Hidayat Wirasuwanda
Hidayat Wirasuwanda
Direktur Utama PT BPR Trisurya Marga Artha Bandung
Menjalankan BPR Dengan Niat yang Baik dan Benar
Semua kegiatan yang dijalankan dengan niat yang baik dan benar, akan memberikan hasil sesuai harapan. Prinsip tersebut bisa dibuktikan dalam pekerjaan apapun, baik dalam dunia usaha, jasa dan lain-lain. Syaratnya, dilakukan dengan semangat yang sama, dikerjakan secara tekun dan konsisten.
Kedua hal tersebut telah dipraktekkan di PT BPR Trisurya Marga Artha, Bandung. Bank perkreditan rakyat yang berdiri sejak 10 April 1994 ini terbukti mampu bertahan di tengah fluktuasi perekonomian Indonesia. BPR semakin maju setelah pada bulan Agustus 2007, terjadi pergantian kepemilikan.
“BPR di-take over oleh keluarga Bapak Iwan Setiawan. Saya yang bergabung sejal Februari 2007 tetap dipertahankan bahkan dipercaya memimpin BPR ini enam bulan kemudian. Apapun yang kita jalankan harus dilandasi dengan niat yang baik dan benar. Nah, dari niat baik dan benar itulah kita berharap mampu menghasilkan yang baik dan benar bagi debitur, owner maupun seluruh staf kami,” kata Hidayat Wirasuwanda, Direktur Utama PT BPR Trisurya Marga Artha Bandung.
Hidayat membuktikan dengan niat yang baik dan benar, BPR dibawah kepemimpinannya mengalami banyak kemajuan. Dari sepuluh orang karyawan, berkembang menjadi 90 orang dan mengelola dana miliaran rupiah. Bahkan, ia sudah berancang-ancang untuk membuka kantor cabang baru, di Bandung maupun daerah lain. Semua di wilayah Jawa Barat karena terbentur aturan Bank Indonesia, bahwa BPR hanya boleh beroperasi dalam satu provinsi saja.
Sikap serupa, lanjut Hidayat, diterapkan dalam melayani customer/pelanggan yang memanfaatkan jasa BPR. Kedatangan mereka, tentu dengan itikad baik yang harus diperlakukan dengan cara yang baik dan benar pula. Hasil akhirnya diharapkan akan menjadi kebaikan dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Hubungan baik antara pelanggan dan BPR tersebut terus dibina dan dipertahankan sehingga terjalin secara berkesinambungan.
“Ini tidak bisa kami bina sendiri. Seluruh karyawan mulai marketing, CSO, teller dan bagian kredit melakukannya agar hubungan baik dan personal approach tetap terjalin. Oleh karena itu, kita menjadikan karyawan dan karyawati sebagai suatu asset yang harus kita bina dan pelihara. Untuk itu, saya menyelenggarakan pendidikan dan training-training perbankan sesuai tugas masing-masing. Seperti CSO dengan program dari BI yang sangat terkenal ‘know your customer’ untuk mengenali calon customer,” tuturnya.
Membantu Masyarakat
Menurut Hidayat Wirasuwanda, pengelolaan BPR di seluruh Indonesia berada di bawah pengawasan Bank Indonesia. Otoritas perbankan Indonesia tersebut secara rutin mengadakan pembinaan terhadap operasional BPR. Apalagi, BPR sangat berperan penting dalam menggerakkan perekonomian rakyat karena terkait dengan pengusaha mikro. Yakni, bidang usaha yang tidak tersentuh oleh perbankan umum.
“BI rutin berkunjung selama empat sampai lima hari setiap tahun untuk melakukan pembinaan. Kami memang masih memerlukan pembinaan dan sangat membutuhkan saran-saran. Apa saja yang kurang harus kita perbaiki, baik dari pelayanan maupun hal-hal lainnya. Selain itu, kami juga mengadakan kerjasama pelatihan dengan ahli marketing, ahli akunting, ahli SDM untuk meningkatkan kinerja kami,” katanya.
Hidayat sadar, produk unggulan BPR yang dipimpinnya masih sangat terbatas, yakni tabungan, deposito berjangka dan kredit. Tetapi atas kebijaksanaan BI dan LPS, BPR diizinkan memberikan tingkat bunga lebih tinggi daripada bank umum pada produk tabungan dan deposito. Tujuan dari kebijaksanaan tersebut adalah untuk menarik nasabah sebanyak-banyaknya sehingga dana yang dapat disalurkan untuk kredit memadai.
Selama di Bandung, Hidayat mempelajari dan menganalisa banyaknya masyarakat yang “lari” ke rentenir untuk urusan keuangannya. Mereka lebih memilih meminjam dana dengan bunga mencekik leher sebesar 10-15 persen per bulan. Kemudahan syarat yang tidak berbelit-belit membuat masyarakat lebih senang berurusan dengan rentenir daripada BPR atau bank.
Ia berharap, dengan semakin berkembangnya unit BPR di Bandung maupun di Indonesia, praktek rentenir bisa ditekan. Karena terbukti, dengan bunga yang sangat tinggi tersebut bukan membantu perekonomian tetapi justru menghancurkan ekonomi rakyat. “Rentenir masih eksis di kota Bandung dan daerah lainnya. Saya berharap BPR mampu mengurangi kredit dengan bunga mencekik seperti itu,” harapnya.
Dengan kondisi perekonomian rakyat seperti itu, Hidayat melihat prospek BPR ke depan masih sangat cemerlang. Apalagi dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, potensi BPR untuk berkembang sangat luas. Hanya saja, kendala yang dihadapi saat ini adalah kerancuan “porsi” antara pangsa pasar BPR dan bank umum akibat tidak adanya peraturan yang jelas.
Dengan adanya otonomi daerah, Hidayat berharap agar pemerintah daerah mampu mendorong usulan kepada Bank Indonesia mengenai hal tersebut. Setidaknya, dengan semangat otonomi pemda mampu “menekan” BI untuk menerbitkan regulasi yang mengatur porsi dan ruang gerak yang jelas antara BPR dan bank konvensional. Demikain pula usulan kepada pihak BI agar lebih mempermudah izin pembukaan cabang-cabang baru bagi BPR.
“Jangan sampai bank umum memakan porsi BPR atau bank-bank besar bermain di sektor yang menjadi lahan kami. Pokoknya dalam hal ini sangat diperlukan aturan yang jelas. Selain itu, kami juga ingin mendapatkan kemudahan dalam pembukaan cabang BPR. Karena dengan banyaknya cabang, masyarakat kecil akan lebih mudah menjangkau layanan BPR dan mereka akan terbantu,” tuturnya.
Pendirian BPR, kisah Hidayat, harus mengikuti syarat yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia. Untuk kota Bandung, syarat minimal adalah modal disetor minimal Rp2 miliar dengan rekening di salah satu bank umum. Syarat kedua yang harus dipenuhi adalah memiliki tempat usaha atau gedung, SDM dan teknologi IT yang memadai. Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, sebuah BPR baru boleh beroperasi setelah ada izin dari BI setempat dan memberikan layanan kepada masyarakat.
“Saya tetap berharap, pembinaan BI kepada BPR masih terus berlangsung. Saya juga berdoa, mudah-mudahan perizinan bagi pembukaan BPR di daerah semakin mudah. Pemda juga memberikan kemudahan dalam perizinan seperti Surat izin tempat usaha. Karena perlu diingat bahwa kehadiran kami adalah untuk membantu Pemda dalam membina masyarakat kecil, pedagang kecil dan lain-lain. Untuk itu, kami akan membuka cabang baik di kota Bandung maupun kota lain di Jawa Barat. Itu obsesi saya,” ujarnya.
Karier Perbankan
Hidayat Wirasuwanda, lahir di Cianjur, 8 September 1951. Sarjana muda pendidikan IKIP Bandung tahun 1974 ini sejak semula sudah berkarier di dunia perbankan. Dua tahun setelah menyelesaikan pendidikannya, ia langsung bekerja di Bank BCA cabang Bandung. Di bank swasta terbesar di Indonesia itu ia menghabiskan kariernya sampai memasuki masa pensiun pada tahun 2006.
“Saya bekerja di Bank Swasta di Bandung, sejak Juli 1976, sebagai karyawan biasa. Di situ saya menjalani berbagai macam karier mulai karyawan bagian kredit dan bagian umum personalia. Kemudian saya di bagian ekspor impor antara tahun 1982 – 1991. Dari tahun 1992 – 2001 saya dipercaya sebagai Pemimpin Cabang Pembantu, tahun 2001-2006 saya dipercaya sebagai Kepala Operasional Cabang Cianjur sampai pensiun,” tuturnya.
Setelah pensiun, Hidayat tidak langsung berhenti berkarya. Usianya yang “baru” 55 tahun masih memungkinkan untuk bekerja dengan tantangan baru. Ia kembali ke Bandung dan menerima ajakan untuk bergabung dengan rekan dan keluarga Bapak Iwan Setiawan mengelola sebuah bank perkreditan rakyat pada tahun 2007. Justru di BPR inilah, ia mencapai puncak karier di dunia perbankan. Ia ditunjuk sebagai direktur utama setelah mengikuti pendidikan, yaitu kursus Direktur BPR yang diselenggarakan Lembaga Sertifikasi Profesi Lembaga Keuangan Mikro – CERTIF Jakarta pada bulan Agustus 2007.
“Setelah lulus, saya harus mengikuti fit and proper test di Bank Indonesia Bandung. Yakni untuk menguji kelayakan saya memimpin BPR sebagai direktur, dan Alhamdulilah saya lolos dan terhitung Agustus 2007 resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT BPR Trisurya Marga Artha Bandung. Itulah jenjang karier yang harus saya lewati dari karyawan menjadi direktur. Meskipun lembaganya kecil, tetapi secara professional jabatan direktur utama bagi saya sudah sangat hebat,” katanya.
Pengalaman selama puluhan tahun berkarier di perbankan, membuat Hidayat menguasai betul seluk beluk mengelola bank. Apalagi selama bertugas, ia menjalani berbagai pendidikan dan pelatihan yang menunjang profesi. Pendidikan dan pelatihan yang pernah dijalaninya antara lain, Kursus Impor dan Ekspor LPPI Jakarta, Kursus Pemimpin Cabang LPPI Jakarta, Kursus Advance Banking Managemen Program BNI 1946 Jakarta dan Kursus Direktur BPR LSP Lembaga Keuangan Mikro – CERTIF Jakarta.
Seluruh pencapain yang berhasil dilakukan Hidayat, tidak terlepas dari dukungan keluarga. Istri beserta satu orang anaknya tidak keberatan suami dan ayahnya pulang larut karena kesibukan pekerjaan. Apalagi, Hidayat sendiri tidak pernah “itung-itungan” dalam bekerja sehingga jam kerjanya pun menjadi semakin panjang.
“Keluarga terbiasa dengan aktivitas saya sebagai pekerja, sehingga mereka tetap mendukung, baik saat bekerja di bank swasta maupun di sini. Anak diberikan kebebasan untuk berkarier sesuai keinginannya. Saya persilakan untuk bekerja sesuai dengan bakat dan talenta yang dimiliki tidak harus mengikuti jejak orang tua,” tandasnya.
Kepada anaknya Hidayat hanya menekankan pentingnya untuk melakukan persiapan dalam menyongsong masa depan masing-masing. Setidaknya, penguasaan dan ilmu pengetahuan terhadap pekerjaan yang diinginkan harus dimiliki. Selain itu, semangat untuk terus belajar harus dipelihara karena belajar merupakan kewajiban seumur hidup bagi setiap manusia. Pada era sekarang ini, belajar bisa dilakukan melalui media apapun, baik dengan kursus, seminar maupun membaca buku.
“Hal itu juga harus dilakukan oleh generasi muda kita. Karena menuntut ilmu itu tidak akan ada habisnya, bahkan sampai ke negeri China selama kita mampu. Mereka harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya menjadi apapun sekarang ini. Siapa tahu kita diberikan kepercayaan untuk memimpin suatu usaha atau bahkan memiliki usaha sendiri yang lebih besar,” ungkapnya.
Hidayat juga berpesan, bahwa dalam bekerja harus dianggap sebagai ibadah. Karena berangkat dari niat ibadah, pekerjaan akan dilakukan dengan perasaan tulus dan ikhlas. Dari situ, tinggal berharap bahwa berkarya dengan cara dan niat yang benar hasilnya pun akan benar pula. “Kita harus berpikir positif dan bertindak secara positif pula. Selain itu, kita harus selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan,” ujarnya.
Sekilas Profil PT BPR Trisurya Marga Artha Bandung
PT BPR Trisurya Marga Artha adalah perusahaan yang bergerak di bidang Bank Perkreditan Rakyat, khususnya pembiayaan/kredit mikro bagi masyarakat. Berdiri pada tanggal 10 April 1994, produk-produk yang ada yaitu: Tabungan, Deposito Berjangka dan Kredit. Kredit yang disalurkan pada investasi, modal kerja dan konsumsi. PT BPR Trisurya Marga Artha memiliki visi “Menjadi Bank Perkreditan Rakyat yang terkemuka di bidang pembiayaan mikro dengan pelayanan terbaik”.
PT BPR Trisurya Marga Artha berharap kehadirannya dapat terus memberikan kontribusi positif di tanah air bagi pengembangan usaha mikro, oleh sebab itu akan membuka beberapa kantor cabang di Bandung dan kota-kota lainnya di Jawa Barat dengan menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan akurat bagi para nasabahnya. Serta dapat meningkatkan nilai investasi bagi para pemegang saham dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh karyawan/karyawati dan jajaran pengurus.
Visi
“Menjadi BPR yang terkemuka di bidang pembiayaan mikro dengan pelayanan yang terbaik”
Misi
Mendukung pengembangan usaha mikro
Menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Memberikan pelayanan yang cepat, benar dan akurat kepada nasabah
Meningkatkan nilai investasi bagi para pemegang saham dan kesejahteraan bagi seluruh pengurus, karyawan dan karyawati
Profil nasabah PT BPR Trisurya Marga Artha
Pertanian/Peternakan:
Tani padi
Tani sayur
Tani jamur
Ternak jangkrik
Ternak bebek
Ternak ayam
Ternak sapi
Ternak kambing
Ternak kelinci
Perdagangan:
Warung kelontongan
Warung nasi
Warung sembako
Jual bubur
Jual sayur
Jual ayam potong
Jual ayam goreng
Jual hasil bumi
Jual koran/majalah
Jual beli alat elektronik
Jual beli barang bekas
Jual beli motor/mobil
Jual beli pakaian
Jual beli handphone
Jual beli kain
Jual aksesoris
Kreditan barang
Jual alat-alat kesehatan
Jual jamu
Jual ATK
Jual buah-buahan
Jasa:
Bengkel mobil
Bengkel motor
Bengkel las
Bengkel bubut
Service barang elektronik
Salon
Rias pengantin
Laundry
Tambal ban
Makloon
Kontraktor
Kost-kostan
Klinik gigi
Klinik umum
Kamasan
Warnet
Rental PS
Rental komputer
Jahit
Loper koran
Paket lebaran
Fotocopy
Industri:
Pembuatan sepatu/tas/topi/dan lain-lain
Pembuatan makanan ringan
Pembuatan meubeul
Pembuatan kue
Pembuatan telor asin
Konveksi jaket/border baju/pakaian jadi
Pembuatan sangkar burung
Percetakan
Pembuatan tahu