Prof. dr. Hardi Darmawan
- 12 September 2013
- Profesional
RS RK Charitas :
Hidup Kubaktikan Untuk Kepentingan dan Manfaat Orang Banyak
Dengan motto “In OmnibusCharitas”, yang memiliki arti, kasih dalam segalanya, Rumah Sakit RK Charitas mencoba memaknai arti motto tersebut untuk semua orang. Motto ini menjiwai dalam setiap pelayanan di Rumah Sakit RK Charitas, agar dapat memberi manfaat bagi orang banyak. “Kewajiban kita dalam kehidupan adalah harus melakukan hal yang bermanfaat bagi orang banyak, dan bersumbangsih serta menciptakan berkah bagi masyarakat,” ungkap Prof. dr. Hardi Darmawan, MPH&TM, FRSTM.
Charitas sendiri memiliki arti berupa kasih sayang, derma, beramal, atau amal. Dari catatan Suster Wilhelmina –salah satu perintis Rumah Sakit RK Charitas–,Kongregasi Fransiskus Charitas (dulu Kongregasi Franseskanes Charitas) , ingin agar perawatan di daerah misi, sesuai dengan tuntutan-tuntutan yang rasional dan harapan dari rumah sakit yang modern.Karya ‘Charitas’ jangan dilakukan setengah-setengah saja, karenanama Charitas menunjuk pada cinta kasih yang begitu besar sehingga tidak cukup dengan menyuruh pasien pulang sesudah memperolehperawatan.
Suster- suster Fransiskus Charitasmenyelenggarakan perawatan keliling dan kunjungan rumah. Dengan dijiwai oleh cita-cita ibu pendiri –yakni Sr. Theresia Saelmaekers–, yaitu dalam kegembiraan, kesederhanaan dan cinta kasih untuk menolong orang lain. Seraya berdoa dan mengorbankan diri, menampakan kegembiraan hidup di antara orang sakit dan yang berkekurangan.
Rumah Sakit RK Charitas memiliki Visi: tahun 2015 menjadi Rumah Sakit terbaik di Indonesia dalam keselamatan pasien dan mutu pelayanan, yang mampu menyenangkan pelanggan. Sedangkan misinya, adalah ingin (1) Memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan terkini di dukung dengan IPTEK dan SDM yang profesional dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. (2) Memberikan pelayanan yang paripurna, bersifat transparan, aman, adil, bertanggung jawab, akuntabilitas dan berlandaskan dimensi spiritualitas. (3) Menciptakan Sumber Daya Manusia yang kompeten, berempati, berperilaku baik, visioner dan mengembangkan budaya komunikasi dengan sikap mendengarkan, membangun kerjasama, dialog interpersonal, jernih dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. (4) Memperhatikan kesejahteraan karyawan dan memperlakukan karyawan sebagai keluarga besar Rumah Sakit RK. Charitas.
Strategi dan Kiat RS RK Charitas
Strategi dan kiat yang diterapkan Rumah Sakit RK Charitas untuk menjadi besar, adalah dengan mengkombinasikan unsur yang ideal antara strategic service intent (jiwa layanan) dan kiat, seperti bagan di bawah ini :
Strategis Service Intent
Jiwa Layanan
Care : Membuat pelanggan merasa diperhatikan dan dilayani dengan baik
Convenience & comfort : Membuat pelanggan merasa mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam memperoleh informasi maupun kebutuhan yang diperlukan.
Safety : Petugas/staff karyawan memperhatikan dan melaksanakan program keselamatan pasien yang selalu dimonitor dan dievaluasi dan ada umpan balik
Patient/ family participation : Pasien/Keluarga dilibatkan dalam proses penyelesaian permasalahan yang dihadapi.
Holistik : Selalu melayani pelanggan sebagai manusia seutuhnya, baik jasmani, jiwa, maupun rohani ( Biopsiko Sosial )
Kiat
Sedangkan keunggulan differensiasi, diversifikasi dan inovasi RS RK Charitas, berupa :
Keunggulan differensiasi : Putting the patient first.
Fokus : Patient Centeredness Care
Nilai- nilai (value ) RS. RK Charitas:
SISTERES :
- Spirituality
Kita menumbuhkembangkan cinta kasih, kreatifitas, inovasi diantara sesama pelayan
dan pelanggan.
-
Integritas
Hubungan antar manusia yang berdasarkan kejujuran, keadilan dan kebijaksanaan, berhati nurani sosial.
-
Stewardship
Pelayanan kesehatan masyarakat holistik, humanistik, untuk keadaan sehat (well being) masyarakat.
-
Trust
Berperilaku yang menimbulkan kepercayaan dan bertanggungjawab.
-
Excellence
Memberikan pelayanan kesehatan bermutu terbaik (optimal), perawatan penderita (patient care) melalui pembelajaran individu dan organisasi dan perbaikan berkesinambungan melalui pendidikan, latihan, penelitian dengan sumber daya manusia yang ada secara kreatif, efektif, efisien, relevan dan akurat.
-
Respect
Kita menghormati (menghargai) memahami kebenaran (perbedaan) harkat, martabat, dan ketergantungan semua manusia.
-
Empathy
Berlaku empati untuk menunjang/membantu semua orang mencapai keseimbangan dan kehidupan sehat.
-
System
Berpikir secara sistem (system thinking) semua karyawan termasuk Direksi, Yayasan harus memiliki kemampuan berpikir secara sistem, berfikir secara menyeluruh dan memahami dengan benar tentang pengaruh, kaitan, ketergantungan setiap unsur dalam sistem, guna mewujudkan tujuan yang akandicapai khususnya dalam kaitannya dengan strategis pembaharuan dan persaingan yang ada.
Keunggulan:
- High technology – High touch
- Komputerisasi RS Pertama di bidang asuhan keperawatan
- Patient Safety Award I Tahun 2006 ( Penghargaan secara Nasional yang diberikan oleh Menteri Kesehatan)
- Penghargaan-Penghargaan:
Tahun |
Penghargaan |
Dari |
1991 |
Pataka “Nugraha Karya Husada Tingkat II |
MenKes RI |
1991 |
Juara I Lomba Kebersihan RS SeKodya Palembang |
Kanwil DepKes RI |
1994 |
Penampilan Terbaik Kedua Tahun 1994 Bidang Upaya Penerapan Standar Pelayanan, Penampilan RS dan Penanggulangan Kanker |
MenKes RI |
1999 |
Peringkat 10 Pembayar Pajak untuk Daerah SumSel, lampung & Bengkulu) |
DepKeu RI |
Perusahaan Peserta Jamsostek Teladan I Kategori 500 tenaga kerja ke atas |
PT. Astek |
|
1994 |
Penampilan Terbaik Kedua RSU Swasta Setingkat Kelas B tahun 1994 |
MenKes RI |
1998 |
Lulus Akreditasi RS 5 Pelayanan |
KARS /DepKes |
2002 |
Kinerja Terbaik Bidang Lingkungan Hidup |
PemKot Palembang |
2003 |
Piagam Penghargaan Teladan Bidang Keselamatan dan kesehatan Kerja |
Gubernur Sumsel |
2005 |
Penghargaan Kecelakaan Nihil |
Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi |
2005 |
Lulus Akreditasi RS 12 Pelayanan |
KARS /DepKes |
2005 |
Penghargaan Sebagai Tim Relawan Tsunami Aceh |
Menkes RI |
2006 |
Penghargaan RS. Terbaik I ~ Patient Safety |
PERSI Pusat |
2007 |
Juara Harapan I Lomba Poster World Alliance for Patient Safety Indonesia 2007 “Clean Care is Safer Care” | Depkes RI & WHO |
2008 |
Juara IV Lomba Persi Award – IHMA 2008 (Presentasi Implementasi Pencegahan Keselamatan Pasien jatuh di RS. RK. Charitas) |
PERSI Pusat |
2008 |
Juara II Lomba Poster Implamentasi Pasien Jatuh di Rumah Sakit |
PERSI Pusat |
2009 |
Juara III Lomba Persi Award (“Menccgah Kejadian Tidak Diharapkan dalam Pelayanan Tranfusi Darah Melalui Penerapan Daftar Tilik, Pemantauan Reaksi Tranfusi , Pemeriksaan Uji Saring dan Golongan Darah Ulang di RS. RK. Charitas Palembang”) |
PERSI Pusat |
2009 |
Juara IV Lomba Poster (“Menccgah Kejadian Tidak Diharapkan dalam Pelayanan Tranfusi Darah Melalui Penerapan Daftar Tilik, Pemantauan Reaksi Tranfusi , Pemeriksaan Uji Saring dan Golongan Darah Ulang di RS. RK. Charitas Palembang”) |
PERSI Pusat |
2010 |
The Best of Palembang Service ExcellentChampion,category Hospital |
Markplus Inc |
Des 2010 |
The Best Facility – Bali & Singapore |
Asuransi Graha Medika |
2011 |
Lulus Akreditasi Bank Darah 2011-2014 | KARS /DepKes |
2011 | Pusat Rujukan atas Kegiatan SEA Games | |
2011 |
Lulus Akreditasi RS 16 Pelayanan |
KARS /DepKes |
2011 |
The Best of Palembang Service Excellent Champion,category Hospital |
Markplus Inc |
2012 |
Penghargaan Perusahaan terbaik Penerapan SMK3 |
Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang |
Okt 2012 |
Juara I Lomba Poster Pasien Safety |
PERSI Pusat |
Feb 2013 |
The Best of Palembang Service Excellent Champion,category Hospital |
Markplus Inc |
Feb 2013 |
Certified Indonesia International Award Winner 2013 as The Best Hospital & Service Excellent of The Year |
World Achievement Association |
Mei 2013 |
Juara Harapan II, Lomba Dance Hand Hygiene dalam rangka International Nurses Day |
RSUP Moh. Hoesin, Palembang |
Note: PERSI : Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
Diversifikasi
Rumah Sakit RK Charitas melayani seluruh lapisan masyarakat, terutama option for the poor, karena itu Rumah Sakit RK Charitas menyambut baik kerja sama dengan RENA dan Smile Train untuk program operasi bibir sumbing. Untuk lebih memperluas jangkauan kepada mereka yang membutuhkan, Yayasan Rumah Sakit Charitas mendirikan rumah sakit satelit di beberapa daerah, baik di kota maupun di daerah transmigrasi dan terpencil, seperti: Palembang (RS Myria, RS Karya Asih, BP/RB Bakti Kasih Cab. Charitas Sekojo), Belitang (BP/RB Panti Bhakti Kasih Charitas dan BP/RB Panti Bhakti Kasih Charitas), , Tanjung Sakti (BP/BKIA Charitas Tanjung Sakti) Tugumlyo-Musi Rawas (BP/RB St. Maria), daerah transmigrasi Pasang Surut Jalur 20 Purwodadi (BP/RB Charitas Cab. Pasang Surut), Bengkulu (RS Hana Charitas), Klepu-Yogyakarta (RS Panti Bhakti Ningsih), Timika-Papua (RS Mitra Masyarakat Charitas Timika).
Selain dalam bidang kesehatan, Yayasan Rumah Sakit Charitas juga ingin meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui bidang pendidikan. Didirikanlah Yayasan Pendidikan Charitas di Bangka Belitung, Batam, Belitang, dan Jakarta. Sementara itu, di Palembang didirikan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Perdhaki Charitas.
Inovasi Rumah Sakit
Rumah Sakit RK Charitas melakukan inovasi dengan melakukan Benchmarking dan kolaborasi dengan rumah sakit di dalam dan luar negeri. Selain itu, Rumah Sakit RK Charitas berupaya untuk memberikan Customer Service Excellence, dimana karyawan Rumah Sakit RK Charitas diharapkan: (1) tampil ramah. Perawat diharapkan selalu mengingat dan menyebut nama pasien ketika sedang melayani pasien. Karyawan Rumah Sakit RK Charitas diharapkan memiliki pergaulan yang luas dan dapat menjangkau berbagai kalangan; (2) tampil sopan dan penuh hormat. Karyawan diwajibkan untuk tampil tidak hanya dengan pakaian yang sopan tetapi juga dengan attitude yang sopan, serta penuh hormat, baik dengan sesama karyawan maupun dengan pelanggan. Dalam situasi pekerjaan sehari-hari yang cukup padat, karyawan selalu diingatkan untuk selalu mengucapkan “apa yang bisa kami bantu?”, “mohon maaf” dan “terima kasih”. Ketiga kata ini mewakili pribadi yang sederhana dan terbuka; (3) tampil dengan pengetahuan dan keterampilan yang mantap (Profesional). Untuk bisa sampai pada tahap ini, tentu saja harus didasari dengan sikap senang membaca dan belajar. Belajar dari pengetahuan maupun belajar dari pengalaman orang lain; (4) tampil rapi. Dengan membiasakan diri disiplin, kita tidak akan menolak pada kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan. Tidak menolak pada kewajiban, kita dapat tampil rapi, baik dalam penampilan maupun hasil pekerjaan; (5) tampil care. Untuk bisa tampil care, harus didasari dengan keihklasan untuk memberi dan melayani, selain itu juga memiliki pribadi yang senang menyenangkan orang lain.
Setiap perawat harus : SENYUM
S : Sigap dan salami dengan tulus dan sopan serta pelihara harga diri pasien
E : Empati terhadap perasan dan masalah pasien
N : Nalar, nyatakan respon positif terhadap masalah pasien dan jadilah pendengar aktif yang baik
Y : Yakin bahwa anda mengerti masalah pasien dan siap membantu
U : Upayakan gagasan pasien
M : Mengucapkan terima kasih dan meminta maaf yang tulus.
Selanjutnya Hardi mengungkapkan bahwasannya, obsesi Rumah Sakit RK Charitas adalah bagaimana menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit berkelas dunia atau World Class Hospital. Untuk menjadi rumah sakit berkelas, pihaknya menyikapi persaingan dengan rumah sakit swasta atau pemerintah lainnya dengan blue ocean strategy. Yakni salah satu ciri penting praktik kedokteran modern, seperti kehadiran dan dominasi teknologi kedokteran canggih dengan High Touch tetapi tetap mengutamakan Patient Centered Care. Menurutnya, hampir semua proses asuhan medis membutuhkan dukungan tes medis, apakah itu demi tujuan menegakkan penyakit, pengobatan tindakan medis dan pecegahan, promosi kesehatan. Lebih dua puluh tahun yang lalu, menyetir pernyataan John Naisbitt, Hardi mengungkapkan frase yang sangat terkenal dalam buku John Naisbitt yang sangat laris : Megatrend : 10 New Transforming Our Lives, yakni :”High – tech / High touch”. Sayangnya apa yang terjadi dalam praktik kedokteran tidak sejalan seperti yang diharapkan oleh John Naisbitt. Inilah kelemahan praktik kedokteran modern yang terus menuai kritik karena layanan yang bersifat : high tech – low touch. Dr. Mimi Guarneri penulis buku The Heart Speaks, seorang kardiolog terkenal, memberikan komentar mengenai sikap dokter : “Beberapa dokter modern memiliki mental montir dengan menganggap tugas mereka adalah menemukan masalah secepat mungkin dan segera memperbaikinya, dan bukannya membangun hubungan jangka panjang, “papar Hardi panjang lebar.
Peran Pasien Rumah Sakit
Pasien berasal dari kata patients, yang akarnya adalah patio yang berarti orang yang menderita. Eric Cassel, seorang psikiater yang banyak menggeluti masalah penderitaan, memberikan definisi penderitaan (suffering) sebagai suatu keadaan distress (ketidaknyamanan) yang berat yang dihubungkan dengan suatu peristiwa yang mengancam keutuhan atau integritas seseorang. Penderitaan tidak hanya mempengaruhi fisik atau psikologis, melainkan mempengaruhi secara keseluruhan (whole being), baik itu fisik, emosi, mental, spiritual dan aspek kehidupan sosial. Sebagai seorang pasien, ia mengalami penderitaan fisik, mental dan spiritual.
Menurut Thomas (2005), seorang dokter tidaklah cukup berperan sebagai “curer the disease”, lebih dari itu, yang diharapkan perannya adalah menjadi “healer of the sick”. Praktik kedokteran saat ini pada umumnya berorientasi pada proses cure atau mengobati dan berhenti pada penyembuhan fisik semata. Menurut arti katanya heal berasal dari kata whole (utuh atau menyeluruh). Beberapa pakar, seperti Cassell, Kubler – Ross dan Saunders memberikan definisi penyembuhan (healing) sebagai : “making whole again”, “becoming whole again” dan “finding wholeness”. Inilah yang menjadi tugas para dokter yang bertugas di rumah sakit – membuat utuh kembali dimensi pasien yang tercerai berai sebagaimana diungkapkan oleh Socrates : “The part can never be well unless the whole is well”.
Memahami aspek tersebut Rumah Sakit RK. Charitas, menurut Hardi, harus berani berpikir secara berbeda. Rumah Sakit RK. Charitas mempunyai komitmen yang kuat untuk memberikan layanan kepada pasien secara holistik. Pendekatan holistik adalah metode yang paling ideal dan merupakan perwujudan dari pelayanan yang berfokus pada pasien (lihat bagan Pendekatan Kedokteran Integratif yang Bersifat Holistik).
Hubungan dokter dan pasien diawali ketika pasien sepakat untuk dirawat oleh dokter atau saat pasien memeriksakan diri di poliklinik. Melalui interaksi dokter dan pasien secara kolaboratif, pasien mempunyai pengetahuan dan kesiapan untuk berubah. Melalui informasi, komunikasi dan edukasi yang intens baik dengan dokter maupun tenaga kesehatan lainnya yang disediakan oleh rumah sakit, pasien mempunyai pengetahuan dan keterampilan serta kesiapan untuk merubah gaya hidup. Pasien siap untuk mengelola dirinya sendiri. Dokter kemudian memberikan pengobatan atau tindakan medis sesuai kebutuhan pasien. Apabila diperlukan dokter akan merujuk pasien untuk menjalani pengobatan alternatif dan komplementer seperti akupuntur, psikoterapi, terapi herbal atau energi, olah raga, meditasi sesuai kebutuhan masing-masing pasien. Proses penyembuhan menjadi lebih optimal dan pasien menjadi semakin puas berkat pendekatan holistik.
Bagan Pendekatan Kedokteran Integratif Yang Bersifat Holistik
Hardi mengatakan yang diterapkan dalam membina Sumber Daya Manusia di rumah sakitnya adalah dengan melakukan penilaian kinerja karyawan setiap 1 (satu) tahun sekali, dari hasil tersebut akan diketahui hasil kinerja karyawan apakah baik, cukup dan kurang. Apabila hasil yang didapat “kurang” maka karyawan akan diberi pembinaan agar dapat bekerja lebih baik lagi. Selain itu Rumah Sakit RK Charitas juga memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan dan menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan tentang pekerjaannya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan beasiswa pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi karyawan-karyawan yang kinerja kerjanya baik.
“Kami juga memperhatikan dalam peningkatan karir karyawan, dengan melakukan rotasi, mutasi, promosi dan demosi. Untuk peningkatan kepribadian dan rohani karyawan, RS RK Charitas mengadakan rekoleksi, rekreasi dan outbound secara berkala bagi karyawan. Tak lupa, kesejahteraan karyawan baik dari segi penghasilan dan kesehatan karyawan pun kami perhatikan, “ujarnya.
Rencana dan target ke depannya, adalah dengan menciptakan rumusan strategi di masa datang, seperti : (1) Target Rumah Sakit RK. Charitas ke depan adalah tetap mempertahankan posisi sebagai Market Leader di tengah meningkatnya ancaman perubahan akibat perubahan lingkungan bisnis / kompetisi perumahsakitan, regulasi / medico legal dan ekonomi. (2) Penguatan competitiveness dipusatkan di area yang sudah menjadi kekuatan (strength) utama institusi, yaitu Brand Image Rumah Sakit RK. Charitas, terutama di kalangan masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan. (3) Kekuatan utama tersebut dikembangkan dengan model marketing yang kontemporer sesuai perkembangan jaman yang dinamis, regulasi pemerintah yang makin ketat dan tuntutan masyarakat yang makin tinggi terhadap pelayanan kesehatan.
Uraian Strategi, berikut ini : (1) Posisi Market Leader saat ini adalah hasil upaya berkesinambungan peningkatan mutu pelayanan selama ini. Upaya tersebut akan dilanjutkan, bahkan dengan intensitas yang semakin tinggi. (2) Kekuatan utama institusi adalah Visi, Misi dan Nilainya, yang menghasilkan Brand Image Rumah Sakit RK. Charitas, terutama di kalangan masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan. Maka strategi yang dipilih sebaiknya bertumpu pada area kekuatan utama tersebut. Diupayakan agar Rumah Sakit RK. Charitas makin mengakar di tengah masyarakat, dipercaya dan bahkan jadi ‘milik’ masyarakat. (3) Area kekuatan ini diwujudkan dalam bahasa strategi bisnis seperti misalnya Market Development atau Product Development dan lain sebagainya, yang secara operasional diartikan dengan mengembangkan pangsa pasar dengan strategi marketing yang tepat, yaitu pengembangan produk yang sudah ada atau menciptakan produk yang baru yang inovatif. (4) Pengembangan produk lama ataupun diversifikasi produk baru, tetap konsisten dengan misi dan nilai institusi yaitu In Omnibus Charitas. Yang berbeda adalah kemasan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan perkembangan jaman masa kini. a.) Patient Centeredness adalah contoh kemasan baru yang bersifat universal. Bila diisi dan diperkaya dengan roh dan nilai utama yaitu In Omnibus Charitas, maka akan ‘tampil beda’ dibandingkan provider lain dalam hal ‘Sentuhan Manusiawi’. Tanpa mengurangi nilai luhur yang diperjuangkan selama ini, dalam bahasa marketing, mutu produk kemasan baru akan unggul, lebih menyentuh dengan ‘cita rasa’ yang lebih tinggi. (Contoh : Supermi, The Botol/Kotak Sosro, Air Mineral Kemasan, dll) b. Nilai Utama Rumah Sakit RK Charitas perlu secara gencar dipasarkan ke personel dan pelanggan (shared value) sehingga menjadi milik bersama. Rumah Sakit mendekatkan diri ke pasien, keluarga dan masyarakat, baik secara fisik maupun akses informasi dan komunikasi. Strategi marketingnya adalah Open Source and Collaborative/Participative.
Menanggapi harapannya terhadap pemerintah dalam dunia kesehatan, khususnya bidang usaha rumah sakit, Hardi mengatakan, pemerintah, dinas kesehatan dan instansi terkait terbina kerjasama-kemitraan dalam rangka pembinaan kesehatan masyarakat.
Sejarah berdirinya RS RK Charitas
Rumah Sakit RK Charitas yang berkembang hingga sekarang berawal dari sebuah rumah sakit kecil yang menggunakan rumah milik pribadi orang Belanda. Rumah sakit ini sejak tahun 1915 dibuka dan dikelola oleh Yayasan Perawatan Orang sakit ( Vereeniging Voor Ziekenverpleging). Sasaran pelayanan dikhususkan pada pasien orang Eropa di Palembang. Rumah sakit ini hanya memiliki satu orang dokter, beberapa perawat, dan beberapa pegawai penunjang medis, yang semuanya adalah orang Eropa. Karena eksploitasi rumah sakit begitu besar, mereka tidak sanggup membiayainya dan merencanakan untuk ditutup. Pastor Henricus Van Oort SCJ mendengar hal itu dan cepat mengambil kesempatan membelinya walaupun belum tahu siapa yang akan mengelolanya.
Maka pada tahun 1926 Pastor Henricus Van Oort SCJ menghubungi Pastor Henricus Smeets yang direncanakan menjadi Prefek Apostolik Bengkulu tapi masih berada di Belanda agar mencari tenaga suster untuk mengelola Rumah Sakit tersebut.Pastor Smeet SCY bertemu Mgr. Hopmans, Uskup Keuskupan Breda untuk mengungkapkan kebutuhan tersebut. Mgr Hopman menyarankan agar menemui Moeder Maria Vincentia FCh,Pemimpin Kongregasi Suster-Suster Fransikanes Charitas Roosendaal. Permintaan Pastor Smeets ditanggapi dengan baik oleh Moeder Vincentia Pemimpin Umum Kongregasi Charitas. Dalam waktu relatif singkat ditetapkan 5 suster yang akan diutus ke tanah misi. Mereka adalah:
1. Sr. M. Raymunda Hermans
2. Sr. M. Catharina Koning
3. Sr. M. Alacoque Van Den Linden
4. Sr. M. Caecilia Luyte
5. Sr. M. Wilhelmina Blesgraf
Di antara suster- suster tersebut ada tiga suster yang mempunyai ijazah perawat, yaitu Sr. Raymunda, Suster Alacoque, Sr. Wilhelmina sedangkan Sr. Chatarin dan Sr. Caecilia bukan perawat . Di tanah misi Sr. Chatarin bertugas di kamar cuci dan Sr. Caecilia bertugas di dapur. Percaya akan penyertaan Allah dan akan pemenuhan janjiNya inilah yang memampukan mereka pergi ke tempat baru, memulai sesuatu yang baru demi ketaatannya, kepercayaannya, dan kecintaannya pada Allah. Pada tanggal 1 Juni 1926, Mereka berangkat bersama dengan seorang misionaris SCJ yang bernama Pastor Henricus Hermelink. Hari Jumat tanggal 09 Juli 1926 pukul 05.00 mereka sampai di pelabuhan Boom Baru. Motto “ Charitas Christi Urget Nos” Kasih Kristusyang menggerakan mereka” menjadi roh atau semangat yang mendayai hidup karya perutusannya. Kelima suster tersebut memulai karyanya di Indonesia tepatnya di wilayah misi kota Palembang, Jalan Jendral Sudirman 1054.Rumah sakit yang dikelolah suster- suster adalah rumah sakit yang menampung 14-16 pasien khusus orang Eropa. Tahun 1927, kelima suster memperluas rumah sakit dengan membangun kamar–kamar baru supaya dapat menampung para pasien pribumi, orang-orang Tionghoa, Arab, India, dan Jepang yang tinggal di Palembang. Akhir tahun 1927 telah tersedia ruang rawat inap yang terdiri dari17 tempat tidur untuk orang dewasa yang berasal dari Eropa, 20 tempat tidur untuk orang dewasa pribumi dan Tionghoa. Untuk anak-anak Eropa ada 7 tempat tidur. Dan 3 tempat tidur untuk anak anak pribumi.
Untuk memberikan pelayanan yang lebih luas mereka mencari jalan lain, yaitu dengan mengadakan kunjungan rumah. Setiap hari 2 orang suster keluar masuk lorong keliling kota Palembang. Dengan perkembangan yang ada, dirasakan kurangnya tenaga, maka Kongregasi Charitas di Roosendal kembali mengirim tenaga para susternya untuk membantu, yakni di tahun 1927 dikirimlah Sr. Borgia; tahun 1928 dikirimlah Sr. Alexandra; tahun 1929 dikirimlah Sr. Pasedia, Sr. Agnesia, Sr. Barbara dan Sr. Servatia; tahun 1930 dikirimlah Sr. Hilaria; tahun 1932 dikirimlah Sr. Brigitte (Perawat), dan di tahun 1934, dikirimlah Sr. Rheynilda (Bidan) dan sr. Benigna (Perawat).
Pada tahun 1937 dimulai peletakan batu pertama, tanggal 18 Januari 1938 dilaksanakan peresmian pembukaan Rumah Sakit RK. Charitas yang baru oleh Mgr. Meckelholt, SCJ. Rumah Sakit RK. Charitas yang baru mempunyai kapasitas 59 tempat tidur. Lambat laun dirasakan kurangnya kembali tenaga, maka untuk melengkapi tenaga di Rumah Sakit, tanggal 1 Maret 1938 Charitas Roossendal mengirim 4 orang Suster lagi, yakni tiga orang tenaga perawat: Sr. Amantia, Sr. Theresito dan Sr. Redempta; dan satu suster yang mengurusi rumah tangga, yakni Sr. Dorothea. Bersama dengan keberangkatan mereka ke Palembang, dibawa juga alat Rontgen. Pada tanggal 29 September 1938 menyusul Sr. Paula dan Sr. Pacomia. Keduanya sebagai tenaga perawat dan bidan. Pada tahun 1939 datang Sr. Gemma sebagai tenaga perawat menyusul suster-suster yang lain. Melihat perkembangan yang ada dan kebutuhan tambahan tenaga yang diperlukan maka diutuslah ke Indonesia
Tahun 1947 : Sr. Leonilla : sebagai tenaga analis
Sr. Yustina : sebagai bagian rumah tangga
Sr. Yosina : sebagai bagian rumah tangga
Sr. Blandina : sebagai tenaga perawat
Tahun 1948 : Sr. Sergia : sebagai tenaga perawat
Sr. Evermoda : sebagai tenaga perawat
Tahun 1950 : Sr. Annete : sebagai tenaga perawat
Sr. Amantia : sebagai tenaga perawat
Selama penjajahan Jepang, Rumah Sakit RK. Charitas menjadi markas bagi staf tentara Jepang. Tempat-tempat yang dijadikan markas adalah Biara, Paviliun Maria (Kebidanan), Paviliun Theresia (Kanak-kanak) dan Perkantoran. Segera setelah pembebasan orang Belanda dari internir, Sr. Alacoque selaku Missi Overste/Direktris Rumah Sakit RK. Charitas berusaha mendapatkan kembali Rumah Sakit RK. Charitas dan menempatinya.
Pada tanggal 28 September 1945 Rumah Sakit RK. Charitas dapat ditempati kembali dibawah pengawasan Dienst der Volk Gezondheid (DVG). Kemudian diusahakan dan berhasil untuk mendapatkan pengesahan secara resmi pengembalian Rumah Sakit RK.Charitas Palembang dengan surat:
-
Permohonan pengembalian Rumah Sakit RK.Charitas oleh Sr. Alacoque selaku Direktris/Missi Overste Kongregasi Charitas Indonesia No. 208/AC tanggal 14 April 1948.
-
Surat Rekomendasi dari Central Missie Bureau tanggal 21 April 1948 No.314.
-
Surat Rekomendasi dari Gouv. Secretariat tanggal 27 Februari 1948 No. 17824.
-
Surat Keputusan dari Dienst der Volk Gezondheid (DVG) yang isinya antara lain: memutuskan pengembalian Rumah Sakit RK. Charitas Palembang terhitung mulai tanggal 1 Juli 1948 kepada Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas termasuk eksploitasinya.
Surat Keputusan ini dikeluarkan tanggal 25 Agustus 1948 ditandatangani Sekretaris Kepala Departemen Kesehatan Batavia Dr. Y.E. Karamoy. Untuk mendapatkan tenaga perawatan yang terampil, maka pada tahun 1947 mulai didirikan Sekolah Jururawat dan pada tahun 1955 diubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat. Pada tahun 1951 dibuka Sekolah Kebidanan . Menurut peraturan yang berlaku pada tahun 1957/1958 semua badan asing harus di Indonesia-kan. Oleh sebab itu pada tanggal 29 Maret 1958 dibentuklah Yayasan Charitas dengan Akta Pendirian No. 65. Untuk mempermudah pengelolaan Rumah Sakit RK Charitas Palembang ini, dibentuklah Yayasan baru yang khusus untuk mengelola Rumah Sakit RK. Charitas, yaitu pada tanggal 3 November 1981 dengan Akta Pendirian No. 8 dengan nama Yayasan Rumah Sakit Charitas.
Dari tahun 1938 sampai dengan tahun 1977 pengembangan bangunan Rumah Sakit Charitas dilakukan berdasarkan situasi darurat yang sedikit dipaksakan oleh kebutuhan masyarakat akan kebutuhan perawatan orang sakit yang semakin mendesak. Keadaan ini mempunyai pengaruh yang kurang menunjang operasional Rumah Sakit baik segi ekonomi, ketatagunaan maupun segi-segi lain seperti kenyamanan bagi penderita, staf dan pengunjung.Rencana Rumah Sakit RK. Charitas disusun pada tahun 1981 oleh Yayasan Rumah Sakit Charitas dan Dewan Direksi Rumah Sakit RK. Charitas.Pada tanggal 5 Oktober 1983 adalah awal pengembangan pembangunan RS RK Charitas dengan peletakan batu pertama untuk:
- Bangunan ruang-ruang perawatan untuk unit penyakit dalam dan bedah dengan kapasitas tempat tidur 170.
- Bangunan untuk sarana penunjang (Diagnostik-Treatment) .
Pada tahun 1986 gedung perawatan berlantai tiga siap untuk dipakai dan sebelum dipakai dilaksanakan pemberkatan oleh Mgr. J.H. Soudant, SCJ, Uskup Palembang.
Adapun Direktur Rumah Sakit RK Charitas dari awal berdiri hingga hari ini adalah:
Tahun 1926-1946 : Sr. Alacoque
Tahun 1947-1953 : Dr. Bruna
Tahun 1953-1966 : Dr. B. Moenir
Tahun 1966-1999 : Dr. R. Gozali
Tahun 1999-sekarang : Prof. Dr. Hardi Darmawan, MPH&TM, FRSTM
Perjalanan Hidup
Lahir di Palembang, Kampung 7 Ulu Kapitan, bersekolah rakyat di bawah rumah panggung lantai tanah, Hardi kemudian pindah ke Sekolah Methodist English School di seberang Ilir Kota Palembang —Sekolah berbahasa Inggris yang dikelola oleh orang-orang Amerika. Memasuki usia remaja, ia bersekolah di SMP Xaverius dan aktif dalam aksi sosial kemanusiaan, dan melanjutkan di SMA Xaverius. Mengambil kuliah di Fakultas Kedokteran UNSRI Palembang, dan melanjutkan di berbagai perguruan tinggi di Negara lain seperti: Postgraduated in Tulane University New Orleans, USA; Harvard University; Kentucky University; California University. Dalam perjalanan karir, pernah menjadi Dokter Bea cukai; Dosen F.K. UNSRI sejak tahun 1968– sampai dengan sekarang dan menjadi Direktur Utama Rumah Sakit RK. Charitas sejak tahun 1999.
Prestasi yang membanggakan adalah mendapatkan:
Nama Penghargaan |
Tahun |
Diberikan oleh |
Fellow of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene |
1978 |
Royal Society of Tropical Medicine, London, UK |
Delta Omega Award |
1979 |
American Medical Association USA |
Honorary Kentuckian |
1979 |
Kentucky University, USA |
Satyalencana Karya Satya 20 tahun |
1990 |
Presiden Republik Indonesia |
Pediatric Grand Rounds Lecture |
1990 |
University of Kentucky College of Medicine |
Konsultan NMCP-PUM Belanda |
1988 |
Netherlands Management Cooperation Programme (NMCP), Belanda |
Alumnus Berprestasi |
2004 |
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya |
Satyalencana Karya Satya 30 Tahun |
2006 |
Presiden Republik Indonesia |
Patient Safety, Risk Management Award |
Nov 2006 |
Menkes RI / Persi |
Zero Accident Award |
2006 |
Wakil Presiden RI |
Adi Satya Utama |
2009 |
Ikatan Dokter Indonesia |
Palembang Marketeers Champion 2013 untuk sector: Healthcare, Pharmaceutical & Consumer |
2013 |
MarkPlus Inc. |
Menyikapi hal yang menarik tentang kehidupan, Hardi mengatakan, bahwasannya ia suka bekerja dengan rajin dan ulet rata-rata 16 jam /hari, kejujuran dan integritas adalah prinsip hidupnya. Hardi memiliki kepekaan yang tinggi. Ia membantu masyarakat yang kurang mampu dan aktif melakukan kegiatan sosial, seperti menjadi ketua Yayasan Jompo, pendiri dan anggota pengurus Perdhaki (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia) Wilayah Sumatera Bagian Selatan sejak tahun 1974, pernah menjadi dokter Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat SD dan SMP, memberikan beasiswa kepada keluarga-keluarga yang kurang mampu, membantu kesehatan masyarakat termasuk yang kurang mampu. Ia pun tak lupa untuk menyeimbangkan kehidupan sosialnya dengan kehidupan rumah tangga. Dalam mendidik anak, cinta kasih adalah pusat segalanya, sehingga harapannya anak dapat tumbuh dengan memiliki 5Q: Intelligence Quotient, Emotional Quotient, Social Quotient, Relational Quotient, dan Communication Quotient. Dalam hidup ada suka dan duka. Keterbatasan waktu dan tenaga untuk membantu lebih banyak orang merupakan suatu kedukaan tersendiri bagi Hardi. Memilih dunia kesehatan dalam berkarir, dilatarbelakangi oleh masa kanak-kanak Hardi yang tinggal di kampung 7 Ulu Kapitan, dimana banyak masyarakat kurang mampu tidak mendapat pelayanan kesehatan. “Sesuai dengan cita-cita dari kecil setelah melihat kekurangan pelayanan kesehatan di kampung sehingga tetangga selalu bertanya kepada saya, apakah saya mau menjadi dokter dan membantu orang-orang sakit dan lansia di kampung? “ujarnya.
Dukungan keluarga terhadap profesi yang Hardi pilih sangat tinggi. Cita-cita Hardi sangat dibantu oleh sang ayah, alm. Julianus Darmawan, yang walaupun sebagai Pegawai Negeri Sipil di Bank Indonesia, yang sangat terbatas keuangannya tetapi sang ayah bekerja ekstra pada saat malam hari untuk mencari dana tambahan untuk sekolah. Obsesi dan filosofi hidup Hardi sederhana, “hidup kubaktikan untuk kepentingan yang bermanfaat bagi orang banyak. Kewajiban kita dalam kehidupan adalah harus melakukan hal yang bermanfaat bagi orang banyak, kita segera bersumbangsih dan menciptakan berkah bagi masyarakat,” ujarnya mantap.
Pemerintah sangat membantu dalam profesi yang Hardi pilih, terutama pada Proyek Kesehatan Transmigrasi – Pasang Surut di Purwodadi, Jalur 20. Kesehatan Sekolah di sekolah – sekolah SD dan SMP Kota Palembang. “Saat ini saya diangkat sebagai Tim Ahli Kesehatan oleh Walikota Palembang; Anggota Dewan Pendidikan Sumatera Selatan yang diangkat oleh Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, sehingga memudahkan saya untuk berinteraksi dengan instansi pemerintahan, ketika saya memiliki gagasan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam hal pendidikan dan kesehatan. Selain itu, impian saya untuk membantu orang pun dapat saya realisasikan, bahkan saya dapat membantu lebih banyak orang, “paparnya mengakhiri percakapan.