Karno ini.
Dodid menambahkan, sejak tahun 1995 selain tugas regulasi dan inventarisasi, lembaga yang dipimpinnya juga diharuskan menyediakan air bersih di daerah sulit air. Kita tahun ini diminta menyediakan air bersih mulai dari Gunung Kidul sampai Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste. “Kalau semua tugas sudah dapat terlaksana dengan baik sudah menjadi satu kebanggaan tersendiri. Karena tugas kita meliputi seluruh Indonesia yang meskipun tidak terkenal, tetapi tugasnya cukup berat,” ujarnya.
Ir. Dodid Mudhohardono, MSc meminta kepada generasi muda untuk melihat semua kegiatan, baik penambangan, pengambilan air tanah, minyak atau gas dari sisi lingkungan. Karena dengan begitu, pembangunan khususnya di sektor ESDM terus berkelanjutan. Mengingat kegiatan-kegiatan pertambangan selalu mengubah lingkungan yang ada.
Sementara bagi orang luar, kegiatan pertambangan mempunyai image jelas merusak lingkungan. Sehingga bagaimana kita mengubah fungsi dan peruntukan wilayah tersebut, dan setelah selesai kegiatan penambangan kita kembalikan atau dilakukan reklamasi, meskipun tidak kembali seperti semula, tetapi kita atur sesuai lingkungan yang ada. Makanya kementerian ESDM tidak hanya menggarap tambang, tetapi juga perencanaan paska penambangan,” imbuhnya.
Sekilas Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG)
Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) adalah salah satu unit kerja di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. PAG mempunyai latar belakang sejarah sejak tahun 1978 dengan nama Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Tahun 2001 berubah nama menjadi Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan. Pada tahun 2005 berubah nama menjadi Pusat Lingkungan Geologi dengan perubahan tugas yang bertitikberat ke arah penelitian dan pelayanan. Dan terakhir pada tahun 2010 berubah nama lagi menjadi Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan.
Visi Pusat Lingkungan Geologi
Mejadi institusi rujukan dalam bidang penelitian, penyelidikan, dan pemberian rekomendasi serta penyediaan, pengelolaan dan pelayanan yang terpercaya dalam mewujudkan pengelolaaan air tanah, pengelolaan pengawasan pertambangan, penataan ruang, dan pengembangan wilayah berbasis geologi lingkungan.
Misi Pusat Lingkungan Geologi
1. Mewujudkan informasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah yang handal serta rujukan untuk rekomendasi penyusunan kebijakan dan pengaturan, pedoman dan prosedur penelitian implementasi pengelolaan tata ruang dan lingkungan
2. Mencapai rekomendasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah yang dipergunakan dalam setiap penyusunan tata ruang, pengelolaan lingkungan dan air tanah, rekontruksii dan rehabilitasi lingkungan pasca bencana
3. Mencapai pelayanan informasi bidang geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah yang efektif, memuaskan pelanggan dan menjangkau masyarakat luas
4. Menjadikan sumber daya manusia dan organisasi sebai rujukan terpercaya dan mitra terdepan dalam bidang penelitian dan pelayanan informasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah
Sumber Daya Manusia
Dengan kekuatan lebih kurang 150 tenaga ahli, Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah menghasilkan beberapa produk yang antara lain berupa Peta Hidrogeologi skala 1 : 250.000, Peta Konservasi Airtanah skala 1 : 100.000, Peta Geologi Teknik skala 1 : 100.000, Peta Gerakan Tanah skala 1 : 100.000 dan Peta Geologi Lingkungan skala 1 : 100.000.
Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan juga telah banyak melaksanakan beberapa proyek kerjasama teknik dalam bidang Geologi Lingkungan, Geologi Teknik dan Air Tanah baik dengan lembaga atau instansi dalam negeri seperti: Kantor Menteri Lingkungan Hidup, Bapedal dan Bapedalda, Departemen Pekerjaan umum, Bappeda, Dinas Pertambangan, Dinas Sosial, Dinas kebersihan dan Pertamanan maupun lembaga internasional seperti : BGR (Jerman), USGS (Amerika Serikat), AMF (Australia), AQUATER (Italia), GSJ, JICA, SEC dan ERSDAC (Jepang), ITC (Belanda), SGU (Swedia) serta CCOP. Dalam rangka ikut membantu dunia pendidikan, Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan menerima kerja praktek bagi pelajar dan mahasiswa dari berbagai Sekolah dan Perguruan Tinggi baik dalam maupun luar negeri untuk bidang komputer, SIG dan geologi.