Tag: Menurut Berlilana

Berlilana S, PS.Kom, MSi

No Comments

Ketua STMIK AMIKOM Purwokerto

Menciptakan SDM Berbasis Teknologi Informasi

Perkembangan dunia sekarang tidak bisa dilepaskan dengan teknologi informasi (IT). Hampir seluruh kebutuhan manusia bisa dipastikan menggunakan teknologi informasi sebagai penunjang kegiatannya. Bisa dikatakan, sejak bangun tidur sampai menjelang tidur lagi, manusia dikelilingi peralatan yang didalamnya memiliki unsur teknologi informasi.

Meskipun demikian, perkembangan dunia IT di Indonesia bisa dikatakan tertinggal dibandingkan negara lain. Seperti Singapura dan Malaysia, jauh meninggalkan Indonesia dalam penggunaan IT bagi warganya. Faktor biaya akses IT yang mahal di Indonesia merupakan salah satu hambatan besar yang membuat tertinggal. Sementara dari sisi SDM, sebenarnya masyarakat Indonesia tidak kalah berkualitas. Apalagi banyak pendidikan tinggi yang mendedikasikan pengembangan SDM khusus IT di Indonesia.

“Kami memiliki visi dan misi menciptakan SDM yang mampu bersaing di dunia internasional, berbasis pada teknologi informasi atau IT. Untuk itu, kami menyusun kurikulum menyesuaikan dengan dunia kerja dengan dukungan fasilitas memadai. Semua itu untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di dunia IT yang menurut pantaun saya masih agak tertinggal. Itu menjadi persoalan dan PRODUK bersama agar kita menyusul dan menyamai perkembangan dunia IT di negara lain,” kata Berlilana S, PS Kom, MSi., Ketua STMIK AMIKOM Purwokerto.

Menurut Berlilana, kondisi tersebut disebabkan oleh efek pembangunan yang tidak merata di Indonesia. Akibatnya, insfrastruktur yang disediakan pemerintah hanya dinikmati oleh penduduk di wilayah tertentu seperti perkotaan. Sementara bagi penduduk pedesaan harus hidup dengan segala keterbatasan dan harus mengandalkan potensi alam yang ada.

Kondisi seperti itulah, yang menghambat perkembangan dunia IT di Indonesia. Akibat pembangunan infrastruktur yang tidak merata, berimbas pada dunia IT di Indonesia meskipun potensi untuk berkembang sangat besar. Menurut Berlilana, untuk mempercepat akselerasi kemajuan IT di Indonesia ada beberapa hal yang harus dibenahi. Pertama dengan memompakan semangat dari dalam diri sendiri dalam menyikapi kemajuan negara-negara luar agar terpacu untuk menjadi lebih baik.

“Setidaknya, minimal harus menyamai mereka. Tetapi semua itu membutuhkan dukungan pemerintah, dalam rangka membuat kebijakan agar teknoloni informasi yang ada di negara kita berkembang dengan baik. Kita bersyukur dengan adanya Keminfo menunjukkkan pemerintah sudah memiliki komitmen terhadap perkembangan IT di negara kita. Mudah-mudahan, adanya kementerian khusus seperti itu, kita mampu bersaing di negara luar,” ujarnya.

Filosofi Pohon Pisang

Berlilana S, PS.Kom, MSi, lahir di Jakarta, 2 Desember 1973. Setelah lulus kuliah dan bergelar sarjana, ia berusaha mewujudkan cita-citanya, menjadi dosen. Langkah yang dilakukannya adalah dengan melamar pekerjaan sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta maupun Purwokerto. Nilai indeks prestasi yang pas-pasan adalah alasan ditolaknya lamaran yang diajukannya.

“Akhirnya saya bekerja di asuransi serta beberapa perusahan swasta di Jakarta. Tetapi saya tidak betah karena jiwa pendidik dan cita-cita sebagai guru/dosen begitu tinggi. Akhirnya cita-cita saya kesampain, pada bulan Maret 1998 saya diterima sebagai dosen di Lembaga Pendidikan IMKI Prima. Lembaga ini merupakan grup Primagama yang bergerak di bidang pendidikan diploma Profesi Komputer 1 tahun,” kisahnya.

Berlilana bekerja mengawali karier di IMKI Prima sebagai tenaga humas dan pengajar. Tahun 2002, ia dipercaya menjadi pimpinan cabang IMKI Prima Purwokerto. Dibawah pimpinannya, perkembangan IMKI Prima Purwokerto mengalami kemajuan yang sangat pesat sampai tahun 2005. Melihat perkembangan IMKI Prima Purwokerto yang sangat pesat tersebut, Manajemen Pusat dan STMIK AMIKOM Yogyakarta tertarik dan mendirikan STMIK AMIKOM Purwokerto. Di bawah arahan dan binaan Prof. Dr. M. Suyanto, Berlilana terpilih untuk menjadi Ketua STMIK AMIKOM Purwokerto hingga sekarang ini.

Semua yang dilakukan Berlilana, tidak terlepas dari pesan almarhum ayahnya pada saat kecil. Pelajaran yang sangat berharga adalah bagaimana seseorang mampu menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Seorang manusia harus bisa menyerupai pohon pisang dalam kehidupan. Karena pohon pisang, dari akar sampai pucuk daunnya dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menurut sang ayah, akar pohon pisang dapat digunakan sebagai obat-obatan, batangnya untuk panggung pagelaran wayang kulit, daunnya untuk membungkus, buahnya sangat bergizi, kulit buah untuk pakan ternak dan lain-lain.

“Yang lebih hebat lagi, pohon pisang tidak akan mati sebelum menghasilkan sesuatu yang berguna yaitu buah. Kalau ditebang sebelum berbuah dia akan tumbuh lagi dan apabila sudah berbuah, dia siap mati tetapi sudah menyiapkan tunas-tunas pisang baru yang siap menggantikan posisinya. Filosofi ini sangat membekas sekali di hati dan membuat saya berusaha terus hidup sampai menghasilkan sesuatu untuk diri sendiri, keluarga dan bangsa ini. Saya baru siap ‘mati’ setelah menyiapkan tunas-tunas pengganti, generasi penerus yang lebih handal. Salah satunya adalah mahasiswa-mahasiswa saya yang walaupun bukan anak sendiri tetapi bisa sukses itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi diri saya,” tuturnya.

Sebenarnya, cita-cita Berlilana di masa kecil adalah menjadi seorang pilot meniru kesuksesan pamannya yang bekerja sebagai pilot. Namun, karena filosofi pohon pisang lebih kuat menariknya untuk berguna bagi orang lain dengan menjadi pendidik. Setelah tercapai cita-citanya menjadi pendidik, ia merasa sangat puas apalagi tanggapan masyarakat terhadap profesi yang ditekuninya pun sangat baik. Semua itu menjadi “benteng” baginya untuk tidak berbuat salah yang dapat mencemari profesinya sebagai seorang pendidik

Berlilana mengakui bahwa menjadi seorang pendidik merupakan kebahagian tersendiri. Apalagi ia berkesempatan merintis perguruan tinggi ini –STMIK AMIKOM Purwokerto- dari awal berdirinya sampai sekarang. Dari modal seadanya dan kampus menumpang, sekarang mempunyai kampus sendiri yang cukup megah, lima lantai dengan fasilitas lengkap. Semua pencapaian itu, tidak lepas dari dukungan luar biasa dari keluarganya. Karena mereka merelakan ayah dan suaminya bekerja sampai larut malam dan mengurangi jatah libur bersama.

“Keluarga sangat mendukung. Terutama istri saya, Dwi Murni Handayani dan ke tiga anak saya, Muhammad Agriawan Satria Utama, Kayla Fatimatuzzahra, Aisyah Mulia Permata Akhir. Bagi saya, profesi apapun yang nanti ditekuni anak-anak akan saya bebaskan asalkan mereka nantinya bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Seperti filosofi pohon pisang yang diajarkan kakeknya,” ungkapnya.

Barlilana menilai, perkembangan pendidikan di Indonesia sudah cukup baik. Meskipun demikian, perbaikan dan pemerataan antara kota dan desa perlu diperhatikan yang terkait dengan fasilitas pendukung proses pembelajaran. Begitu juga perbedaan lembaga pendidikan negeri dan swasta, di mana sekolah/perguruan tinggi negeri sepenuhnya disubsidi dan dibantu pemerintah. Sementara lembaga pendidikan swasta jauh lebih mandiri meskipun harus diakui menjadi salah satu penyebab kesenjangan dan ketimpangan yang sangat jauh pada dunia pendidikan di Indonesia.

“Perkembangan dunia pendidikan kita sudah bagus, terbukti banyak prestasi-prestasi anak bangsa di level perlombaan tingkat dunia. Hanya saja kadang komitmen penyelenggara pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Jangan sampai dengan semakin banyaknya putra bangsa yang berprestasi, justru bangsa lain yang memanfaatkan kecemerlangan dan kemampuan otaknya,” tegasnya.

Agent of Change

Sebagai orang yang terbiasa membina generasi muda, Berlilana sangat memahami kondisi generasi muda sekarang ini. Dengan membanjirnya informasi melalui TV dan teknologi IT, tentu saja cukup banyak dampak negative dan positif yang ditimbulkan. Positifnya, kehadiran teknologi apabila disikapi dengan baik akan sangat membantu kehidupan manusia. Namun, apabila disikapi secara keliru sisi negative dari teknologi juga sangat mengkhawatirkan.

Ia mencontohkan bagaimana internet sekarang sudah sangat merakyat. Seluruh lapisan masyarakat mampu mengakses jaringan internet dengan bebas dan murah. Apalagi, teknologi hand phone yang semakin canggih dengan tariff operator murah, membuat internet bisa diakses dari mana saja. Namun sangat disayangkan sesuatu yang baik itu tidak bisa digunakan, sekadar iseng, ikut-ikutan atau penggunaan tidak bermanfaat lainnya.

Dalam pandangannya, salah satu “korban” dari perkembangan teknologi informasi tersebut adalah generasi muda. Dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, telah menyeret generasi muda untuk beralih kepada segala sesuatu yang serba cepat, praktis, instant dan lain-lain. Celakanya, kondisi tersebut diperparah dengan tayangan televisi yang tidak mendidik dan hanya menjual mimpi saja.

“Semua itu jelas-jelas mematikan kreativitas generasi muda. Ini sangat berbeda dengan generasi muda di zaman saya atau sebelumnya. Padahal, sebagai generasi muda kita harus siap menjadi agent of change terkait perubahan teknologi yang sangat cepat itu. Sebagai generasi muda kita harus siap menerima perubahan tadi, karena teknologi kalau digunakan dengan benar sangat ampuh bagi kemajuan kita. Tetapi di sisi lain, teknologi apabila disalahgunakan akan menjadi mesin pembunuh bagi karakter kita sendiri,” tandasnya.

Salah satu ketakutan yang timbul terhadap tayangan televisi yang tidak mendidik adalah minimnya kelahiran pemimpin di negeri ini. Kreativitas dari generasi muda yang kering dan tidak bermakna, membuat perkembangan bangsa ke depan cukup mengkhawatirkan. Artinya, ke depan Indonesia akan semakin sedikit melahirkan entrepreneur handal di bidangnya masing-masing. Padahal, entrepreneur membuat ketahanan bangsa terhadap krisis ekonomi sangat tinggi.

“Pendidikan entrepreneur sangat penting karena negara kita sangat sedikit orang-orang yang berwira usaha. Contohnya di Singapura 2 % penduduknya adalah seorang wirausaha, sedangkan di Indonesia masih jauh, sekitar 0,6 % saja. Karena kebanyakan pendidikan sekarang banyak menciptakan seorang karyawan atau pekerja saja,” ungkapnya.

Sekolah Tinggi Nomor Satu

STMIK AMIKOM Purwokerto setelah lima tahun berjalan semakin menunjukkan perkembangan yang baik. Berbagai kerjasama dengan pihak lain terus dijalin sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah tinggi ini. Selain mempekerjakan 62 dosen muda bergelar S2, STMIK juga mengundang dosen tamu dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Kerjasama juga dilakukan dengan alumni STMIK AMIKOM Purwokerto yang sudah bekerja di perusahaan-perusahaan. Tujuannya agar mengajak adik-adiknya untuk bekerja di perusahaan-perusahaan mereka agar bisa mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. “Kita bekerjasama dengan Microsoft Indonesia. Kita juga ditunjuk oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk menyelenggarakan sertifikasi Profesi di Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan-perusahaan dan industri di Indonesia sudah mempercayai AMIKOM,” tuturnya.

STMIK AMIKOM Purwokerto cukup menarik minat calon mahasiswa di sekitar eks Karesidenan Banyumas. Artinya masyarakat di wilayah kabupaten Banyumas, Purwokerto, Cilacap dan lain-lain, mempercayai AMIKOM sebagai perguruan tinggi yang menjadi rujukan utama. Bahkan dari website Dikti, AMIKOM menduduki level tertinggi dari jumlah mahasiswa se Jawa Tengah. Di Purwokerta sendiri, terdapat 11 perguruan tinggi yang sama, tetapi STMIK AMIKOM Purwokerto tetap menjadi yang nomor satu bahkan di tingkat Jawa Tengah untuk perguruan tinggi swasta bidang komputer.

Beberapa program unggulan AMIKOM sangat diminati oleh mahasiswa. Antara lain, multimedia, yakni kemampuan multimedia yang berbeda dengan perguruan tinggi lain. Di mana para mahasiswa dibekali agar betul-betul menguasai materi dengan baik. STIMIK juga memberikan soft skill kepada mahasiswa berkaitan dengan pengembangan diri, dimulai sejak mahasiswa baru sampai menjelang kelulusan.

“Tujuannya agar mahasiswa nanti memiliki pengembangan kepribadian yang positif. Ketiga, desain kurikulum kita itu lebih kita arahkan agar mereka mampu menjadi technopreneur seperti bisa membuka usaha, berusaha atau bahkan bekerja pada saat mereka masih berstatus mahasiswa. Ini yang membedakan antara STMIK AMIKOM Purwokerto dengan perguruan tinggi lainnya,” ungkapnya.

Jumlah mahasiswa STIMIK AMIKOM Purwokerto sampai memasuki tahun kelima mencapai 1600 mahasiswa dan meluluskan tiga kali angkatan. Berlilana berharap, lima tahun pertama AMIKOM menjadi perguruan tinggi IT terbesar di Jawa Tengah. Harapan tersebut tercapai dengan sukses –sesuai data Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah sehingga ditingkatkan target programnya. Target lima tahun kedua adalah membangun STMIK menjadi lebih besar dan bisa berbicara di level internasional.

“Di mana ada target-target khusus, bahwa perguruan tinggi kami tahun ini bisa teakreditasi dari BAN PT. Target kedua menyusun standar mutu internasional yang akan didukung dengan ISO maupun standar mutu nasional yang mana standar mutu tersebut membuat semua pekerjaan di semua lini sudah tersistem dengan baik. Ketiga, bahwa kita tetap menjaga kepercayaan masyarakat agar STMIK AMIKOM ini tetap positif dan keberadaannya bisa diterima masyarakat luas. Seperti induk kami, STMIK AMIKOM Yogyakarta yang dipilih UNESCO menjadi perguruan tinggi percontohan tingkat dunia yang dikelola secara entrepreneur,” tegas Berlilana.