Tag: satu

Kurnia

No Comments

Kurnia
CV Hazna Indonesia/Shasmira

Membangun Indonesia Menjadi Kiblat Fashion Muslim Dunia

Umat Islam semenjak zaman Nabi Muhammad SAW telah menentukan kiblat untuk shalat, menghadap Kabah. Tetapi seiring perjalanan waktu, terjadi pergeseran kiblat umat Islam. Bukan lagi menuju Kabah, tetapi mengarah ke Bandung, Indonesia. Namun jangan salah sangka, karena kiblat yang mengarah ke Bandung bukan untuk shalat dan ibadah yang lain. Kiblat umat Islam ke Kota Kembang adalah tren fashion busana muslim.

Pencetus tren tersebut adalah CV Hazna Indonesia, produsen segala pernak-pernik busana muslim. Mulai kerudung atau jilbab, baju gamis, kopiah, sarung, sajadah, dan lain-lain. Dengan mempekerjakan, 40 staf, 100 penjahit dan 600 pengrajin, Hazna Indonesia dengan brand Shasmira telah hadir di 55 kota di Indonesia. Bahkan, produk busana muslim Haznah Indonesia telah menjangkau Brunei, Singapura, Malaysia dan Bangladesh.

“Ide awalnya dari istri saya untuk membuat kado spesial berupa kerudung sebagai oleh-oleh sepulang ibadah haji. Ternyata kerudung desain istri saya tersebut sangat disukai. Dan, karena kebetulan istri saya berkerudung kami memutuskan untuk mengembangkan produk ini sebagai sebuah bisnis,” kata Kurnia, pemilik dan pendiri CV Hazna Indonesia/Shasmira.

Saat itu, sebenarnya Kurnia sendiri masih bekerja di perusahaan swasta. Ia mencoba membuat beberapa kerudung dengan desain minimalis yang ternyata sangat disukai konsumen saat dilempar ke pasar. Kerudung minimalis segera saja menjadi tren karena terlihat fashionable dan tidak ketinggalan zaman. Dari situ, ia menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar untuk memasarkan desain kerudung miliknya.

Setelah beberapa lama, timbul keyakinan dalam diri Kurnia bahwa bisnis kerudung cukup menjanjikan. Ia kemudian memutuskan untuk berdiri sendiri dan membawa brand sendiri dengan nama Nisa 59. Menyusul kemudian pada bulan Agustus 2007 secara resmi ia meluncurkan brand Shasmira dengan produk yang lebih variatif sehingga dapat diterima bahkan oleh orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal jilbab sama sekali.

“Saat ini jilbab bukan hanya sekadar untuk syariah, tetapi sudah menjadi fashionable. Sudah merupakan life syle, sehingga tidak sedikit orang yang sebelumnya tidak pakai jilbab tetapi begitu pakai jilbab menjadi lebih modis dan fashionable. Kedua kita harus menyadari bahwa penduduk Indonesia mayoritas muslim, sehingga itu adalah potensi pasar yang luar biasa. Saya perkirakan Indonesia akan menjadi kiblatnya fashion muslim tingkat dunia,” ungkapnya.

Kurnia sebagai seorang pebisnis, melihat bahwa prospek bisnis busana muslim ke depan cukup menjanjikan. Selain karena mayoritas penduduk Indonesia muslim, kesadaran masyarakat untuk memakai jilbab sangat tinggi. Ia mencontohkan bagaimana daerah-daerah seperti Aceh, Padang, dan Jawa Tengah penggunaan kerudung resmi menjadi aturan daerah. Selain itu, dunia hiburan pun ternyata turut mendongkrak popularitas kerudung dengan seringnya ditayangkan sinetron bernuansa religi.

“Oleh karena itu, kita juga melakukan penetrasi pasar dengan menggunakan sistem keagenan dengan empat tingkatan. Ada agen, member, distributor dan house network. Alhamdulilah kita sudah mampu membangun sekitar 600 jaringan distributor di seluruh Indonesia. Termasuk juga Asia, di Hongkong, Nederland, Brunei, Singapura dan Malaysia. Kita memiliki toko berkonsep kerjasama kemitraan dengan investor yang sekarang sudah berjumlah 55 House of Shasmira,” ujarnya.

Quality Control System

Sebagai tren setter busana muslim dunia, Kurnia memiliki berbagai kiat untuk memperteguh eksistensi produknya. Jaringan pemasaran yang luas dan harga produk yang terjangkau adalah salah satu strategi bisnisnya. Meskipun di pasaran juga beredar produk tanpa merek yang beredar di pasar-pasar tradisional.

“Tetapi kalau kita menaikkan harga sesuai dengan kompetitor, kita akan kalah. Makanya ini harus disiasati dengan mencari solusi alternatif dengan harga yang lebih rendah tetapi kualitasnya sama. Biasanya, itu kita lakukan dengan menembus langsung produksi barang tanpa perantara. Jadi langsung pada sumbernya,” tegasnya.

Selain itu, Kurnia juga terus meningkatkan skill dan kemampuan SDM. Tujuannya agar hasil kerja SDM sesuai program dan harapan perusahaan. Caranya melalui berbagai bimbingan dan pelatihan yang secara berkala diberikan perusahaan kepada seluruh SDM. Ia juga menerapkan sistem yang mampu mengontrol seluruh hasil kerja karyawan.

“Kita menambahkan sistem kontrol dari semua pekerja kita dengan menerapkan sistem QC. Jadi setiap barang yang masuk kita kontrol lagi dan barang yang tidak sesuai kita kembalikan untuk diperbaiki. Kenapa, karena kalau diserahkan kepada mereka tanpa kontrol yang ketat, maka kualitas kita nanti menjadi tidak seragam,” sergahnya.

Apalagi, lanjut Kurnia, meskipun pengguna brand di persaingan bisnis baju muslim jarang, tetapi ia harus tetap waspada. Hingga saat ini, jumlah pengusaha busana muslim sekitar 50-100 pengusaha. Sebuah jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan 200 juta penduduk muslim di Indonesia. “Kita harus bersaing dengan produk lokal seperti di Bukittinggi, tetapi kita harus siap untuk go international,” tegasnya.

Menurut Kurnia, yang patut diwaspadai dalam persaingan usaha busana muslim global adalah kemampuan China dalam memproduksi barang. Produsen China mampu membuat barang sesuai dengan pesanan harga yang diinginkan pelanggan. Dari yang paling mahal sampai termurah mereka mampu membuat dengan desain yang cukup bagus.

“Kita memang bisa menyesuaikan diri dengan mengurangi margin keuntungan. Tetapi produk China dengan harga murah ini cukup berdampak pada pemasaran kami untuk menjangkau kalangan menengah bawah. Kalau kalangan menengah ke atas, mereka pasti akan berpikir dua kali untuk menggunakannya, terkait kualitasnya. Sedangkan masyarakat bawah, tidak terlalu peduli yang penting fungsi dan harga. Masalah kekuatan dan kenyamanan nomor dua,” tuturnya.

Ke depan, Kurnia berharap akan melakukan berbagai pengembangan pemasaran. Salah satnya adalah dengan menempatkan satu orang perwakilan Shasmira pada setiap kota di Indonesia. Ia juga ingin setiap orang Indonesia mengenal produk perusahaan dan tidak terbatas hanya sekadar mengenal tetapi juga membeli dan mereferensikan produk Shasmira kepada orang lain.

“Kita ingin Shasmira tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga go international. Target itu kita lakukan dengan terus menerus mengembangkan difersifikasi produk itu sendiri, dengan mengikuti tren yang ada di masyarakat. Karena pergantian mode sangat cepat sekali di masyarakat dan mencapai hitungan per bulan. Konsumen itu raja yang berhak menentukan pilihan sesuai keinginan masing-masing,” tegasnya.

Generasi Berpikir “Bisa”

Kurnia menjelaskan arti harfiah shasmira untuk menamakan brand busana muslim besutannya. Shasmira merupakan nama bunga sangat indah yang berasal dari India. Sementara dalam sejarah Islam, Shasmira juga dikenal sebagai pejuang wanita yang gagah berani sehingga identik dengan wanita. Di zaman sekarang pun, ia mendapati kisah tentang Siti Shasmira yang berjuang demi kemajuan anak-anak bangsa di lokasi terpencil.

“Shasmira juga sebuah nama yang unik sehingga mudah diingat. Jadi kalau orang menyebut shasmira, mereka akan mengasosiasikan dengan baju muslim. Saya juga membangun ini dengan penuh perjuangan, tetapi saya berharap agar perusahaan semakin besar dan memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk menanggulangi pengangguran. Harapan saya nanti ke depan, anak-anak bisa melanjutkan dan mengembangkan perusahaan ke arah yang lebih baik,” ujarnya.

Di sisi lain, Kurnia berharap agar pemerintah bisa membantu UMKM seperti usahanya. Bantuan yang sangat diharapkan berupa bantuan permodalan yang sangat berguna bagi perusahaan kecil dan menengah seperti CV Hazna Indonesia dengan persyaratan yang mudah. Ia juga berharap agar pemerintah terjun langsung melakukan pembinaan terhadap pengusaha kecil. Tujuannya agar mereka bisa meningkatkan pengetahuan sehingga perusahaan semakin besar dan menyerap banyak tenaga kerja. Dengan begitu, terjadi hubungan saling membutuhkan satu sama lain antara pemerintah dan dunia usaha.

Kurnia mengingatkan, bahwa angkatan kerja setiap tahun selalu bertambah. Sementara peran pemerintah adalah mengubah pola pikir masyarakat, terutama orang tua untuk mengetuk kesadaran generasi muda agar memiliki jiwa entrepreneur. Yakni bagaimana mereka tidak berpikir mencari kerja di mana setelah lulus kuliah, tetapi bagaimana timbul pemikiran untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

“Itu yang harus digalakkan pemerintah, sehingga apabila semua lulusan perguruan tinggi mampu berusaha sendiri, income per capita meningkat, mengikis pengangguran dan lain-lain. Di sisi lain, pemerintah juga harus memfasilitasi kemitraan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Setidaknya untuk memperoleh proyek mereka harus membantu pengusaha kecil terlebih dahulu untuk memberikan kesempatan berwira usaha kepada setiap penduduk. Kalau sudah begitu, saya yakin masyarakat Indonesia akan semakin baik di masa mendatang,” ujarnya.

Kepada generasi muda, Kurnia berpesan agar mereka menanamkan dalam diri masing-masing bahwa untuk mendapatkan penghasilan tidak harus dengan bekerja. Generasi muda mampu menghasilkan pendapatan dengan cara berkarya, yakni menciptakan sebuah karya yang memiliki nilai jual. Generasi muda juga harus memikirkan bagaimana karya yang tercipta memiliki nilai komersial dengan menggandeng orang lain untuk berkolabarosi.

“Itu akan lebih baik daripada selesai kuliah kemudian melayangkan surat lamaran ke mana-mana dan menunggu. Ini misalnya dilakukan oleh Bill Gates yang meng-create sebuah karya dan mencari mitra untuk membesarkan Microsoft. Oleh karena itu, generasi muda harus selalu berpikir bahwa mereka bisa. Karena berpikir bisa akan merangsang kreativitas, inovasi, dan lain-lain. Sementara kalau berpikir tidak bisa akan mematikan potensi yang dimiliki. Makanya berpikirlah bisa. Saya bisa menjadi pengusaha, saya bisa menghasilkan karya yang baik dan sebagainya,” pungkas Kurnia, pemilik CV Hazna Indonesia.

Johan Wang

No Comments

Johan Wang
Direktur Utama PT Jocelyn Anugrah Jaya

Mengalami Keajaiban dan Mukjizat Hidup Diwujudkan pada Miracle Agency

Beberapa kali kejadian ajaib dialami oleh Johan Wang, Direktur Utama PT Jocelyn Anugrah Jaya. Kejadian ajaib tersebut selalu berhubungan dengan keselamatan dirinya sehingga nyawanya berada di ujung tanduk. Salah satunya, ketika masih  kuliah tahun 1999, ia terserempet metromini saat naik motor ke kampus. Celakanya, ia jatuh ke kolong truk kontainer yang sedang melaju. Tak ayal, tubuhnya terseret truk kontainer sejauh sepuluh meter.

Meskipun demikian Johan Wang selamat. Ia “hanya” mengalami patah tulang di hampir sekujur tubuhnya. Setelah tergolek di rumah sakit selama satu tahun lamanya, ia dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas seperti sedia kala. Sejak itulah, ia sangat antipati terhadap obat dan dokter. Trauma tersebut terus dibawanya hingga bekerja, menikah dan memiliki anak. Hingga suatu saat, vonis dokter menyatakan dirinya suspect leukemia dan harus menjalani perawatan intensif.

“Ini keajaiban dan mukjizat untuk kali kedua setelah dilindas kontainer. Suami saya dinyatakan menderita leukemia akut saat menjalani pengecekan di Singapura. Peluang untuk sembuh diperkirakan hanya 30 persen kalau tidak segera ditangani. Rumah sakit di sana mengajukan dana Rp1 miliar untuk perawatan suami saya. Tetapi saya bersikeras membawanya pulang ke tanah air,” kata istrinya.

Ia dan suaminya kemudian kembali ke Indonesia untuk menjalani pengobatan herbal. Berbagai macam obat-obatan herbal dari seluruh penjuru nusantara dicoba demi kesembuhan sang suami. Ratusan juta rupiah telah dihabiskan untuk pengobatan yang ternyata tidak membuahkan hasil tersebut.

Bukannya berkurang, leukemia yang diderita Johan Wang semakin parah. Dari hidung dan gusinya terus menerus terjadi pendarahan, sementara di sekujur tubuhnya timbul bercak-bercak besar kemerahan. Ia hanya mampu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa demi kesembuhan suaminya.

“Tuhan memang Maha Baik. Suatu hari, Dia mengirimkan penderita leukemia kronis ke rumah. Orang tersebut menyarankan untuk tetap konsultasi ke dokter sebagai pegangan meskipun menggunakan herbal untuk pengobatan. Kami menurutinya dan mempercayakan pengobatan kepada dokter yang disarankan orang tersebut,” tandasnya.

Johan Wang, kemudian disarankan untuk menjalani kemoterapi di RS Ciptomangunkusumo  oleh dokter tersebut. Satu kali kemoterapi dan menghuni ruang isolasi selama 45 hari tidak menunjukkan hasil maksimal. Mungkin penyebaran sel kanker yang sudah mencapai paru-paru menjadi penyebabnya. Bahkan, sel kanker didiagnosa telah menguasai 90 persen darah yang beredar di tubuh. Dikhawatirkan, apabila sel kanker sudah mencapai otak nyawa Johan  Wang tidak tertolong.

Sekali lagi, Johan Wang harus mengulang proses kemoterapi dan isolasi dari awal. Sang istri hanya diperbolehkan menunggui suaminya dari luar ruangan. Tanpa henti, ia memanjatkan doa untuk kesembuhan Wang sembari mengasuh anaknya yang kala itu belum genap berumur satu tahun. Perlahan namun pasti, tanda-tanda kesembuhan mulai nampak. Setelah satu tahun tergolek di rumah sakit, Johan Wang dinyatakan terbebas dari leukemia.

“Puji Tuhan, ini benar-benar keajaiban dan mukjizat dari-Nya. Kebahagiaan dan rasa syukur tiada tara kami rasakan. Apalagi setelah keluar dari rumah sakit, kita masih mendapat bonus jalan-jalan ke Turki dari Prudential. Semua berkat mukjizat Tuhan, mulai terlindas kontainer sampai sembuh total dari leukemia, tanpa campur tangan Tuhan tidak akan terjadi. Oleh karena itu, saat bulan Januari 2011 membuka perusahaan, kita namakan Miracle Agency,” tuturnya.

Berkat Tuhan pula yang membuat brand Miracle Agency dari perusahaan PT Jocelyn Anugrah Jaya dengan cepat berkembang. Dengan persaudaraan dan pertemanan yang sangat kuat, dalam waktu singkat telah memiliki 1000 agen dengan 110 leader. Bahkan cabang perusahaan pun berdiri tidak hanya di Jakarta, tetapi juga Bangka, Jambi, Sungai Liat, Bandung dan lain-lain. Tidak hanya itu, dari 220 insurance agency di seluruh Indonesia Miracle Agency menduduki peringkat 10 nasional.

Membantu Orang

Awalnya Johan Wang tidak begitu tertarik dengan dunia asuransi. Sebagai perantau dari Jambi dan kuliah di Jakarta, ia indekos di kamar berukuran dua kali tiga meter. Setelah lulus kuliah ia bekerja sebagai staf auditor. Salah satu teman kos Johan bernama Heri, dilihatnya memiliki kehidupan yang lebih baik. Ternyata Heri adalah agen perusahaan asuransi Prudential.

“Suami saya melalui Heri kemudian bergabung dengan Prudential. Meskipun awalnya ia menyangka MLM, tetapi ia berketetapan hati untuk bergabung dan bekerja sebagai agen asuransi. Ia pun resmi mengundurkan diri dari perusahaan lama –meskipun sempat diiming-imingi kenaikan gaji- tetapi ia sudah bulat keputusan untuk bergabung di Prudential. Di sini ia memiliki misi yang luar biasa, yakni membantu orang menyiapkan masa depan mereka,” kisahnya.

Landasan misi mulia tersebut, lanjutnya, membuat karier Johan Wang dengan cepat meroket. Hanya dalam tempo tujuh tahun, ia sudah menduduki posisi paling atas sebagai agency manager (2008). Hampir setiap tahun perusahaan mengeluarkan bonus untuk Johan Wang berupa jalan-jalan ke luar negeri. Selain itu, penghasilan besar dari asuransi membuatnya mampu membeli rumah, mobil dan lain-lain.

Bahkan, saat dinyatakan suspect leukemia pun penghasilan Johan Wang tidak berkurang. Uplink managernya menjamin bahwa usaha sales asuransi yang dijalankannya tetap berjalan seperti biasa. Bisa dibilang, inilah bisnis yang menjadi pasif income sebenarnya. Karena saat Johan sakit, biaya operasional –seperti cicilan rumah, mobil dan biaya hidup keluarga- sebesar Rp60 juta per bulan tertutupi.

“Jadi saya tidak perlu menjual rumah atau asset lain sama sekali. Apalagi, semua biaya pengobatan suami saya benar-benar ditanggung oleh Prudential. Untungnya, perusahaan memiliki kebijaksanaan apabila nasabah menderita penyakit akut seperti kanker, leukemia dan lain-lain, polis diberikan secara cash. Yang lebih menenangkan lagi, saat suami jatuh sakit teman-teman sudah siap menggalang dana. Tetapi berkat Prudential semua telah terbantu,” kisahnya penuh syukur.

Di saat-saat sedang menderita cobaan hidup seperti itu, Johan Wang dan istrinya menyadari siapa teman dan sahabat sejati. Disamping ada yang dengan sukarela memberikan bantuan materi, ada juga yang mengetahui kondisinya lantas meninggalkan pasangan ini begitu saja. ”Kalau lagi senang, semua teman berdatangan tetapi ketika kita jatuh satu per satu meninggalkan kita. Nah, saat Johan sakit itulah baru kelihatan siapa teman-teman kita,” imbuhnya.

Melalui Miracle Agency, pasangan Johan Wang dan istri, membangun kesuksesan bersama. Mereka tidak hanya berpikir untuk kesuksesan pribadi tetapi juga membuat banyak orang sukses. Dengan berbisnis di agen asuransi Prudential kesempatan untuk memperbaiki kehidupan terbuka lebar. Ia mengisahkan bagaimana banyak anak buahnya yang memiliki keinginan kuat untuk maju berhasil meraih impiannya.

Apalagi dalam menjalankan bisnis agen asuransi Prudential relative tidak memerlukan modal sama sekali. Yang diperlukan hanyalah kemauan untuk maju mencapai impian yang dicita-citakan mencapai kehidupan yang lebih baik. Seorang agen hanya dituntut untuk ulet, memiliki tujuan yang jelas dan siap dengan risiko yang sangat kecil.

“Risikonya hanya menghadapi penolakan dari nasabah, itu saja. Dan penolakan akan tidak menjadi masalah kalau kita memiliki goal dan dream. Saya bilang belum ada bisnis seluar biasa Prudential. Tanpa modal, nilainya ratusan juta, hasilnya juga luar biasa, dengan risiko hanya penolakan. Saya dalam kurun waktu tujuh tahun sudah mampu memperoleh income diatas Rp100 juta per bulan. Padahal modal awal hanya Rp6 ribu untuk materai,” tegasnya.

Risiko Penolakan

PT Jocelyn Anugrah Jaya dibawah Johan Wang sebagai Direktur Utama setelah mencapai ranking 10 besar agen asuransi menetapkan untuk masuk 5 besar dalam beberapa tahun ke depan. Tetap bervisi untuk membantu orang mencapai kehidupan lebih baik, perusahaan mengalami akselerasi kemajuan yang sangat pesat. Beberapa bulan berjalan, perusahaan telah mencatatkan omzet rata-rata Rp1,5 miliar per minggu.

“Saya cuma menerapkan kekeluargaan, kekompakan dan lain-lain. Untuk merangsang sales, kita membuat kontes jalan-jalan, ke Hongkong, Phuket dan lain-lain. Atau angpao bagi mereka yang berhasil mendapatkan tiga nasabah. Yang jelas, karena percepatan usaha kita sangat luar biasa, kami yakin tembus sepuluh besar. Pokoknya tetap mengusung visi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan menjadi lebih tinggi. Bring miracle for every family yaitu memberikan keajaiban bagi setiap agen dan leader yang bernaung dalam Miracle Agency. Sementara bagi nasabah banyak manfaat yang mereka rasakan dari produk-produk Prudential,” tegasnya.

Untuk mencapai visi tersebut, selain mengadakan kontes dan jalan-jalan perusahaan juga memberikan bantuan berupa training dan pelatihan. Tujuannya untuk membekali para agen agar mereka memiliki skill yang cukup untuk menghadapi tantangan ke depan, menguasai produk yang dijual serta motivasi yang tinggi untuk maju. Ibarat handphone, mereka di-charge untuk menambah stamina sebelum terjun dalam persaingan pasar asuransi yang semakin sengit.

Selain itu, Johan Wong menargetkan untuk membawa perusahaan mencapai lima besar agen asuransi di Indonesia. Karena dengan predikat lima besar berarti akan semakin mudah dalam mencari nasabah. Selain itu, banyaknya produk asuransi dari Prudential yang memenuhi kebutuhan nasabah juga memudahkan tugas agen asuransi. Di sisi lain, manfaat asuransi bagi nasabah juga sangat banyak. Mulai merancang masa pensiun, anak sekolah, sakit parah dan lain-lain dapat tercover asuransi.

“Masyarakat harus tahu bahwa setiap tahun selalu ada penyakit baru yang terdeteksi, karena mutasi penyakit semakin beragam. Nah, nasabah kalau sudah sakit, ujung-ujungnya masuk rumah sakit juga. Kenyataannya banyak orang di rumah sakit yang tidak tertolong gara-gara kesulitan dana. Di situlah pentingnya asuransi, kalau terjadi apa-apa tidak perlu menjual asset yang dengan susah payah dikumpulkan,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, secara pekerjaan bekerja sebagai agen asuransi cukup mudah. Bagi agen yunior, untuk mencapai kesuksesan cukup melakukan persis seperti yang dikerjakan oleh para seniornya. Karena para senior telah berpengalaman dan membuktikan bahwa apa yang dikerjakannya dalam bisnis ini telah menghasilkan limpahan materi bagi keluarga.

Selain itu, bagi generasi muda yang belum memiliki pekerjaan tetap, bekerja di perusahaan asuransi seperti Prudential sangat menjanjikan masa depan. Penghasilan sebagai agen asuransi mampu mencukupi kebutuhan hidup, dengan peluang karier yang terbuka lebar serta kesempatan keliling dunia. Agen asuransi juga mempunyai kesempatan untuk memiliki kebebasan financial tidak terbatas dengan keikutsertaannya pada program perusahaan tempatnya bekerja.

“Untuk yang sudah bekerja di Prudential, saya sarankan agar mereka mengikuti sistem saja untuk sukses. Kunci suksesnya cuma copy paste, mengikuti omongan leader karena mereka sudah membuktikan. Seperti saya bisa beli rumah, mobil dan lain-lain yang merupakan hasil dari pekerjaan sebagai agen asuransi. Apalagi untuk ke depan, market kita masih luar biasa. Karena selama masih ada kehidupan –kelahiran, pertumbuhan penduduk dan lain-lain- asuransi akan terus diperlukan. Sementara tenaga pemasaran asuransi pun masih sangat sedikit, dan yang harus diingat adalah risiko pekerjaan ini hanya sekadar penolakan saja,” katanya.

Profil PT Jocelyn Anugrah Jaya

PT Jocelyn Anugrah Jaya merupakan salah satu kantor manager mandiri (Agency) dari PT Prudential Life Assurance yang didirikan pada tanggal 15 April 2010 oleh Bapak Johan sebagai pemilik sekaligus pemimpin perusahaan dan disyahkan dengan akte notaris Hannywati Gunawan, SH, No 34. Perusahaan bergerak di bidang jasa khususnya asuransi jiwa dan mulai beroperasi pada tanggal 3 Januari 2011, beralamat di gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan.

Perusahaan lebih di kenal dengan brand Miracle Agency untuk mempermudah komunikasi antara pihak Prudential (kantor pusat) dengan agency. Karena setiap agency memiliki kode kantor yang berbeda satu dengan lainnya dan bernaung dalam satuan region.

Miracle Agency di bawah pimpinan Johan Wang telah banyak melahirkan leader – leader yang solid dan berkomitmen dari semua tingkatan jenjang karier. Antara lain Unit Manager (UM), Senior Unit Manager (SUM) dan tingkatan yang paling tinggi yaitu Agency Manager (AM). Untuk sebuah agency baru dengan begitu banyaknya leader merupakan suatu kekuatan group yang besar. Selain di Jakarta, Miracle Agency juga memiliki kantor cabang di Bandung, Jambi, Bangka, Pangkalpinang dan Sungai Liat.

Visi dan misi PT Jocelyn Anugrah Jaya

Visi
Menggapai semua kesuksesan dengan satu tujuan demi keberhasilan perusahaan dalam perkembangannya

Misi
Menjadi agency terbaik dan memiliki suatu komitmen untuk berkembang terus dan melampaui semua pengharapan yang ada

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari misi, Miracle Agency mempunyai landasan sebagai suatu kekuatan dasar berdiri dan berkembangnya perusahaan sebagai berikut:
Semangat untuk menjadi yang terbaik
Organisasi yang memberikan kepada orang lain untuk belajar
Bekerja sebagai suatu keluarga.

A. Hj Yusroren Elizabeth

No Comments

A. Hj Yusroren Elizabeth
Direktur Utama PT Tazakka Ceria Wisata dan PT Yus Jun Mahir Group

Menciptakan Dream Demi Masa Depan Lebih Baik

Jangan pernah meremehkan impian, bahkan yang paling tidak masuk akal sekalipun. Dengan tetap bermimpi, manusia akan terus berjuang dalam mewujudkan impiannya. Tetapi, diperlukan kerja keras dan tidak berputus asa dalam upaya menjadikan impian sebagai kenyataan. Begitu seterusnya, setelah satu impian tercapai kemudian menciptakan impian yang lain.

“Saya selalu mempunyai dream dan membuat impian itu menjadi kenyataan. Misalnya tahun sekian saya harus begini, tahun sekian harus punya itu, dan lain-lain. Semua itu akan memicu dan memotivasi untuk terus berusaha dan berjuang mencapai dream-dream dalam hidup kita. Jangan karena Anda wanita kemudian takut untuk mempunyai mimpi. Bermimpilah, toh impian itu tidak harus beli, gratis. Jadi wujudkan mimpi-mimpi kita demi masa depan yang lebih baik. Yakinlah bahwa Allah itu maha adil,” kata Hj Yusroren Elizabeth, Direktur Utama PT Tazakka Ceria Wisata.

Perempuan yang akrab dipanggil Yus ini mengisahkan rahasia sukses yang telah dicapainya berkat impian-impian yang tanpa henti diperjuangkannya. Dilandasi kepasrahan dan keihlasan dalam menghadapi kehidupan, ditambah keyakinan agama yang kuat, langkahnya dalam bisnis tak terbendung. Ia sukses membesarkan perusahaan yang bergerak dalam penyedia jasa tour dan travel khusus haji dan umrah sejak tahun 2002.

Perempuan kelahiran Palembang, 10 Mei 1970 ini, meyakini Tuhan telah menentukan rezeki bagi umatnya. Apapun yang dikerjakan manusia pasti akan mendapat balasan setimpal dari-Nya. Sebagai manusia, ia juga memperbanyak perasaan syukur atas segala anugerah yang diberikan Tuhan. Semua itu, membuat perasaan ikhlas semakin mewarnai setiap ucapan dan tindakannya sehari-hari.

“Kalau sudah memiliki perasaan ikhlas dalam diri kita, yang ada hanya dream dan target. Di otak saya tidak ada perasaan bersaing, sehingga tidak memiliki jawaban pertanyaan bagaimana mengatasi persaingan. Bagi saya rezeki digerakkan oleh Allah tanpa harus bersaing dengan orang lain. Tidak ada kamus persaingan dalam hidup saya, yang ada hanyalah dream-dream dan target,” ujarnya.

Perasaan ikhlas membuat Yus lebih fokus terhadap pekerjaan yang ditekuni dan mengejar impian dan target-target yang telah ditetapkan. Ia mengembangkan perusahaan hingga mampu melakukan ekspansi usaha di bidang keagenan, entertainment, dan interior design dengan bendera PT Yus Jun Mahir Group.

“Kalau kita bersyukur, pasti nyaman menjalani kehidupan. Kita harus berdoa untuk menggapai rezeki yang ada di langit, disertai usaha keras. Apapun kalau sudah ada jalannya, sudah pas track-nya, pasti kita enak karena tinggal menjalani,” ungkapnya. Menurut ia, semua tergantung kepantasan terhadap rezeki yang akan diberikan Tuhan. Selama masih pantas, rezeki bisa diharapkan kehadirannya. “Kalau yang tidak pantas jangan diharapkan, pokoknya yang sepantasnya saja,” imbuhnya.

Single Parent

Hj Yusroren Elizabeth selama empat tahun tinggal di Kairo, Mesir bersama mantan suami. Saat krisis moneter melanda dunia tahun 1998, ia kembali ke tanah air. “Sejak itu saya terpacu untuk membesarkan Tazakka dan menjadi orang tua tunggal atau single parent bagi anak-anak,” kisahnya.

Ditinggalkan orang yang dicintai tidak membuat Yus jatuh terpuruk dalam keputusasaan. Ia bangkit, berdiri tegak dan berjuang membesarkan perusahaan. Secara bersamaan, ia berusaha mengimbangi pertumbuhan psikologis ketiga buah hatinya. Karena bagaimana pun, kehadiran sosok seorang ayah sangat diperlukan dalam mendidik anak. Untunglah, anak-anaknya mendukung langkah sang ibu dan menjadi kekuatan luar biasa baginya. Yus telah bertransformasi menjalankan peran sebagai seorang ibu, ayah, dan pemimpin perusahaan sekaligus.

Semua hinaan dan makian akibat peristiwa tersebut dihadapi Yus dengan tenang. Ia merasa hinaan tersebut pantas untuk perempuan seperti dirinya yang “melepaskan” suaminya dengan wanita lain. Tetapi semua dihadapi dengan tenang, karena baginya hinaan yang dialami Nabi Muhammad SAW jauh lebih berat. Sebagai manusia biasa, ujian yang dihadapinya memang berat namun tidak menyurutkan langkahnya untuk maju.

“Apapun hinaan dan makian yang dialamatkan orang kepada saya, jawaban saya adalah Alhamdulilah Wasyukurillah, itu menjadi pegangan saya. Sepahit apapun yang diberikan Allah kepada saya semua saya syukuri dengan mengucap Alhamdulilah. Saya mungkin pantas untuk dihina tetapi justru itulah yang menjadi cambuk bagi saya untuk bangkit,” ungkapnya. Mengenai ujian yang diterima, Yus merasa dimuliakan Tuhan dengan ujian-ujian berat yang dihadapinya. Karena dengan ujian yang berat justru akan memberikan kekuatan. “Emas pasti diuji, kalau perak sudah pasti orang tidak mau repot-repot mengujinya,” imbuhnya.

Yus juga berhasil membesarkan anak-anaknya tanpa bantuan dari keluarganya sendiri ataupun keluarga suami. “Satu sen pun dia tidak memberikan nafkah untuk membesarkan anak-anak. Maka saya katakan kepada anak-anak, bahwa Allah telah memberikan rezeki yang mencukupi melalui Mama. Berarti kalian tidak perlu minta kepada Papa,” tambahnya.

Yus yakin, selama manusia berusaha pasti Allah akan memberikan rezeki yang melimpah. Maka dengan brand Tazakka yang sudah dipunyai, ia bekerja memutar otak. Ia memperhatikan kebutuhan jamaah hingga sedetail mungkin sehingga mereka puas dengan pelayanan perusahaan. Tingkat kepuasan yang tinggi dari jamaah yang menggunakan jasanya telah berkembang menjadi keuntungan bagi perusahaan.

Keberhasilan yang telah berhasil diraih, menurut Yus tidak lepas dari manajemen yang diterapkan bungsu delapan bersaudara pasangan H M Noeh dan Hj Yamah ini. Apalagi dasar pendidikannya berasal dari seni bukan ekonomi, alat ukur yang digunakannya pun tidak kaku. “Kepuasan jauh lebih penting daripada sekadar materi. Apapun hasil yang dikerjakan tetap saya terima dan selalu ada rezeki untuk anak-anak. Berapapun keuntungan saya selalu bersyukur agar Allah melipatgandakan nikmat yang kita terima. Seperti  janji-Nya di dalam kitab suci Alquran,” kata perempuan yang menyebut “Baitullah, Rumah Allah” sebagai tempat liburan favoritnya ini.

Terjun Langsung

Sebagai pimpinan PT Tazakka Ceria Wisata, Hj Yusroren Elizabeth tidak segan-segan untuk terjun langsung menghadapi jamaah. Tidak hanya secara administrative tetapi bahkan menjadi pembimbing jamaah haji dan umrah. Selain itu, ia dengan senang hati menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh tindakan staf-stafnya.

“Kalau ada masalah dengan jamaah, bukan staf yang ‘dikorbankan’ seperti dalam permainan catur. Tetapi saya terjun langsung menghadapi dan menyelesaikannya. Karena staf saya kan tidak bisa langsung action membuat keputusan, sedangkan saya bisa,” katanya.

Yus juga dianugerahi Tuhan dengan kemampuan hebat dalam berkomunikasi. Ia mampu dengan cepat akrab dengan orang lain serta mampu mencairkan suasana. Dengan menerapkan “Manajemen Ibu”, semua karyawan mulai dari office boy hingga jabatan tinggi dianggap sebagai kerabat/saudara. Kepercayaan juga diberikan kepada seluruh karyawan untuk bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Mereka disadarkan bahwa tanggung jawab terhadap pekerjaan akan kembali kepada mereka dalam bentuk kesejahteraan.

Dampaknya, lanjut Yus, para karyawan yang diperlakukan sebagai keluarga dengan kepercayaan dan tanggung jawab bekerja sebaik-baiknya. Mereka berusaha memberikan kontribusi maksimal bagi kemajuan perusahaan. Apalagi dalam setiap kesempatan membuka usaha baru, para karyawan selalu terlibat di dalamnya. “Bahkan pengeluaran satu rupiah pun ada laporannya. Ini merupakan bentuk rasa memiliki pada karyawan,” terangnya.

Yus merasa sangat bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan kepada dirinya. Tiga anak yang soleh, karyawan yang baik dan usaha yang terus maju pesat. Keikhlasan yang melandasinya dalam bekerja membuat dirinya nyaman dan tidak pernah mengeluh. Semua dijalani dengan penuh syukur atas segala kelebihan yang diberikan Tuhan, tanpa harus komplain terhadap pemberian-Nya.

“Semua orang diberikan kelebihan, tinggal bagaimana kita meng-explore-nya. Yang penting kita bekerja jangan pernah berputus asa, karena rezeki Tuhan yang akan mengatur. Kita harus bekerja di jalan Allah, jujur, bersyukur dan lurus dalam menjalani kehidupan, serta tetap optimis. Jangan komplain terhadap apa yang terjadi dengan kita, karena membuat hidup tidak nyaman. Kalau dijalani dengan bersyukur pasti jauh lebih nikmat, apapun yang Allah berikan,” tukasnya.

Menurut Yus, apapun yang dihadapi manusia adalah jalan Tuhan yang sudah ditentukan. Manusia yang ikhlas dan menerima yang telah digariskan serta tetap berusaha bersungguh-sungguh menjalaninya akan diberikan jalan terbaik. Ia mencontohkan bagaimana dirinya yang terpaksa menjalani sesuatu yang halal tetapi dibenci Allah, perceraian.

Namun justru dari situ, Yus bangkit dan membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkarya. Perempuan tanpa “suami” mampu memberikan manfaat bagi sesamanya dengan membuka lapangan kerja yang luas. Perempuan juga mampu membesarkan anak-anaknya sendirian dengan prestasi mengesankan. Begitu juga beberapa perusahaan yang berada dibawah kendalinya, semua maju pesat. Bagaikan Raja Midas, semua yang disentuhnya menjadi emas dan menambah pundi-pundi kekayaannya.

“Saya mencari berkahnya saja, tidak ada sedikit pun niat untuk dipuji nanti malah jadi kufur. Saya tidak pernah berpikir tentang margin keuntungan, yang penting saya berbuat sebaik-sebaiknya. Sisanya Allah yang akan memutuskan. Bagi saya hidup adalah bagaimana kita menyikapinya. Kalau kita mengambil senang, setiap hari isinya senang melulu. Kalau mau susah, ya susah setiap hari. Allah tidak berharap terhadap apapun yang dilakukan manusia. Ibadah yang kita lakukan adalah untuk kita sendiri di akherat, bukan untuk kepentingan-Nya,” ujarnya.

Oleh karena itu, Yus sangat patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Semua yang dijalani hingga saat ini tidak lepas dari campur tangan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kesuksesan yang telah diraihnya saat ini tidak lepas dari doa ibunya. Ia mengikuti perintah-perintah ibunya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.

“Saya sukses seperti sekarang karena doa ibu-ibu saya. Dari kecil saya tidak pernah bilang “ah” kepada ibu saya, makanya saya sukses seperti ini. Doa mereka yang membuat saya seperti ini, berasal dari: Ibu Hj Yamah, ibu kandung saya di Bengkulu, Ibu Hj Ba’a Hasan, ibu saya di Jambi dan Nenek Keke, ibu saya yang ada di Jakarta. Semua mendoakan keberhasilan dan Alhamdulilah, doa-doa mereka dikabulkan Allah,” katanya penuh syukur.

Boks
Hj Yusroren Elizabeth di mata mereka

Berikut adalah pendapat, kesaksian dan opini orang-orang yang mengenal sosok Direktur Utama PT Tazakka Ceria Wisata ini. Beberapa kesamaan dalam diri ibu tiga anak ini menurut mereka adalah semangat pantang menyerah, ketangguhan, keseriusan dalam bekerja dan empatinya yang tinggi.

Di sisi lain, sebagai wanita karier, Hj Yusroren Elizabeth benar-benar merepresentasikan seorang muslimah yang patut diteladani tanpa harus menanggalkan kodratnya sebagai perempuan. Berikut penuturan selengkapnya:

Ustadz H Hasan Bisri, Spd.i., MMpd., (Tokoh masyarakat dan pembimbing jamaah)
“Memuaskan Jamaah”

Saya berharap agar Ibu bersama Tazakka tetap mempertahankan kepuasan dan pelayanan terhadap jamaah. Begitu juga dengan bimbingan yang juga berhasil memuaskan jamaah. Karena sampai saat ini belum ada komplain dari jamaah yang harus dipertahankan. Malah sebaliknya banyak jamaah yang membawa jamaah lain untuk menggunakan jasa Tazakka. Pesan saya pertahankan dan tingkatkan pelayanan kepada jamaah.

Jacky, Manager YuStore Jambi
“Sosok yang sangat keibuan”

Sosok Ibu Yusro adalah seorang perempuan yang sangat keibuan. Meskipun datang hanya satu bulan sekali tetapi selalu fokus pada permasalahan di Jambi. Saat hadir seluruh bertanya kepada setiap karyawan segala permasalahan yang dihadapi.

Karena Yustore adalah agen resmi satu-satunya di Jambi maka mendapat dukungan dari Pemda Jambi dan media massa melalui para wartawannya. Bekerja sama dengan Indosat dan XL untuk servis juga karena sekarang pengguna Blackberry sudah amat banyak, begitu pula di Jambi dan hanya satu-satunya.

Dewi Anggraini, SH (Ibu rumah tangga-berhaji dengan Tazakka)
“Ibu Yusro sangat detail”

Sebelum menggunakan jasa Tazakka survey dulu ke travel yang lain dan akhirnya memilih Tazakka karena rekomendasi dari seorang teman yang puas setelah melakukan ibadah haji dengan travel Tazakka. Lalu saya mencoba melihat company profile dan melihat ustadz-nya bagus, lalu datang ke kantor Tazakka dan merasa surprise karena pemiliknya adalah seorang perempuan yang sangat ramah.

Keramahan ditunjukkan saat pelaksanaan ibadah, Ibu Yusro turun langsung dan amat sangat detail. Mulai dari katering, penginapan dan lain-lain benar-benar diperhatikan sehingga jamaah merasa sangat nyaman. Penginapan sangat dekat dengan Kabah dan dengan harga yang relative murah/standar tetapi fasilitasnya bagus banget. Katering pun tidak pernah telat berkat sentuhan penanganan seorang ibu seperti beliau.

Saya sangat terinspirasi dengan langkah-langkah Ibu Yusro, masih muda, perempuan dan penampilannya sangat fashionable. Selain sangat detail dan sabar -apalagi terhadap jemaah yang sudah tua- Ibu Yusro tidak sungkan untuk memijat jamaah tersebut. Jika di antara jemaah ada yang ulang tahun, pasti mendapat surprise darinya.

Menurut saya, Ibu Yusro adalah perempuan yang keren (fashionable), luar biasa, ramah sekali, setiap jamaah disapa dan tidak ada batasan antara jemaah dan pemilik dan tidak sungkan untuk bertanya kepada jemaah, ada yang bisa dibantu dan lain-lain. Karena itu, jangankan perempuan laki-laki juga sungkan karena beliau sangat berwibawa. Ibu Yusro pandai mendidik anak-anaknya sehingga menjadi anak yang pintar dan sopan, meskipun seorang single parent. Saya berharap Tazakka diperluas cabangnya tidak hanya di Jakarta dan Jambi saja. Yang menarik dari Ibu Yusro adalah selalu minta doa, dengan berkata, “Mohon doanya ya Ibu-ibu, Bapak-bapak.”

Dina Evangelista de Laura, Sophie Martin Marketing Communication Manager
(berhaji dengan Tazakka bersama suami dan ibu kandung)
“Tak ada keluhan dari Ibu saya”

Tadinya saya takut mengecewakan Ibu saya yang sudah beberapa kali pergi haji dan umrah. Ibu saya susah banget dalam melayani sehingga saya takut dibanding-bandingkan dengan travel lain. Ternyata Ibu saya puas dengan pelayanan Tazakka yang sangat professional. Penerbangan on time, katering sangat bagus sehingga saya sempat naik beberapa kilo karena makan teratur dan cocok dengan selera.

Bahkan pada hal-hal kecil pun Ibu Yusro sangat care dengan kebutuhan jemaah. Pada saat makan, saya pernah bilang,”Ibu Yusro kayaknya enak enak nih kalau ada sambal botol.” Pada saat jam makan berikutnya sambal botol sudah tersedia dalam menu makan.

Dalam buku panduan pun dibekali kalimat-kalimat dalam bahasa Arab sehari-hari yang simple tetapi penting. Seperti di mana toilet, harganya berapa dan lain-lain. Dalam buku panduan juga diberikan hal-hal yang harus dibawa misalnya sedang musim dingin harus membawa mantel, kaos kaki dan lain-lain. Intinya “Everybody happy” makanya saya tidak ragu-ragu untuk merekomendasikan Tazakka kepada teman-teman.

Cuk FK (Sutradara)
“No Complain”

Sejak menggunakan jasa Tazakka, saya menjadi ingin pergi haji lagi dan lagi. Karena pelayanan yang diberikan sangat memuaskan sehingga tidak ada komplain sama sekali. No complain deh pokoknya, makanya saya berani merekomendasikan kepada yang lain. Saya berharap jamaah bertambah banyak, pelayanan jauh lebih baik lagi dari yang sudah baik. Keep spirit and smile always.

Sosok Ibu Yusro menurut saya sangat ramah, jamaah selalu mencarinya apabila terjadi sesuatu. Karena beliau tidak memberikan batasan dan asik-asik saja, jadinya jamaah tidak sungkan meminta bantuannya. Beliau ini perempuan hebat yang kalau sudah bicara tidak bisa diputus, malah kalau diputus kita kehilangan inti pembicaraan.

Dwiyantora Junanda Fadhillah (Operational Ticketing PT Tazakka Ceria Wisata)
“Unik dan Beda”

Ibu Yusro menerapkan manajemen yang unik dan berbeda dengan mengedepankan sistem kekeluargaan. Ibu sekaligus juga bertindak sebagai guru dan memberikan kepercayaan kepada para karyawan. Tetapi justru karena kepercayaan itulah yang membuat kami bersemangat untuk tidak mengecewakannya atau mengkhianatinya.

Bayangkan saja, saya baru bergabung satu tahun tetapi sudah diberi tanggung jawab yang sangat vital. Beliau tidak pernah mengorbankan kami untuk kepentingan perusahaan. Misalnya terjadi permasalahan dan kami tidak mampu mengatasi, mentok maka Ibu akan turun tangan menyelesaikan permasalahan. Dan biasanya, kalau Ibu sudah “turun” tidak ada masalah yang tidak selesai.

Menurut saya, Ibu adalah seorang perempuan yang mempunyai keinginan, kemauan, impian dan harapan yang tinggi. Kemauan Ibu sangat keras untuk bangkit dan maju, itulah yang diharapkan dari Tazakka. Ibu meskipun seorang ibu, tetapi tidak pernah mencampuradukkan masalah rumah tangga dan pekerjaan. Makanya saya yakin, selama semangat Ibu masih seperti itu, Tazakka akan lebih maju. Begitu juga dengan usaha-usaha Ibu yang lain.

Qurnia Kartika (Manager Umum PT Tazakka Ceria Wisata)
“Manajemen kekeluargaan”

Ibu Yusro menerapkan manajemen kekeluargaan sehingga semua karyawan sudah dianggap anak olehnya. Ibu Yusro selalu menempatkan posisinya sebagai seorang pemimpin yang baik. Jika ada permasalahan kita selalu diberi kepercayaan untuk mengatasinya terlebih dahulu. Kalau sudah tidak bisa diselesaikan, barulah Ibu yang turun tangan mengatasinya.

Selama tiga tahun bekerja dengan Ibu, saya sebagai karyawan lebih banyak mengalami suka dibandingkan dengan duka. Karena kita merasa nyaman bekerja dengan Ibu, bekerja bersama-sama dan saling mendukung satu sama lain. Memang Ibu juga marah kalau pekerjaan kita menimbulkan masalah, tetapi Ibu juga memberikan jalan keluar dari permasalahan yang kita timbulkan. Dari situlah kita belajar, karena begitu sudah paham terhadap permasalahan dan cara mengatasinya, Ibu sudah tidak marah lagi. Saya berharap semoga jamaah yang pergi haji atau umrah lewat Tazakka semakin banyak.

Fauzie Muliawan (Staf Umum)
“Nyaman dalam suasana kekeluargaan”

Tiga tahun di Tazakka saya menemukan kenyamanan di tempat bekerja yang penuh dengan suasana kekeluargaan, tenang dan tanpa keluhan sedikit pun. Ibu Yusro bagi kami para karyawan bagaikan kakak, orang tua, sekaligus seorang ibu karena saking akrabnya. Tidak heran, Ibu adalah tempat kami curhat terhadap masalah yang kami hadapi, tidak hanya pekerjaan tetapi juga masalah pribadi. Alhamdulilah selama bergabung di sini tidak ada kekurangan yang saya temukan.

Kami sebagai karyawan malah sering sharing kalau ada apa-apa baru disampaikan ke Ibu. Yang terbaik bagi karyawan pasti akan ditindaklanjuti dan Ibu memberi kepercayaan kepada karyawan tidak pernah separuh-separuh tetapi 100 persen. Di perusahaan ini tidak ada batasan antara karyawan dan atasan. Saya berharap, semua tambah maju khususnya usaha-usaha Ibu yang lain. Yang mana kami selalu dilibatkan pada usaha baru Ibu diluar Tazakka.

Aaron Ardian Cholis (Putera pertama)
Ossama Cholis (Putera kedua)
Muhammad Haitsyam Cholis (Putera ketiga)
“Mama hebat, tangguh dan luar biasa”

Mama adalah sosok seorang Ibu yang hebat dan luar biasa. Selalu mendukung keinginan anak-anaknya. Termasuk keinginan saya sebagai anak pertama yang ingin berkecimpung di dunia entertainment mendapat dukungan Mama. Kami bertiga merasa lebih nyaman sekarang dengan tidak kehadiran ayah di antara kami. Lebih bebas tetapi harus bertanggung jawab terhadap kebebasan itu. Mama tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap kami.

Mama itu enak diajak curhat masalah yang kami hadapi. Dari masalah sekolah, teman-teman bahkan sampai masalah “cewek” sekalipun. Meskipun Mama sangat sibuk, tetapi Mama jago membagi waktu. Ketika kami perlukan, Mama selalu ada untuk kami. Mama mengajari kami untuk selalu bersyukur terhadap apa yang telah kami terima.

Kami sering diajak Mama ke tempat kerjanya sehingga kami tahu dan mengerti bagaimana Mama bekerja. Selain itu, setiap tiga bulan sekali kami diajak Mama untuk menyertai jamaah sehingga kami semakin paham apa yang dilakukan Mama.

Meskipun single parent dalam membesarkan kami ketiga anaknya, tetapi “as long as, we happy” dengan hanya berempat saja. Kami bisa melewatkan waktu bersama-sama, makan-makan, menyanyi dan jalan-jalan. Hingga saat ini belum kepikiran untuk mempunyai pengganti papa lagi. Kami menikmati kebersamaan ini.

Tahun depan, saya akan kulaih di UCLA, Amerika Serikat. Sedangkan Ossama akan ke SIngapura untuk melanjutkan sekolah SMP-nya, sementara bungsu di rumah menjaga Mama. Jadi Mama tidak usah khawatir, masih ada tiga jagoan yang selalu siap menjaga Mama. Terima kasih, Mama.

Sekilas PT Tazakka Ceria Wisata

Profil Perusahaan

Segala puji milik Allah SWT Rab semesta alam, atas limpahan karunianya sehingga sampai dengan hari ini kita masih dalam keadaan beriman kepadaNya, serta nikmat persaudaraan diantara kita. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw pembawa Risalah Illahi yang memberikan suri tauladan kepada umatnya untuk saling menyayangi diantara mereka serta tetap menjaga silaturahim.

Tazakka Tour adalah Biro Perjalanan Umrah dan Haji Eksekutif yang mempunyai komitmen: Membimbing dan mengantarkan jamaah haji beribadah dengan khusyuk dan sesuai sunnah Rasulullah saw.

Kebenaran dan ketetapan pelaksanaan haji dan umrah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw adalah merupakan salah satu syarat mutlak untuk mendapatkan ibadah haji dan umrah yang mabrur.

Berhaji adalah melaksanakan seluruh manasik haji sesuai tuntunan Rasulullah saw. Karena itu pengetahuan tentang tuntunan Haji sesuai Sunnah Rasulullah saw merupakan sesuatu yang harus dipersiapkan agar tidak menjadi ibadah yang kosong nilai.

Sejarah

Tazakka Tour didirikan pada tanggal 18 September 2002 di Jakarta oleh Hj. Yusro dan H. M. Cholis Daud, Lc. Dengan motivasi untuk mengantarkan jama’ah kembali kefitrahnya, kembali suci sesuai dengan makna “Tazakka“.

Berdasarkan motivasi tersebut Tazakka Tour bertekad untuk menjadi pelayan tamu Allah, sungguh terhormat menjadi pelayan tamu Allah, untuk itu Tazakka Tour berupaya semaksimal mungkin menghantarkan tamu Allah dengan ikhlas dan tawakal kepada ibadah yang diterima (mabruur) menuju keridhaan-Nya sepanjang masa.

Visi

Menjadi biro penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah yang mengantarkan jamaah beribadah khusuk dan benar sesuai Sunnah Rasulullah saw yang di bangun atas kesadaran dan pemahaman yang benar.

Misi

Mendorong kemantapan calon jamaah untuk menunaikan ibadah umrah/haji secara benar dan sempurna untuk mencapai ibadah yang mabruur
Mengembangkan penyelenggaraan program perjalanan ibadah umrah/haji yang unik, pembimbing ibadah yang siqah, serta pelayanan yang amanah
Mengembagkan karyawan profesional-amanah untuk melayani jamaah secara profesional dan amanah
Mengembangkan ukhuwah Islamiyah, silaturrahim, ta’awanu ‘alal birri wa taqwa untuk mencapai kehidupan yang rahmatan lil ‘alamiin

Keistimewaan
Pelayanan Optimal
Bimbingan Ibadah Berkesinambungan

Tujuan Didirikan
Mengelola usaha penyelengaraan perjalanan ibadah yang berdimensi dua kebaikan
Menjadi salah satu sumber pendapatan yang halalan-thayyibah
Menjadi pintu masuk untuk mengembangkan berbagai usaha lain yang berkaitan

Legal Dokumen
Notaris Elliza Asmawel, SH., No. C.603 H.03.02.TH.2000
SK. Menkeh. RI No. C-155.HT.03.01-TH 2002
Notaris Nelly Sylviana, SH
SIU BPU, Kpts. Dirjen Pariwisata No. 503.11/23/SK/PAR/IV/2004.  16 April 2004
S.K. Menag. RI. No. D / 341 tentang penetapan Biro Perjalanan Umumsebagai penyelengara perjalanan Umrah, tanggal 31 Agustus 2004
NPWP No. 02.173.868.7-017.000
TDP No. 090316338884

Asosiasi
ASITA (Association of the Indonesian Tours & Travel Agency)
AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelengara Haji & Umrah Republik Indonesia)

Prinsip Kerja
Amanah
Praktis
Obyektif
Terbuka

Manajemen
Penasehat: Ustd. H Hasan Bisri, Sag., H Teddy Herdyana
Direktur Utama: Hj Yusroren Elizabeth
Pembimbing Ibadah: Ustd. H Mochtar Husain, Lc

PT Tazakka Ceria Wisata
Kantor Pusat
Ruko Mega Kalimalang, Jl KH Noer Alie No 25 Bekasi
Telp. (021) 88962292, 88965995, Fax. (021) 88962292
HP. 08788397266 – 081808102323
Website: www.tazakka.com
Email: yusroelizabeth@tazakkatour.com

Kantor Cabang Jambi
Jl A Rahman Saleh
Pasir Putih Beringin, Jambi Selatan
Phone: (0741) 7837302 – 7837304

Drs. H Wirsad Yunuswoyo, M.Pd

No Comments

Drs. H Wirsad Yunuswoyo, M.Pd
Kepala Sekolah SMAN 4 Cirebon
Kerja Keras dan Tujuan Yang Jelas Mengangkatnya Berprestasi
Berangkat dari menjadi guru di SMP Negeri 3 Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1978, Drs. Haji Wirsad Yuniuswoyo, M.Pd, yang pegawai negeri sipil dan  kepala sekolah SMAN 4 Cirebon ini mengaku  kalau karier pendidikan gurunya selalu berpindah-pindah sekolah. Sebab satu tahun kemudian tepatnya 1979, guru bidang study matematika ini berpindah kembali ke SMP Negeri 4 Cirebon. “Di SMPN 4 inilah, masa pengabdian saya cukup panjang, “ungkapnya.
Sebab pada tahun 1990, barulah ia berpindah sekolah lagi, atau tepatnya ke SMAN 3 Cirebon. Namun sebelumnya, kata Wirsad, pada tahun 1987,  ia sempat masuk menjadi guru inti PKG (Pemantapan Kerja Guru) sebagai guru inti di bidang  mata pelajaran matematika selama 3 tahun. Bapak tiga anak ini mengaku perjalanannya cukup panjang untuk sampai ke jabatan kepala sekolah.
Program pemantapan kerja guru ini merupakan hasil kerjasama dengan world bank. Hasilnya cukup baik, dan banyak dijadikan model pelatihan oleh guru lingkungan sekolah. Selain itu  PKG juga telah sedikit mengubah paradigma tentang ketakutan siswa pada bidang study matematika, “Artinya ketakutan yang berlebihan itu bisa kita atasi, jadi kalau ada siswa yang nilai matematikanya buruk, itu karena mereka tidak memahami dan mengerti, termasuk kurangnya latihan,“ paparnya.
Menurutnya, berbagai pengalaman yang telah ditimbanya, mulai dari guru teladan Tingkat Jawa Barat, pada tahun 1997 hingga kepada organisasi  persaudaraan haji, sebelum kemudian menjadi kepala sekolah berprestasi di tahun 2007. “Pada tahun 1993 hingga 1996, saya pernah mengabdi menjadi guru di SMAN 6 Cirebon, yang dahulu adalah Sekolah Guru Olahraga (SGO),“ katanya. Bahkan di tahun yang sama, ia sempat mengikuti RECSAM (Regional Education Course Science An Mathematic) di Malaysia selama 6 bulan kemudian menjadi instruktur PKG matematika se-Jawa Barat.
“Sebelum Propinsi Banten meminta memisahkan diri untuk menjadi Propinsi baru dari propinsi Jawa Barat, saya sering mengadakan perjalanan (study banding dan pembinaan kepada guru-guru Matematika) ke daerah tersebut, “ungkapnya. Bukan hanya Serang, Pandeglang, tapi juga hingga ke daerah Lebak dan Cibakung.
Memang pengalaman panjang telah membuatnya banyak menorehkan prestasi akademik. Namun bukan Wirsad, kalau tidak bisa membawa sekolah yang dipimpinnya maju dan berkembang. Dengan bekal berpindah-pindah sekolah, dan pengalaman mengikuti training serta pendidikan leadership, lambat laun bapak yang beristrikan hajjah Yanthi Sri Iryanti ini pun semakin matang. Tak heran, jika ia pun menyelesaikan kembali sekolahnya di program pascasarjana/M.Pd.
Sarjana pertamanya ia selesaikan S1 bidang Matematika. Wajar saja bapak dua putra dan satu putri ini mengenyam banyak bidang prestasi, karena pada tahun 1993 hingga 1998, ia pernah menjadi penulis buku Matematika, yakni Aritmatika untuk SMP-SMA dengan penerbit Intan Pariwara,  Tiga Serangkai, dan Pakaraya serta LKS Matematika. “Sayangnya LKS yang semula merupakan pembelajaran yang dikembangkan oleh negara Inggris untuk memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran dengan metoda penemuan, di Indonesia justru dijadikan tempat menulis soal-soal, ini sebuah ironi,” tuturnya dengan nada kecewa.
Karakternya yang kalem dan penuh karismatik, telah membuatnya disenangi berbagai warga sekolah yang dipimpinnya. Tak heran bila ia telah mengikuti berbagai pendidikan yang sifatnya menunjang profesinya. “Kerjasama antar sekolah (sister school) dengan berbagai negara, telah membuatnya makin kaya akan pengetahuan yang didapat. Ia pun kerap bepergian untuk mengadakan studi banding tentang pendidikan pada sekolah di negara yang dikunjunginya.
Namun begitu, tidak dipungkiri pula untuk menjalin kerjasama dengan negara lain seperti China dan Australia. Setelah dipikirkan, Australia merupakan pilihan utama dan solusi yang tepat, mengingat jarak kedua negara ini relative dekat dan tidak membutuhkan biaya yang mahal untuk sampai ke Australia. “Namun begitu, saya sebagai Kepala SMAN 2 Cirebon juga mendapat tawaran untuk bekerja sama dalam rangka sister school di negara Turki. Pada saat ke Turki ada sedikit kemacetan komunikasi, terutama masalah penggunaan bahasa Inggris, mereka/orang Turki lebih senang bicara bahasa Turki, “jelasnya. Namun belum lama beristirahat sepulangnya dari Turki, ia pun mendapat tugas baru menjadi untuk memimpin sebuah sekolah SMAN lagi yaitu SMAN 4 Cirebon.
Panggilan itu pun diterimanya dengan tenang, tanpa terpaksa, apalagi gundah gulana. Baginya jiwa pendidik merupakan nomor satu untuk mengabdi, tantangan di bidang pendidikan. Tantangan itu pun ditanamkan dalam benaknya, dan berusaha untuk menjadikan sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah unggulan dan memiliki prestasi yang menonjol. “Saat ini yang terpenting adalah mutu atau kualitas. Jadi apakah itu sekolah swasta atau negeri, kalau memang kualitasnya bagus, maka ia berhak untuk menjadi sekolah favorit.”
“Semangat, disiplin, serta menerapkan peraturan sekolah kepada warga sekolah, merupakan mutu keharusan,“ ungkapnya. Peraturan yang ketat ini dilakukan, sebagai wujud kasih sayangnya kepada warga sekolah agar mereka hidup teratur jiwa dan raganya. Tidak boleh ada siswa maupun guru terlambat masuk sekolah. Baginya keterlambatan mereka sama saja dengan membuat sekolah menjadi berantakan.
Bapak yang memiliki motto Segala yang akan dilakukan harus jelas tujuannya ini mengaku juga pernah menjadi kepala sekolah  di SMAN 9 Cirebon pada tahun 1999-2001. “Waktu itu sekolah ini masih baru lagi, dan saya ditunjuk untuk menjadi kepala sekolah, Namun biarlah dan ini merupakan tantangan,“ ungkapnya. Sebab katanya, selain harus berhadapan dengan lingkungan yang baru siswa-siswinya, juga kepada masyarakat sekitar. “Hal ini bukan pekerjaan yang mudah, mengingat dibutuhkan sosialisasi yang tinggi, agar masyarakat mau menerima kehadiran sekolah dan isinya.
“Saya terpaksa harus bersikap tenggang rasa dan tidak ketat, maklum lingkungan baru dan sekolah baru, jadi harus dipahami dan dimengerti persoalan mereka.” Namun, bukan begitu juga lembeknya atau membiarkan sekolah tanpa kerjasama dengan masyarakat, Wirsad juga mengaku pernah memberikan semacam ultimatum berupa ancaman kepada masyarakat, agar mau dan  rela membantu sekolah baru tersebut. Sebab jika masyarakat setempat enggan membantu perkembangan sekolah, ia pun mengancam akan melaporkan kepada Walikota untuk memindahkan sekolah tersebut, namun sebaliknya jika mereka membantu dan mendukung sekolah, maka pihaknya akan meminta walikota untuk membuatkan proyek jalan masuk ke sekolah dan desa-desa sekitarnya.
Akhirnya masyarakat yang semula menolak kehadiran sekolah tersebut bersedia mendukungnya dengan menjaga dan melestarikan kawasan sekolah dari aksi vandalisme alias coret-coret, termasuk mengizinkan angkot masuk ke kawasan sekolah. “Semula mereka menolak kehadiran angkot, karena mereka menganggap kehadiran angkot telah mengambil ladang mata pencaharian ojeknya,“ tutur Wirsad.
Ia menambahkan walaupun sebagai guru matematika, namun tidak bisa memaksakan kehendaknya agar siswa-siswi di SMAN 9 menjadi juara matematika, mengingat kemampuan siswa dari desa tersebut kurang mumpuni. Namun setelah melihat badan siswa-siswi sekolah itu  besar-besar, barulah ia berpikir untuk membawa potensi keunggulan tersebut dalam bidang olahraga. “Akhirnya mereka dapat meraih prestasi dengan  menjadi juara cabang atletik, volley ball, di berbagai kompetisi sekolah maupun kejuaraan tingkat daerah,“ ceritanya.
Padahal tempat latihan volley ball pun tidak memadai, tiang net terbuat dari bambu, garis di tanah dari kapur, tapi semangat mereka yang pantang menyerah untuk berprestasi memecutnya untuk meraih juara. Memang bukan hanya cabang atletik, lomba baris berbaris atau paskibraka juga meraih juara. “Tapi ya itu juaranya dalam bidang fisik, tetapi belum ke bidang sains/keilmuan,“ paparnya. Dua tahun menurutnya ia memimpin sekolah di SMAN 9 Cirebon tersebut.
Selanjutnya, kepala sekolah di SMAN 7 Cirebon pada tahun 2001-2007. Ironinya, belum memimpin sekolah, ia sudah mendapat laporan dari kepala kelurahan dan RW setempat bahwa sekolah ini sering tawuran dengan sekolah SMK. Bukan Wirsad kalau tidak bisa mengatasi segala persoalan yang dihadapinya, dengan bekal pengalaman yang banyak memimpin dan mengajar di sekolah, ia pun lalu berpikir untuk  menjembatani dan mengajak berdamai  atau menggalang kerjasama dengan pihak SMK. “Kebetulan kepala sekolah SMKnya adalah adik kelas saya saat kuliah di S2, jadi mudah untuk diajak berkomunikasinya, “paparnya. Setelah keduabelah pihak mengadakan pertemuan, baik guru maupun siswanya, tawuran yang selalu terjadi itu, akhirnya berdamai.
Berturut-turut kepala sekolah di SMAN 3 Cirebon Januari hingga Juni 2008, dan SMAN 2 Cirebon tahun 2008 -2010. Kini perjalanannya sekarang adalah sebagai kepala sekolah di SMAN 4 Cirebon. “Penempatan itu baru diberikan pada bulan Juni 2010, “paparnya.
Banyak liku-liku yang dihadapinya dalam mengabdi sebagai kepala sekolah. Mulai dari membenahi infrastruktur sekolah, hingga kepada bagaimana mensosialisasikan sekolah ke masyarakat, dan mendidik siswa dan guru-guru untuk selalu unggul. “Bayangkan saja di SMAN 3 Cirebon, saya harus memperbaiki sarana dan prasarana olahraga, “ungkapnya.
Selain sebagai kepala sekolah, Haji Wirsad, juga menyempatkan diri untuk memberikan motivasi untuk siswa-siswinya dengan memberikan motto berupa bekerja penuh ihklas sehingga merasa tidak beban, kedua, rajin beribadah, ketiga, semangat, keempat, tidak mudah putus asa, kelima, tanggungjawab dan jujur, keenam, setiap kesempatan jangan ditunda-tunda, dan kesempatan tidak selalu datang dua kali, ketujuh, mengerjakan sesuatu langsung jangan sampai ditunda-tunda, kedelapan, dapatkan informasi secepatnya/duluan, mendapatkan informasi duluan, berarti ilmu pengetahuan kita dapat duluan, dan kesembilan, berserah diri pada Allah. Jika kita menerapkan atas sikap-sikap di atas, insya Allah kita dapat menjadi orang yang sukses.
“Pak Wirsad adalah tipe pekerja keras, terbukti hanya dalam hitungan bulan di SMAN 4 Cirebon sudah banyak yang dibenahi, terutama pada infrastruktur, seperti rehabilitasi laboratorium computer dan ruang PSB (Pusat Sumber Belajar), perbaikan kursi, taman dan sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler,“ jelas Kepala Tata Usaha SMAN 4 Cirebon
Dalam bidang pembinaan kesiswaan, Wirsad yang lahir di Cirebon 29 Juni 1957 ini, juga telah mencanangkan kedisiplinan dengan menggunakan system point, mengadakan apel siaga pada jedah waktu, antara pasca UAS hingga dengan menjelang pembagian raport. “Obsesinya adalah bagaimana agar lulusan siswa-siswi SMAN 4 Cirebon ini dapat berkompetisi dan bersaing di dunia nasional maupun internasional,“ kata Drs. Irman Darojat, Guru SMAN 4 Cirebon.
Menurut Wirsad, visi dalam sekolah ini  adalah bagaimana menjadikan siswa yang bertakwa dan berprestasi. Bertakwa disini, maksudnya kata Wirsad adalah yang berkaitan dengan masalah kecerdasan spiritual, sedangkan berprestasi pengertiannya luas, menyangkut akademisi, non akademis, atau intelegensia, dan berakhlak mulia menjadikan siswa sebagai insan kamil, sopan santun, cerdas, dan berbudi pekerti.
Ditambahkan untuk misi sendiri itu ada lima besar, yakni pertama,  membina keimanan dan meningkatkan ketakwaan, artinya siswa yang masuk sekolah di sini, harus sudah memiliki keimanan dan juga ketakwaan. “Jadi jangan sampai kering begitu.” Kedua, Mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada keunggulan, artinya pendidikan itu harus dikembangkan, jangan begitu saja, atau hanya sekedarnya, melainkan bagaiman pendidikan berkualitas. Ketiga, meningkatkan kemampuan dan kecakapan peserta didik, serta membina minat dan bakat secara kreatif, artinya, siswa dituntut untuk mampu dan memiliki ketrampilan, serta minat dan bakat yang baik. Dengan bakat dan minat yang berbeda-beda, diharapkan mereka bisa memilih mana yang sesuai dengan hati nuraninya atau tidak, misalnya mereka ingin memilih kedokteran, “kalau memang arahnya ke sana, maka kita bimbing, begitu pula dengan bakat, jika bakatnya di bidang olahraga, maka kita arahkan ke olahraga, begitu dan seterusnya, “jelas Wirsad. Harapan lainnya adalah bagaimana unsur tersebut bisa mengangkat nama sekolah, sehingga sekolah  bisa unggul. Ternyata misi sekolah ini membuktikan dengan siswa berprestasi di bidang olahraga, seperti silat, tinju dan atletik dan sebagainya. “Mereka ini merupakan atlet-atlet nasional, yang banyak berkiprah membantu dan mengharumkan nama bangsa dan negara di arena internasional, “ungkap Wirsad. Keempat, membina sikap ilmiah, disiplin dan tanggungjawab.
Selain harus menjalankan visi dan misi sekolah, strategi lain yang dikembangkan Wirsad, adalah melakukan pendekatan dengan siswa dan guru. Cara ini cukup efektif, kenyataan banyak siswanya memberikan segudang prestasi dan piala. Begitu pula dengan guru-gurunya,  mereka pun menunjukan kualitas pengajarannya dengan baik. Bahkan Wirsad tak segan-segan membantu mereka untuk mendatangkan para ahli untuk dijadikan nara sumber tukar menukar pikiran atau pendapat “Shearing” guna kemajuan sang guru. Ia pun juga kerap terjun memberikan nasihat dan wejangan, terutama terkait dengan metode belajar mengajar yang bisa dipahami siswa.
Kenyataan sikapnya yang ramah, sopan santun, dan demokratis kepada semua orang, membawa dirinya banyak diminati warga sekolah. ”Mereka mengaku merasa kehilangan jika Pak Wirsad harus pindah sekolah,“ kata Dra. Siti Rochani, Guru Ekonomi. Prinsip Wirsad adalah bagaimana mencontohkan sikapnya yang benar kepada warga sekolah. “Seribu nasihat tidak akan bermanfaat, jika contoh atau sikap yang kita tunjukan tidak sesuai dengan tingkah laku.”
Pola pendekatan dalam bentuk tingkah laku ini, ternyata sangat berpengaruh terhadap kehidupan kepemimpinan Wirsad. Terbukti banyak sekolah yang telah ditinggalkan, saat berkunjung ke tempat itu lagi, ia mengaku mendapat sambutan yang berlebihan. Hal ini tidak terlepas dari peran dan kinerjanya yang dirasakan warga sekolah sebagai hal yang baik dan profesional.
Banyaknya sekolah yang dipimpinnya berkembang dan maju, juga merupakan bukti bahwa kemampuannya dalam mengembangkan sekolah sudah profesional dan managerial. Untuk itu, tidak ada sesuatu hal yang berhasil tanpa dibarengi kerja keras yang sungguh-sungguh. Itulah harapannya kepada semua guru, agar generasi  berikut  bisa mengikuti langkahnya yang baik. Ia berharap siswa dan guru serta orangtua murid memahami konsepsinya akan kemajuan sekolah. Sebab katanya, kepala sekolah hanya jabatan sesaat, selanjutnya mereka yang akan menjalani. Demikian ungkapan Haji Wirsad Yuniuswoyo dalam bincang-bincangnya. Semoga apa yang dicita-citakan untuk kemajuan sekolah dapat terkabulkan, dan generasi muda dapat melanjutkan kegiatannya untuk menjadikan pendidikan yang bermutu.

Sutar, SE, MM

No Comments

Sutar, SE, MM
Ketua Yayasan Perguruan Ksatrya Lima Satu

Hidup Penuh Tantangan Menuju Kesuksesan

Setiap orang sadar akan perjuangan dalam hidup. Yakni jalan yang harus ditempuh untuk menuju kesuksesan. Di mana setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk mencapainya. Semua tinggal bagaimana upaya yang dilakukan untuk mencapai keinginan tersebut. Selebihnya, ada kuasa Tuhan yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seorang manusia.

“Hidup adalah perjuangan, pekerjaan adalah harapan dan kesuksesan merupakan impian manusia di dunia yang penuh dengan dinamika. Semua manusia mengharapkan kehidupan yang layak, pekerjaan yang mapan serta kesuksesan dalam setiap langkahnya. Tetapi impian tinggal impian. Manusia hanya bisa berharap dan berangan-angan untuk kesuksesan hidup karena Allah SWT telah menentukan jalan hidup setiap manusia,” kata Sutar, SE, MM., Ketua Yayasan Perguruan Ksatrya Lima Satu.

Nasib setiap manusia, lanjutnya, sudah tertulis dan tersirat dalam garis kehidupan masing-masing. Setiap manusia tinggal menunggu kapan tepatnya waktu kesuksesan berpihak dalam kehidupannya. Dan, pada detik-detik penantian tersebut manusia harus termasuk berusaha untuk menciptakan dan meraih kesuksesan dalam hidupnya.

Salah satu contoh paling tepat adalah pengalaman hidup Sutar sendiri. Dengan tanpa berhenti berusaha dan bekerja keras, perlahan namun pasti kesuksesan demi kesuksesan diraihnya. Bagaimana tidak, berangkat dari keluarga sederhana dan miskin di kampung halaman, ia berkembang menjadi seorang pendidik yang sukses mengelola tiga buah sekolah.

Perjalanan hidup penuh liku dan perjuangan harus dilalui Sutar sejak kecil. Ia datang ke Jakarta ikut pamannya dengan tujuan melanjutkan sekolah. Di luar jam sekolah, ia membantu pekerjaan sang paman di Yayasan Perguruan Ksatrya. Di yayasan inilah, ia juga menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMK Ksatrya.

“Saya awalnya dari nol, datang ke Jakarta ikut paman untuk melanjutkan sekolah. Pagi membantu paman, setelah itu masuk sekolah dan kemudian membantu paman lagi, ikut bekerja di sini. Saya ketemu dengan pengurus, dan sambil bekerja di sini saya bisa menyelesaikan sekolah sampai jenjang S1 dengan biaya sendiri,” tuturnya.

Pendiri yayasan, Prof. DR. RP Soejono sedikit demi sedikit mulai memberikan kepercayaan kepada Sutar. Salah satunya, adalah dengan memberikan dorongan penuh untuk melanjutkan pendidikan S2-nya. Setelah menyelesaikan studi, tugas besar diberikan pendiri yayasan kepadanya, yaitu memimpin yayasan dengan 1400 siswa di dalamnya.

“Ini amanah yang sangat besar untuk mencerdaskan anak bangsa. Mudah-mudahan apa yang kami kerjakan sampai tahun 2015 dapat berjalan dengan lancar. Semoga program-program yang kami canangkan selama masa kepengurusan kami berjalan dengan baik. Begitu juga dengan rintangan dan halangan semoga mampu kami atasi,” kata pria 35 tahun dengan dua orang anak ini.

Bertahun-tahun berkutat di dunia pendidikan, membuat Sutar merasa memiliki kecocokan. Bahkan, seluruh tantangan yang dihadapi selama menekuninya sudah tumbuh menjadi semacam “roh” dalam hidupnya. Ia berharap dengan terjun di dunia pendidikan mampu mengangkat harkat dan martabat keluarga mengingat latar belakang kehidupan keluarganya. “Kebetulan keluarga kami sangat sederhana sehingga bisa seperti ini menjadi kebanggaan orang tua. Karena kami betul-betul orang tidak mampu di kampung,” ungkap dosen STIE Pertiwi dan STIE Muhammadiyah Jakarta ini.

Sutar menjawab kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan mencurahkan tenaga dan pikiran untuk kemajuan sekolah serta yayasan yang sangat dicintainya. Di bawah kepemimpinannya, ia berharap yayasan semakin maju dengan fokus utama pada kesejahteraan guru dan karyawan yang lebih baik. ia sadar betul, kesejahteraan merupakan tonggak utama untuk meningkatkan kemajuan sekolah dan Yayasan Perguruan Ksatrya.

“Bagaimana cara agar guru bisa sejahtera, nanti pelan-pelan akan kami upayakan. Mungkin dengan kenaikan gaji. Kami juga memiliki program jangka panjang untuk perbaikan sarana dan prasarana, yang kami bangun dengan jerih payah kami, keluarga besar Yayasan Perguruan Ksatrya- bersama tim kami sehingga terwujud empat lokal kelas yang representative. Mohon doanya, setelah lebaran ini akan terus kami tingkatkan,” ujarnya.

Peningkatan Mutu SDM

Selama dua tahun memegang jabatan sebagai Ketua Yayasan Perguruan Ksatrya, Sutar mencoba membenahi kualitas SDM. Ia memulai dari tenaga guru yang mengajar di tiga sekolah di bawah yayasan, SMP Ksatrya, SMA Ksatrya dan SMK Ksatrya. Setidaknya, para staf pengajar terus ditingkatkan kompetensinya melalui berbagai pelatihan.

“Ini merupakan hal yang utama dari kegiatan yayasan. Dari segi peningkatan mutu SDM, Bapak dan Ibu guru terus kita pacu. Demikian juga sarana dan prasarana sedikit demi sedikit akan berjalan sesuai dengan keinginan kami serta aturan pemerintah,” ujarnya.

Sutar juga melaksanakan hal serupa terhadap anak didik yang akan menempuh pendidikan pada sekolah-sekolah yang dikelola yayasan. Setelah lolos seleksi, siswa baru akan “digojlok” pada saat liburan semester I. Siswa kelas I akan diajak tour ke daerah dalam rangka observasi siswa baru. Kegiatan yang dilakukan selama tour bukanlah perploncoan melainkan mendidik siswa untuk mandiri.

“Kegiatan di sana banyak, baik yang sosial seperti pasar murah, bakti sosial dan pengobatan masal untuk menunjang kehidupan masyarakat di lokasi tersebut. Itu menjadi ciri khas kami yang unik dan belakangan banyak diikuti oleh sekolah lain,” katanya bangga. Ia juga sangat bangga terkait banyak prestasi yang telah diukir oleh sekolah. “Alhamdulilah prestasinya banyak sekali, apalagi kalau dilihat dari pialanya. Karena dari segi ekskul kita tidak terhitung banyaknya,” imbuhnya.

Prestasi yang ditorehkan, lanjutnya, membuat animo masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang dikelola yayasan sangat tinggi. Bahkan, SMK Ksatrya terbilang sangat maju sehingga harus “menolak” siswa yang mendaftar. Dengan tiga jurusan yang dimiliki –perkantoran, manajemen bisnis dan akuntansi- banyak siswa yang tidak tertampung. “Itupun, ruangan yang tadinya aula terpaksa dialihfungsikan menjadi kelas,” ujarnya.

Dibantu 150 orang staf dan guru, Sutar terus berusaha meningkatkan kemajuan dan kualitas sekolah. Untuk itu, ia mengembangkan budaya kekeluargaan di antara para guru dan staf di lingkungan yayasan. Semua dilandasi dengan tetap mengedepankan moto, Trisila Ksatrya yakni pendidikan, pengajaran dan kekeluargaan. “Ketiga hal itu kita rangkum seperti ungkapan Jawa, makan tidak makan asal ngumpul,” tambahnya.

Untuk menciptakan situasi kekeluargaan yang kondusif, Sutar sebagai ketua yayasan sering “turun ke bawah” untuk melayani para staf dan guru. Ia tidak menjalin hubungan atasan bawahan, tetapi mengembangkan hubungan antara keluarga sendiri. “Mungkin ada bedanya antara kami saat ngumpul, becanda dan lain-lain. pokoknya secara profesional kami bisa membedakannya,” tuturnya.

Sister School

Sebagai ketua yayasan yang mengelola sekolah swasta, Sutar SE, MM sadar betul besarnya persaingan yang dihadapi. Selain menghadapi sekolah negeri yang mendapat fasilitas lengkap dari pemerintah, ia juga bersaing dengan sekolah swasta lain bertaraf internasional. Untuk itu, ia mengedepankan pelayanan kepada masyarakat sebagai konsumen.

“Karena produk kami jasa, ya kami mengutamakan pelayanan kepada konsumen. Makanya kami melayani dengan baik masyarakat sekitar sini yang berurusan dengan kami. Mungkin mulai dari segi tata usahanya, fasilitas dan lain-lain,” katanya.

Selain itu, demi kemajuan sekolah ia juga mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan lain. Ia juga menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan di sekitar sekolah untuk kepentingan “magang” siswa atau praktek kerja lapangan (PKL). Uniknya, setelah lulus banyak siswa praktek yang diterima bekerja di perusahaan tempatnya magang.

“Itu salah satu prestasi juga bagi kami. Karena kami terus berusaha meningkatkan mutu sekolah. Salah satunya kami mengadakan program sister school dengan SMK Negeri 14 dan setiap minggu anak-anak mengikuti pelatihan di BLK milik Depnaker,” terangnya.

Menurut Sutar, sister school merupakan semacam pertukaran pelajar antar sekolah. Salah satu manfaatnya adalah menunjang kekurangan sekolah sekaligus melihat perbandingan kualitas pelajar antar sekolah. Ia mencontohkan, sister school dengan SMKN 14 yang berstandar internasional dan ber-ISO, membuat siswa SMK Ksatrya bisa menggunakan fasilitas sekolah tersebut.

“Antusias sekali pertukaran pelajar seperti itu, karena besar manfaatnya bagi sekolah swasta seperti kami. Karena kami semuanya dikerjakan sendiri, dibiayai sendiri dan kalau pun maju, ya kami maju sendiri. Pokoknya bagaimana kami mengolah sekolah swasta agar tidak ketinggalan. Semua itu harus diawali dari diri sendiri,” ungkapnya.

Ia berharap pemerintah juga memberikan perhatian kepada sekolah swasta sehingga tidak terjadi sekolah swasta yang ditutup atau bahkan roboh dimakan usia. Tetapi dengan kerja keras, selama 58 tahun yayasan berhasil mempertahankan sekolah agar tidak gulung tikar. “Kami masih bisa berdiri dengan modal sendiri. Kami membangun tiga lantai dengan dana dari kami sendiri tanpa bantuan dari pemerintah. Kami juga memiliki visi jangka pendek untuk membuat nyaman sekolah ini dengan membangun sarana yang memadai,” tambah ketua yayasan yang membuka pintu selama 24 jam bagi para pengajar ini.

Menyikapi carut marut dunia pendidikan, Sutar menyatakan bahwa dunia pendidikan Indonesia ketinggalan dari negara lain. Bahkan, jika dibandingkan dengan Malaysia yang dahulu banyak mengirimkan pelajar dan mahasiswa ke Indonesia pun, masih jauh tertinggal. Kondisi sekarang justru terbalik, karena pelajar dan mahasiswa Indonesia banyak yang menuntut ilmu ke negara tersebut.

“Pemerintah sebenarnya tidak tahu persis kondisi di lapangan seperti apa dalam membenahi kualitas pendidikan. Hal tersebut diperparah dengan pejabat-pejabat kita yang menetapkan standar kelulusan yang terlihat sangat dipaksakan. Akibatnya, banyak sekolah di Jakarta banyak tidak siap seperti terlihat pada tingkat kelulusan UN yang sangat memprihatinkan. Kondisi tersebut semakin parah di daerah-daerah pedalaman seperti Papua, NTT dan lain-lain. Itulah gambaran dunia pendidikan yang diperjuangkan oleh pahlawan tanpa tanda jasa,” kata Sutar, SE, MM.

Profil Yayasan Perguruan Ksatrya Lima Satu

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Terutama dalam menyongsong era globalisasi yang penuh dengan persaingan tak terkecuali dalam pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Yayasan Perguruan Ksatrya telah mempersiapkan diri menjadi wadah yang tepat bagi putra-putri kita untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dalam ilmu pengetahuan umum dan dilengkapi ilmu agama sehingga dapat mencetak generasi muda yang berwawasan global serta unggul dalam IPTEK dan IMTAQ.

Yayasan Perguruan Ksatrya merupakan lembaga pendidikan yang didirikan sejak tahun 19Lima Satu oleh Prof. DR. RP Soejono dkk, hingga kini terus mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan antara lain dengan membangun gedung tiga lantai dan dua lantai serta dua laboratorium komputer terbaru (P4) dilengkapi sistem jaringan (LAN) dan internet, laboratorium IPA, ruang multimedia, sarana olahraga, perpustakaan serta kegiatan ekstra kurikuler antara lain Paripurna, serba daya, Paskibra, futsal, basket dan lain-lain. Pendidikan agama yang diberikan kepada siswa antara lain baca tulis Al Quran dan sholat berjamaah yang didampingi oleh para guru.

Yayasan Perguruan Ksatrya Lima Satu mengelola tiga sekolah, yakni:

SMA Ksatrya
Memiliki dua jurusan IPA dan IPS serta terakreditasi “A”

Visi
Terwujudnya kehidupan yang religius, cerdas dan bermartabat
Misi
1.    Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya sehingga menjadi lebih arif dalam berperilaku
2.    Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimilikinya
3.    Menumbuhkan rasa percaya diri sehingga siswa berani dan mampu menghadapi tantangan

SMK Ksatrya
Memiliki tiga studi keahlian, Perkantoran, Bisnis Manajemen dan Akuntasi, serta terakreditasi “B”
Visi
Menjadikan SMK Ksatrya sebagai wahana layanan pendidikan yang menghasilkan tamatan yang beriman, bertakwa dan professional, berjiwa wira usaha serta berdaya kompetisi global

Misi
1.    Meningkatkan kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan pembelajaran secara efektif dan menyenangkan
2.    Menumbuhkembangkan sikap disiplin dalam belajar
3.    Menumbuhkembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan memiliki tata karma
4.    Menumbuhkembangkan sikap rajin dan konsisten dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut
5.    Meningkatkan daya saing yang berwawasan kecakapan hidup

SMP Ksatrya
Visi
Unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan iman dan takwa

Misi
1.    Menciptakan generasi muda yang berbakat dan berakhlak mulia
2.    Meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar
3.    Mengembangkan potensi siswa yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan

Fasilitas dan Sarana Pendidikan
1.    Sarana praktek ibadah (mushola)
2.    Gedung sekolah tiga lantai milik sendiri
3.    Lapangan dan fasiltias olahraga yang lengkap
4.    Staf pengajar yang profesional di bidangnya
5.    Perpustakaan
6.    Laboratorium komputer terbaru (P4) dan full AC serta dilengkapi dengan LAN dan internet
7.    Laboratorium bahasa
8.    Tempat parkir luas
9.    Koperasi
10.    Kantin

Saiman Sholeh, MPd

No Comments

Saiman Sholeh, MPd
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang

Sepanjang Masih Bisa Bernapas Akan Berdakwah, Meskipun Hampir Dikeroyok dan Dibunuh

Tidak selamanya niat baik menuai kebajikan. Kadang tindakan-tindakan yang sesuai dengan ajaran agama pun, menurut orang lain bisa salah. Karena menghadapi manusia dengan keyakinan dan pemikiran masing-masing, persepsi pun bisa berbeda-beda. Apalagi bila manusia itu berjumlah banyak dan terkonsentrasi dalam satu tempat, mereka mudah terprovokasi dan tersulut amarahnya.

Massa yang marah secara bersamaan, seringkali kehilangan akal sehat. Apapun penjelasan yang diberikan tidak mempan, apalagi bila kemarahan tersebut disulut oleh keyakinan yang terusik. Kemarahan semakin mengganas apabila orang yang dianggap “mengusik” keyakinan tersebut berasal dari kelompok lain, lebih muda dan masih hijau, atau kurang pengetahuan. Meskipun yang disampaikan adalah kebenaran, namun kepercayaan terlanjur luntur.

“Tanggal 31 Oktober 1987, saya diusir dari perumahan karena dianggap berbeda keyakinan dengan penghuni lainnya. Ceritanya, ketika memberi ceramah, saya menganjurkan agar mereka tidak terjebak dalam kemusrikan. Mereka tidak terima karena itu adalah bagian dari kepercayaan agamanya. Ya terpaksa, setelah lima tahun tinggal di situ, saya, istri bersama anak pertama harus angkat kaki,” kata Saiman Sholeh, MPd., Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang mengisahkan perjalanan hidupnya.

Saiman Sholeh sebagai ustadz yang menyebarkan ajaran agama Islam jalan terus. Keyakinan untuk berdakwah di jalan Allah, membuat dirinya tetap pada pendirian, meskipun banyak aral melintang menghadangnya. Seperti situasi dilematis yang dihadapinya saat menjadi katib di sebuah masjid yang umatnya terbagi dua. Sebagian menginginkan azan dua kali sementara yang lain cukup sekali dalam ibadah salat Jumat.

Pertikaian terjadi bahkan ketika Saiman sudah berdiri di atas mimbar. Terjadi rebutan “mikrofon” antara kedua belah pihak, sampai-sampai ia harus menerobos di antara kaki-kaki orang yang bertikai. Dengan penuh kesabaran, akhirnya ia berhasil mendamaikan pihak-pihak yang bertikai dan ibadah berjalan seperti biasa.

Namun, rupanya peristiwa tersebut tidak terhenti sampai di situ. Salah satu pihak menyimpan dendam kepadanya. Pada suatu malam, rumah Saiman “digerebek” oleh orang-orang yang kecewa. Ia dimaki-maki dan dibanting-banting agar mengikuti keinginan orang banyak. Tetapi Saiman tidak bergeming selama tidak ada dalil yang mengharuskan itu dalam Al Quran dan Hadits. “Saya tetap keukeuh, kecuali untuk membuat KTP saya tunduk pada Pak RT dan Pak Lurah. Kalau hukum agama ya Al Quran dan Hadits,” tegasnya.

Satu minggu kemudian, Saiman diundang untuk berceramah di wilayah orang-orang yang mendatanginya. Meskipun sadar kalau itu adalah pancingan/jebakan tetapi ia tetap datang dan berceramah di depan mereka. Bahkan istrinya yang sampai “nangis-nangis” melarangnya pun tidak digubris. Sebagai ustadz yang bertanggun jawab terhadap kemaslahatan umat, ia tetap memberikan tausyiah kepada umat.

“Dengan mengucap basmalah dan meminta pertolongan Allah saya berangkat. Setelah selesai ceramah, saya diundang ke rumah salah seorang tokoh wilayah itu. Namanya Pak Muis, untuk mengadakan pertemuan dengan pemuka masyarakat. Di situ terbuka bahwa rencananya saya akan digebuki dan dibunuh. Tetapi karena saya tetap tegar dan “berani” menerima tantangan untuk ceramah, mereka akhirnya malah meminta maaf. Alhamdulilah, hingga sekarang jalinan silaturahmi tetap terjalin,” ujarnya.

Ustadz kelahiran Tangerang, 5 Mei 1955 ini membeberkan rahasia sukses dalam menghadapi orang-orang “keras” dan menantang seperti itu. Saiman sebagai ustadz mengedepankan akhlak yang baik kepada mereka. Dengan senyum, sapa, ramah, dan berusaha memahami keinginan mereka. Ia menambahinya dengan mendoakan orang-orang tersebut agar Allah memberikan hidayah-Nya. Seperti ketika sedang berkutbah dan diminta turun dari mimbar, ia jalan terus dan mendoakan orang tersebut.

“Akhirnya mereka mendapat hidayah dan saya mendapat jadwal tetap untuk kutbah. Bahkan orang yang menyuruh saya turun itu, setiap ada jadwal saya kutbah di masjidnya, malamnya nelpon dua tiga kali. Ia hanya memastikan dan mewanti-wanti saya untuk menjadi katib salat Jumat di masjidnya,” tutur suami E. Kurniyati, MA ini.

Sang istri bahkan pernah melarangnya untuk mengurus umat karena perlakuan terhadap dirinya seperti itu. Karena pelayanan yang diberikan mendapat balasan yang baik malah akan dianiaya bahkan dibunuh. “Saya jawab, sepanjang Bapak –panggilan istri kepada saya- masih bernapas tidak akan berhenti berdakwah. Alhamdulilah sampai sekarang istri tidak pernah mengeluh lagi,” tambahnya.

Menggarap Jamaah Pabrik

Saiman Sholeh, MPd, belajar agama di pesantren dari tahun 1965 sampai 1977. Tetapi ia juga melengkapinya dengan pendidikan formal dari tingkat MI hingga pendidikan pasca sarjana. Rencananya ia akan mengambil program doktor (S3) untuk melengkapi persayaratan sebagai seorang pendidik professional.

“Jadi pendidikan saya itu, dari konservatif Pesantren hingga formal seperti ini. Saya masuk menjadi pengajar di sini tahun 1993.  Kita mulai dari beberapa fakultas –Fakultas Ekonomi, Fakultas Agama Islam, Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Teknik, FKIP, FISIP dan Fakultas Hukum pada Agustus 2009, dengan mahasiswa sekitar empat ribuan. Saya ikut membidani lahirnya Fakultas Teknik, Hukum dan Fisip,” ungkapnya.

Selain itu, Saiman sejak lama aktif berdakwah di masjid-masjid wilayah Tangerang. Disamping memberikan tausiyah-tausiyah keagamaan juga bertugas sebagai khatib ibadah salat Jumat. Ia merupakan lokomotif yang menggerakkan pelaksanaan ibadah salat Jumat di lingkungan perusahaan. Karena sekitar tahun 1980-an, perusahaan-perusahaan di Tangerang belum memberikan keleluasaan bagi karyawan.

Masalahnya, dalam ajaran Islam seorang muslim diwajibkan dan tidak boleh meninggalkan ibadah. Ia berusaha untuk mengubah kebijakan tersebut dengan menyelenggarakan ibadah di lingkungan perusahaan sendiri. “Tahun 1980-an, karyawan tidak boleh jumatan di lingkungan perusahaan. Saya mencoba mengadakan konsultasi dengan majelis ulama di sekitar perusahaan serta manajemen perusahaan sendiri,” ungkapnya.

Sedikit demi sedikit, lanjutnya, perusahaan mulai mengizinkan karyawan untuk mengadakan salat Jumat. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang tadinya hanya memberikan satu ruangan sempit, atau lapangan parkir, akhinya membangun masjid megah untuk kepentingan peribadatan karyawan. “Pabrik milik Hartati Murdaya, bahkan memberikan satu lantai untuk masjid. Setelah itu stabil, saya berikan kepada teman untuk diteruskan. Sementara saya berkeliling di perusahaan-perusahaan lain untuk berdahwah,” tuturnya.

Perbedaan adalah Sunatullah

Pada awalnya, Saiman Sholeh, MPd sangat ditentang orang tua untuk masuk Muhammadiyah. Menurut mereka, Muhammadiyak adalah organisasi keagamaan yang “berbahaya” akibat pola pemikiran yang dipengaruhi oleh didikan penjajah Belanda. Stigma yang tertanam dalam benak orang tua Islam adalah orang-orang yang menggunakan kopiyah dan sarung.

“Tadinya orang tua sangat antipati terhadap Muhammadiyah, karena beliau didikan Belanda. Akhirnya setelah mereka tahu ayat-ayat dan dalilnya, meskipun tanpa sorban dan kopiyah, tidak masalah. Hasilnya ya seperti ini, saya berdakwah sudah 35 tahun, sejak Januari 1975,” ujarnya.

Saiman mengisahkan, justru karena mendapat tentangan dari orang tua itulah yang membuatnya semakin tertarik dan mendalami Muhammadiyah. Dari situ, ia semakin tahu bahwa Muhammadiyah tidak berbeda dengan organisasi Islam di luar Muhammadiyah. Perbedaan yang ditemukannya hanya terkait dengan cara pandang terhadap agama yang dianut.

Ia menjelaskan, perbedaan antara Muhammadiyah dan organisasi Islam lain bagaikan orang membuat pagar bambu. Titik tolak awal saat membelah bambu itulah yang membedakannya, meskipun tujuannya sama-sama membuat pagar. Muhammadiyah membelah bambu dari pangkalnya, sementara organisasi diluar Muhammadiyah memulai dari ujung bambu.

“Intinya begini, kalau ada permasalahan Muhammadiyah menguraikan dari Al Quran, Hadits, dan pendapat ulama/fikih. Sementara diluar Muhammadiyah, dari pendapat ulama/fikih, Hadits dan Al Quran. Hanya berbeda pada titik berangkatnya, tetapi kalau sudah sama-sama paham, sama-sama pinter dalam menjalankan agama, ya tidak ada masalah, semua oke saja,” tegasnya.

Saiman mencontohkan, pada beberapa kegiatan yang diikutinya antara petinggi Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya dapat saling menerima. Mereka memahami perbedaan serta persamaan yang dimiliki sebagai sebuah keindahan dalam menjalankan agama Islam yang mereka anut. Karena perbedaan seperti dikatakan dalam Al Quran merupakan kehendak Allah, yang sebenarnya bisa dengan mudah disatukan-Nya.

“Insya Allah kalau nalar kita pelihara dengan baik, berbeda pemikiran itu tidak ada masalah. Itu kan sunatullah, saya temukan dalam hadits, Ibnu Abbas yang sahabat rasul dan Fatimah dalam menafsirkan ayat itu berbeda. Gus Dur dan Gus Solah juga berbeda dalam menafsirkan ayat, begitu juga dengan yang lain. Oleh karena itu, semakin banyak membaca, semakin luas wawasan dan kita menjadi dewasa. Saya juga sering mengisi tausiyah di masjid yang bukan Muhammadyah, mereka menerima dengan baik,” tuturnya.

Kepada generasi muda, Saiman Sholeh menyarankan agar mereka rajin belajar. Generasi muda juga harus banyak mempelajari otobiografi para pendahulu-pendahulunya. Yakni orang-orang yang sudah berkiprah dan menorehkan prestasinya dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) maupun bidang yang lain. Semua itu harus didasari dengan semangat akhlakul karimah, tidak pernah berhenti berpikir dan belajar.

“Dalam istilah orang sana “tarkuuma si wardas” yaitu tinggalkan segala sesuatu kecuali untuk belajar. Artinya dalam setiap gerak dan langkah harus ada nilai-nilai edukatifnya. Syukuri pemberian Allah Yang Maha Esa, karena pada akhirnya kita akan menghadap-Nya. Hidup dengan mulia dan mati dalam keadaan khusnul khotimah,” ungkapnya.

Prof. Drs. John A Titaley, Th.D

No Comments

Prof. Drs. John A Titaley, Th.D
Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Indonesia Mini Universitas Kristen Satya Wacana

Sejak berdiri pada tahun 1956, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga telah mengusung semangat nasionalisme dan kebangsaan. Ini nampak dalam sejarah kelahirannya setelah kepulangan para guru dari sekolah-sekolah yang ada pulang ke negeri Belanda, pengadaan guru adalah kebutuhan. Oleh karena itu, didirikanlah Universitas Kristen Satya Wacana untuk memenuhi kebutuhan guru dengan nama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI).

UKSW merupakan perguruan tinggi yang didukung oleh gereja-gereja dari Nias sampai Papua yang mengirimkan warganya dari seluruh penjuru tanah air untuk belajar di UKSW. Pada perkembangan berikutnya, UKSW tidak hanya mempersiapkan calon guru saja. Beberapa fakultas dan jurusan unggulan lainnya kemudian berdiri.

“Sebenarnya tahun 50-an itu kita baru belajar sebagai bangsa. Dengan mengundang mahasiswa dari berbagai daerah, UKSW berharap untuk mempersatukan bangsa melalui perkenalan mahasiswa. Kita berkeinginan agar universitas ini menjadi miniature Indonesia, sehingga disebut Indonesia Mini. Mahasiswa berasal dari Sumatera sampai Papua, sehingga sekaligus membina hubungan secara nasional yang humanis. Karena itu visinya ingin menciptakan pemimpin-pemimpin yang berwawasan nasional,” kata Prof. John A Titaley, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Selain itu, UKSW juga berupaya mendidik mahasiswa sebagai calon-calon pemimpin masyarakat dan gereja di daerahnya masing-masing. Juga  untuk melakukan penelitian di bidang agama, terutama hubunggan antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan. Juga menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat untuk menciptakan komunitas akademis yang kritis, kreatif, prinsipiil dan non-konformis. Apalagi dalam lingkungan iman Kristen unsur pluralisme belum secara luas dipahami dan dikembangkkan.

Mahasiswa dan dosen yang direkrut, dengan sengaja berasal dari berbagai gereja pendukung agar supaya benar-benar tercipta Indonesia Mini. Gereja melihat semua itu sebagai sumbangan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, saat tahun-tahun pertama di Salatiga sering terjadi ketegangan kecil antar suku bangsa. Namun semua itu merupakan bagian dari proses pembelajaran sebagai satu bangsa.

“Tahun 80-90an kita mulai mengenal gagasan pluralisme, makanya untuk itulah program pascasarjana dala bidang keagamaan membuka kesempatan bagi mahasiswa dari berbagai agama untuk belajar di UKSW. Kita menyebutnya Program Pasca Sarjana Sosiologi Agama. Ini memang universitas Kristen, tetapi kita mengajarkan agama dengan mempertimbangkan realitas sosial sosialnya dan tidak dilihat dari sisi doktrinalnya. Agama dalam pendidikan ini  tetap dilihat sebagai realitas kemasyarakan yang memiliki unsur-unsur budaya dan kemayarakatan di dalamnya. Bukan semata-mata soal ketuhanan saja,” tegasnya.

Tujuan dari program tersebut adalah membuat umat beragama realistik, bahwa meskipun memiliki agama yang berbeda tetapi sebenarnya tujuannya satu, bergumul tentang kehidupannya yang diyakininya melibatkan Tuhan yang Maha Kuasa. Dengan tujuan yang sama seperti itu, timbul pertanyaan kenapa harus beragama secara eksklusif tanpa mengindahkan agama lain. Oleh karena itu, UKSW mengembangkan pemahaman agama berdimensi sosial yang didengungkan sejak tahun 80-an dengan program Pasca Sarjana Sosiologi Agama.

Pihak universitas, ingin menjadikan UKSW dan Indonesia yang memiliki berbagai etnis, agama dan bahasa, untuk bertemu dan belajar hidup bersama. Semua itu akan berguna ketika mahasiswa selesai belajar, mereka mampu menjadi pemimpin-pemimpin yang memiliki pengalaman kebersamaan sebagai bangsa, baik dari sisi budaya maupun agama. Diharapkan, ketika mereka pulang ke daerah masing-masing dan menjadi pemimpin, dosen, guru, dan apapun profesi yang digeluti, wawasan tersebut diterapkan.
“Kami ingin ada yang melakukan program seperti itu dengan sengaja. Memang ada UKI di Jakarta, Petra di Surabaya, Universitas Kristen di Manado, Kupang, dan Ambon, serta Universitas Maranatha di Bandung. Tetapi kita mencoba melakukan sesuatu sebagai kontribusi umat Kristiani dalam mendukung persatuan dan kesatuan bangsa. Sejauh ini nasionalisme sangat nyata di sini lewat pertemuan intensif antar mahasiswa dari berbagai suku yang kadang berlanjut ke jenjang pernikahan. Salatiga sendiri, sekarang dikenal sebagai Kota Indonesia Mini karena kedatangan mahasiswa dari seluruh Indonesia sehingga menjadi sangat nasionalis. Apalagi penduduknya menerima kondisi tersebut,” ungkapnya.

Karakter Unggul

Menurut Prof. John Titaley, keunggulan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang menarik calon mahasiswa untuk menempuh pendidikan di sini sangat banyak. Sepuluh tahun yang lalu, UKSW dikenal sebagai universitas dengan fakultas ekonomi dan elektero yang unggul. Namun, peta kekuatan itu sekarang menjadi merata seiring dengan kemajuan zaman dan penambahan tenaga pendidik (dosen).

“Tetapi memang yang seperti itu musiman. Jadi kalau ditanya yang menjadi ciri khas, UKSW adalah universitas yang membimbing mahasiswa menjadi nasionalis, humanis dan pluralis. Dalam arti kita ingin alumni universitas ini berbeda dari universitas lain karena memiliki karakter unggul. Akhir-akhir ini kita mengadakan program pendidikan yang mengacu ke arah situ. Bisa dilihat, kalau ada gereja yang mendukung universitas ini memiliki banyak alumni yang menjadi pemimpin di daerahnya,” tukasnya.

Sebagai pakar pendidikan, Prof. John menyoroti masalah mendasar pendidikan di Indonesia. Menurut pandangannya, meskipun alokasi dana pendidikan mencapai 20 persen dari APBN tetapi tidak menyentuh substansi permasalahannya. Salah satunya adalah pendidikan di Indonesia belum memberikan keterampilan belajar yang mendasar atau basic learning skill. Ia mencontohkan saat menempuh pendidikan di USA, anak sulungnya yang kelas III SD mampu membuat sebuah paper walaupun hanya setebal lima halaman. Di Indonesia kemampuan ini baru diajarkan ketika anak sudah di kelas III SMA.

Namun, jelasnya, untuk memiliki kemampuan menulis paper di kelas II SD tidak semudah membalik telapak tangan. Sejak TK di USA itu, anaknya sudah dilatih membuat kalimat yang baik di sekolah. Guru-gurunya setiap hari mewajibkan anak didiknya menulis sepuluh kata yang harus dipakai membuat kalimat. Begitu masuk kelas I, mulai dilatih untuk menyusun kalimat dalam satu paragraph. Kelas II, latihan ditingkatkan dengan mencari informasi dan belajar membuka kamus, ensiklopedi dan informasi lapangan.

“Kombinasi dalam menuangkan informasi dalam kalimat dengan pengumpulan data dari berbagai sumber itulah yang dikembangkan pada saat kelas III. Sayangnya, kita tidak memiliki keterampilan seperti itu dan baru mengajarkan menulis buku pada kelas III SMA. Itu permasalahan kita, pendidikan tidak memberikan keterampilan belajar yang mendasar. Akibatnya di universitas, kita kesulitan untuk menyuruh mereka mencari informasi yang diperlukan. Mereka hanya sekadar duduk saja saat kuliah, sampai mereka menjadi sarjana berbekal hasil kuliah saja,” ungkapnya.

Dengan dana besar dari kementerian pendidikan nasional dan yang dipenuhi pakar di bidangnya, seharusnya pendidikan Indonesia menjadi lebih maju. Meskipun demikian, Prof. John tidak terlalu optimis terjadi perubahan signifikan di dunia pendidikan. Salah satu yang selalu dikritiknya adalah pendidikan agama di sekolah. Sejak akhir tahun 1960an, pendidikan agama yang diberikan di sekolah hanya untuk agama yang dianut siswa, tanpa pengetahuan agama lain. Padahal diluar agamanya, masih ada agama lain dengan kebiasaan, ritual dan pengikut yang berbeda-beda.

“Saya melihat sistem pendidikan nasional tidak mendidik anak Indonesia menjadi orang Indonesia. Salah satunya, saat belajar agama, dia hanya tahu agamanya sendiri, sehingga ketika keluar dari sekolah, dia baru tahu kalau diluar dirinya ternyata ada orang Indonesia lain yang memeluk agama berbeda. Jadi, pendidikan agama tidak menyiapkan anak Indonesia untuk hidup di tengah keragaman Indonesia. Seharusnya sistem pendidikan Indonesia membentuk anak Indonesia menjadi orang Indonesia yang beragam itu. Sayangnya, tidak ada upaya serius dari pemerintah untuk mengubah sistem pendidikan nasional. Mereka harus belajar dari para pendiri bangsa yang memiliki wawasan begitu luas ketika membentuk negara ini tahun 1945,” tandasnya.

Namun, Prof. John merasakan dukungan yang luar biasa dari Pemerintah Kota Salatiga. Keberadaan kampus UKSW –dan dua perguruan tinggi lainnya- merupakan salah satu penggerak roda perekonomian kota berhawa sejuk tersebut. Karena awalnya, Salatiga hanyalah sebuah kotamadya dengan wilayah satu kecamatan saja. Tetapi sejak tahun 1992, pemerintah memperluas wilayah Salatiga dengan menambahkan 12 desa di empat kecamatan.

“Di Salatiga ada tiga perguruan tinggi, yaitu UKSW, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang kemudian menjadi STAIN dan STIE AMA, milik Pemkot Salatiga. Kehadiran UKSW sejak tahun 1956 telah menjadikan Salatiga sebuah kota perguruan tinggi, dengan 150 ribu penduduknya kini, termasuk 12 ribu mahasiswa. Kalau 10 ribu dari 12 ribu mahasiswa UKSW berasal dari luar kota Salatiga dikirimi uang sebesar Rp 1juta setiap bulannya, maka akan masuk uang sebesar Rp10 miliar ke kota Salatiga. Artinya, kehadiran kita juga berpengaruh terhadap perekonomian di Salatiga. Tdaklah mengherankan kalauantara  Salatiga dan Satya Wacana terdapat satu kesatuan yang sulit dipisahkan,” ungkapnya.

Kiprah Putra Papua

Prof. DR. John A Titaley lahir di Sorong 19 Juni 1950 dan ke Ambon saat berusia sembilan tahun menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Saparua, SMP di Ambon dan SMA di Surabaya. Tahun 1970 ia melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

“Tetapi karena kesibukan organisasi, saya baru selesai tahun 1978. Jadi saya aktif di Dewan Mahasiswa dan juga Senat Mahasiswa Fakultas Teologi UKSW dari tahun 1971-1978. Setelah selesai sarjana, saya diminta mengajar di Fakultas Teologi kemudian saya melanjutkan studi doktor di Graduate Thelogical Union (GTU) yang berafilisasi dengan University of California (UC)  Berkeley Amerika Serikat. Setelah selesai tahun 1991, saya kembali mengajar di UKSW,” tegasnya.

Kariernya sebagai pengajar di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga sangat cemerlang. Sejak menjadi dosen biasa di almamaternya tahun 1979, ia juga tercatat sebagai guru besar di berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Ia menjadi pengajar di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.

Sementara di luar negeri, ia adalah Visiting Scholar pada Summer Program Advanced PastoraL Studies  di San Francisco Theological Seminary (SFTS), San Anselmo, USA, Visiting Professor pada Graduate Theological Union (GTU), Berkeley, USA dan Research Fellow pada Temple University dan Louisville Presbyterian Theological Seminary (LPTS) di Louisville, Kentucky, USA dengan Beasiswa Program Akademik Recharging DIKTI.

Semua prestasi yang diraihnya, tidak lepas dari perhatiannya terhadap pluralitas dalam beragama yang bisa disejajarkan dengan Gus Dur, Frans Magnis Suseno dan tokoh-tokoh lainnya. Tidak heran, apabila pengidola Sukarno ini memiliki obsesi besar tentang pluralisme. Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia yang memiliki keragaman budaya, suku dan agama ini sejak dahulu sudah sangat pluralis, sehingga amat disayangkan, apabila belakangan semangat pluralisme itu semakin memudar dalam diri para pemimpin bangsa masa kini.

“Pluralisme adalah tanggung jawab bersama karena kita adalah bangsa yang sangat pluralis. Sebagai orang yang bergelut dengan teologi agama, keinginan saya adalah menghasilkan lulusan Pasca Sarjana dengan wawasan pluralistik. Karena negara ini memerlukan tokoh-tokoh agama dengan wawasan pluralisme yang luas,” ungkapnya.

Prof. John yang mengusung motto “Mengajar dengan Teladan” ini menyerukan agar lembaga-lembaga pendidikan keagamaan membuka diri untuk mengajarkan pluralisme bagi mahasiswa. Tugas lembaga pendidikan keagamaan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa. Lembaga pendidikan keagamaan harus menyelipkan semangat pluralisme di antara ilmu pengetahuan sektarian yang diajarkan.

“Saya berharap agar lembaga-lembaga keagamaan nanti memiliki arah seperti itu. Masa depan kita ada di generasi muda kita yang menghargai pluralisme. Kalau kita tidak mendidik calon pemimpin agama yang pluralis, masa depan kita akan suram. Itu obsesi saya,” kata pria 60 tahun ini.

Menurut putra ketiga dari lima bersaudara pasangan Robert Titaley dan Lien Tho ini memiliki tugas berat mendidik generasi muda di era keterbukaan informasi. Panutan generasi muda sekarang bukan lagi guru atau orang tua, karena mereka bisa mendapatkan semua kebutuhannya melalui internet. Generasi muda sekarang menjadi lebih longgar, permisif dan lebih bebas menyampaikan pendapat-pendapatnya yang celakanya tidak hormat dan tidak memiliki tata krama menurut generasi sebelumnya.

“Memang kita hidup di era seperti itu. Menjadi tugas kita untuk menuntun mereka agar bisa memilih secara tepat. Terutama untuk menyadarkan mereka bahwa meskipun dunia ini menjadi satu tetapi kita sebagai bangsa memiliki ciri-ciri tersendiri. Kita di Indonesia harus merumuskan identitas itu,” ungkapnya.

Prof. John menyadarkan mahasiswa dan dosen di UKSW mengenai kondisi tersebut. Mahasiswa bisa belajar banyak melalui internet dan dosen harus memahami ketika informasi yang dimiliki mahasiswa lebih banyak dari dirinya. Karena internet adalah wahana bebas dan terbuka yang dapat diakses oleh semua orang.

“Misi UKSW adalah menjalin kerjasama antara dosen dan mahasiswa. Harus kita sadarkan bahwa mahasiswa bukan orang yang kosong otaknya. Oleh karena itu, dalam pertemuan di dalam kelas diharapkan terjadi dialog yang seimbang antara dosen dan mahasiswa. Karena informasi bisa didapatkan dengan membuka internet,” tegas pendeta yang ditugaskan gereja mengadakan pelayanan di bidang pendidikan ini. “Jadi saya bukan pendeta di gereja,” tambahnya.

Suami dari Ida Imam dan ayah dua anak ini mengungkapkan kebahagiannya terhadap dukungan keluarga yang sangat besar. Akibat kesibukannya yang sangat menyita waktu, bersama-sama mereka memutuskan agar sang isteri  tidak bekerja. Pasangan ini sepakat bahwa perhatian terhadap anak-anak sangat penting bagi masa depan mereka. Karena sadar, bahwa mereka hanya memiliki sisa hidup dengan anak sampai lulus SMA saja.

“Kalau dia melanjutkan pendidikan di UKSW, masih bisa bertemu empat lima tahun. Tetapi kalau di tempat lain, dia akan menjadi orang lain. Jadi karena waktunya singkat hanya sampai 17-18 tahun, makanya kalau masih ada waktu bersama mereka kenapa tidak dimanfaatkan? Kami merasa kalau dengan didampingi ibunya, mereka merasa hidup mereka menjadi lebih berarti dan mandiri. Dan kami bersyukur, setelah selesai dari UKSW anak sulung saya ke Amerika dan adiknya menyusul setelah SMA,” kata Prof. Drs. John A Titaley, Th.D.

Biodata Singkat
Nama                 :
Prof. Drs. John A Titaley, Th.D
Tempat dan tanggal lahir    :
Sorong, 19 Juni 1950
Status Pernikahan        :
Menikah dengan Ida Imam, tanggal 24 Januari 1981
Anak-anak            :
Vina, lahir 12 Mei 1982 di Salatiga;
Ivan, lahir 29 November 1990 di San Francisco
Kewarganegaraan        :
Indonesia
Keanggotaan Gereja    :
Ditahbiskan sebagai Pelayan Firman dan Sakramen pada Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Tamansari Jl. Jend. Sudirman 1 SALATIGA 50711 INDONESIA 1 Juni 1986.

Jabatan Akademik
2001 – sekarang – Guru Besar dalam Ilmu Teologi Fakultas Teologi UKSW Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA  50711  INDONESIA

2000 –2006 – Guru Besar Luar Biasa Sosiologi Agama di Center for Religious and Cross-cultural Studies Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pendidikan
Th.D., Graduate Theological Union (GTU), Berkeley, dan San Francisco Theological Seminary (SFTS), San Anselmo dalam bidang Inter-Area Studies (Perjanjian Lama dan Agama dan Masyarakat)
Drs. (Sarjana dalam Ilmu Teologi), Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana
1974 B.Th. (Sarjana Muda), Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana

Pengalaman Mengajar
a. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
2001 –     Guru Bear dalam Ilmu Teologi
1991 – 2001 Dosen Teologi dan Sosiologi
1978 – 1991 Dosen Teologi

b. Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 1991 – 1996
Dosen Luar Biasa dalam Ilmu Teologi dan Sosiologi PPs Teologi

c. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2000 – 2006
Guru Besar Luar Biasa dalam Ilmu Teologi dan Sosiologi  CRCS

d. Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2002
Guru Besar Luar Biasa PPs Agama dan Filsafat

e. Visiting Scholar (Mengajar dan Meneiliti)
1993 – Mengajar Summer Program Advanced PastoraL Studies  di San Francisco Theological Seminary, San Anselmo, USA

2006 – Visiting Professor pada Graduate Theological Union, Berkeley, USA

2009 – Research Fellow pada Temple University dan Presbyterian Louisville Theological Seminary di Louisville, Kentucky, USA dengan Beasiswa Program Akademik Recharging DIKTI

Jabatan Administratif
a.    Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
2009        Rektor
2009 – 2009    Dekan Fakultas Teologi
2007 – 2009     Kaprogdi PPs (S2 dan S3) Sosiologi Agama
2007 –     Ketua Pusat Studi Agama-Agama Asli Indonesia (PSAAI)
2001 – 2005    Rektor
1995 – 2001    Dirktur PPs
1998 – 2001    Dekan Fakultas Teologi
1991 – 1995    Kaprogdi PPs Agama dan Masyarakat
1983 – 1986    Pembantu Rektor urusan Kemahasiswaan
1978 – 1983    Sekretaris Fakultas Teologi
1977 – 1978    Ketua Umum Dewan Mahasiswa
1976 – 1977    Wakil Ketua Umum Dewan Mahasiswa
1973 – 1975    Ketua III Dewan Mahasiswa
1970 – 1972    Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Teologi

Afiliasi Professional
a. Perhimpunan Sekolah Teologi di Indonesia (Persetia), Jakarta

1998 – 2002    Terpilih Ulang sebagai Ketua
1994 – 1998    Ketua
1982 – 1986    Sekretaris

b.Yayasan  Bina Darma, Salatiga
1996     – 2001 Anggota
1997     – 1986 Sekretaris

c. Institute for Advanced Studies in Asian Cultures and Theologies (IASACT) United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA), Hong Kong 2004 – Advisor

d. Yayasan Perguruan Tinggi (Yaperti) GPM, Ambon
2008 – 2010    Ketua Pembina

f. Association for Theological Education in South East Asia (ATESEA), Manila 2009 –    Executice Committee, Member.

Penghargaan    :
Alumnus of the Year dari
Graduate Theological Union, Berkeley, USA 2002.

Winita E. Kusnandar

No Comments

CEO Kusnandar & Co.

Menolak Profesi Femininmi, Menjalani Profesi Menantang dan Memiliki Otorisasi

Sosok Winita E Kusnandar sangat berbeda dengan perempuan di zamannya. Pada masa kecilnya, kebanyakan perempuan memiliki cita-cita menjadi guru, dosen, akuntan atau PNS yang lebih sesuai dengan kodratnya. Tetapi ia memiliki pandangan lain mengenai masa depannya. Ia tidak tertarik untuk pekerjaan-pekerjaan yang didominasi oleh perempuan dan menginginkan sesuatu yang lebih menantang.

“Cita-cita awal adalah menjadi Kowad atau profesi lain yang tidak feminin, yang dapat memberi posisi dalam profesi dan otorisasi. Saya terinspirasi oleh Hakim Agung Sri Widowati, SH, pada waktu itu merupakan satu-satunya Hakim perempuan di PN Solo. Jadi pada waktu itu prinsipnya asal bukan profesi yang di dominasi perempuan, tetapi profesi yang menantang. Dan, profesi hukum yang saat itu masih didominasi kaum pria menjadi pilihan,” kata CEO Kusnandar & Co ini.

Di sisi lain, lanjutnya, profesi hukum sangat membutuhkan keuletan, keberanian, strategi yang jitu dan solidaritas yang kuat. Selain itu, dibutuhkan juga intelegensia yang tinggi, sehingga sangat menantang karena secara empirik perempuan, bukan hanya pria, juga dapat eksis memberikan kontribusi bagi penegakan hukum. Untuk sampai pada posisi seperti sekarang ini, ia harus melalui perjalanan panjang. Sesaat setelah memasuki bangku kuliah di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan, ia sudah magang di sebuah kantor hukum di Jakarta, yaitu Delma Yuzar Advocate & Solicitor, Legal Consultant.

Di kantor hukum ini, Winita mempelajari praktek hukum pada perusahaan multinasional seperti Caltex Pacific dan The Chase Manhattan Bank N.A. Pengalaman magang menambah pengetahuannya terutama seputar Producton Sharing Contract (PSC). Itu sebabnya ia mengambil masalah PSC untuk menyusun skripsinya. Setelah empat tahun menjalani magang di sela-sela kesibukannya kuliah Winita berhasil menyandang gelar Sarjana Hukum.

Mengikuti kelulusannya, ia tertarik untuk menambah pengetahuannya di bidang notariat. Di tahun itu pula, ia bergabung di Kantor Notaris Kartini Muljadi. Setahun kemudian, ia bergabung di kantor hukum milik pengacara kondang Adnan Buyung Nasution. Ia terjun menangani perkara pidana dan perdata. “Di sini saya merasa mendapat tantangan untuk mandiri. Saya harus jungkir balik dan belajar dari kesalahan sendiri,” katanya.

Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, Winita memberanikan diri membuka kantor hukum sendiri. Ia mendapat dukungan kuat dari seorang pengusaha multinasional, Jan Darmadi. Diawaki pula oleh seorang asisten pengacara, seorang sekretaris, seorang yang mengurus keuangan, dan seorang office boy, ia mendirikan Kusnandar & Co.pada tahun 1980.

Masih di awal berdirinya Kusnandar & Co., Winita kemudian menawarkan konsep pelayanan satu atap. “Konsep one stop service ini dilatarbelakangi oleh sistem kerja klien yang datang ke kantor kami. Mereka membawa berbagai permasalahan yang satu sama lain memiliki keterkaitan. Mulai masalah korporasi, industri keuangan, investasi, tenaga kerja asing, maupun lokal, IPR, sampai litigasi,” katanya. Dengan pelayanan satu atap, lanjutnya, segala aspek kebutuhan klien bisa ditangani, baik tingkat primer maupun sekunder. Mereka tak perlu ke tempat lain untuk pemenuhan kebutuhan selanjutnya.

Kusnandar & Co. memiliki berbagai divisi, yaitu Foreign Investment Division, Banking and Finance Division, Tax Division, Land Division, Real Estate Division, Capital Market Division, Labor Division, Intellectual Property Division, Immigration Division, dan Admiralty and Litigation Division. “Selain mampu melayani kebutuhan klien secara total, konsep yang ditawarkan ini memberi nilai tambah bagi pemecahan suatu masalah. Pelayanan satu atap ini menghasilkan pengalaman yang berguna untuk meninjau suatu masalah hukum dari berbagai segi,” katanya.

Untuk tujuan mengembangkan diri sekaligus promosi, Winita aktif mengikuti berbagai pendidikan singkat berupa kursus atau seminar, baik di dalam maupun luar negeri. Selain sebagai peserta, kadang ia turun sebagai pembicara, moderator, atau pembanding. Pendidikan non-formalnya antara lain konsultan HKI, konsultan pasar modal, kurator, pengacara kepailitan, pengacara arbitrase, dan penerjemah tersumpah. Winita juga aktif di berbagai organisasi profesi internasional ini, yaitu Advoc Asia Pasific, ASEAN Intellectual Property Association, Inter-Pacific bar Association (IPBA), Singapore Arbitration Center (SIAC), Asia Law Hongkong, International Bar Association di Amerika Serikat dan Inggris, Chartered Institute of Arbitration dan seterusnya.

Dalam mengelola Law Firm, Winita menganut prinsip etos dan etika kerja yang tinggi, ulet, disiplin, bertanggung jawab dan penuh kehati-hatian (prudent). Selain itu, ia juga menjalin kerjasama dengan beberapa law firm asing terkemuka baik di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Hong Kong dan Singapura. Semakin meningkatnya tuntutan pelayanan jasa hukum dari masyarakat, maka perlu meningkatkan mutu layanan kepada klien dan berusaha menciptakan one-stop-service (pelayanan satu atap).

“Dengan sistem one-stop-service, pelayanan kepada klien sangat efektif sebab klien yang datang akan dilayani ataupun diperiksa segala aspek yang sekiranya diperlukan atau untuk setiap kebutuhannya, baik tingkat primer ataupun sekunder. Klien tidak perlu lagi ke tempat lain bila membutuhkan jasa pelayanan selanjutnya. Untuk itu, selain melayani jasa hukum, kami juga melayani jasa lain termasuk yang berkaitan dengan pajak, keuangan, manajemen, SDM hingga pengurusan dokumen, perijinan dan sworn translator,” tuturnya.

Mengembangkan dan Menegakkan Hukum

Kusnandar & Co dibawah pimpinan Winita telah menjalani kerjasama dengan banyak instansi pemerintah. Hampir semua instansi pemerintah terkait bekerjasama dengan memberikan informasi yang diperlukan dalam menjalankan layanan hukum. Winita sebagai kuasa hukum dalam berperkara dengan perjuangan yang menganut etika hukum yang tinggi sehingga senantiasa independen dan terbebas dari segala pengaruh politis atau lainnya.

“Dalam menjalankan profesi kami, tidak pernah sekalipun kami membiarkan praktek maupun pribadi kami tersandera oleh siapapun dan dalam bentuk apapun. Baik oleh pemerintah, quasi pemerintah atau organisasi manapun, bahkan Bank Dunia sekalipun, karena kami juga menjadi rekanan kerja mereka,” ujarnya.

Law Faiirm yang dikelola Winita memberikan nilai tambah dengan mengandalkan dan menerapkan manajemen pengelolaan. Adapun metode pelayanan yang digunakan selalu mengutamakan kepentingan klien di atas segalanya dengan konfidentialitas yang tinggi tanpa mengurangi etika profesi. Setiap produk hukum yang diterbitkan oleh kantor Winita selalu merupakan produk hukum yang komprehensif, professional dan dapat diandalkan karena dikeluarkan setelah melalui beberapa fase yang penuh kehati-hatian.

Winita menjamin, produk hukum terbitan Kusnanda & Co merupakan produk hukum yang integrated/terpadu antara ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku/normative dengan preseden-preseden/praktek yang terjadi. “Lawyer kami, dalam membuat opini hukum atau produk hukum lainnya, selalu berpedoman kepada (i) hasil review peraturan yang berlaku maupun (ii) hasil riset di lapangan termasuk instansi terkait dan (iii) analisa hukum yang independen dan mendalam,” imbuhnya.

Dengan menggunakan jasa law firm milik Winita, sebuah perusahaan klien akan memperoleh banyak keuntungan. Antara lain memperoleh advise antisipasi risiko, menciptakan harmonisasi hubungan kerja, menjamin legalitas dan validitas suatu kegiatan usaha. “Kerjasama baik melalui kontraktual maupun suatu entitas baik antara pihak lokal maupun dengan pihak luar negeri. Memperoleh bantuan hukum untuk proteksi klien ataupun mempertahankan hak klien,” tambahnya.

Saat ini, Kusnandar & Co pimpinan Winita mampu untuk menangani berbagai jasa, sebagai berikut: Foreign Investment & Trade, Banking & Multi-Finance, Capital Market & Securities, Merger-Acquisition-Consolidation & Restructuring, Land/Property Conveyance, Realty Development & Construction, Natural Resources & Plantation, dan IPR Mark, Patent, Copyright, Trade Secret, Industrial Design & Integrated Circuit. Layanan lain adalah Labour, Industrial Relation Union (CLA), Civil-Commercial- Criminal Litigation, Local & Overseas Arbitration/Mediation,Official Receivers & Administers, Liquidation & Bankruptcy.

“Kita juga melayani Tax Review & Maintenance, Accounting Service, Sworn Translation serta Litigasi, Mediasi & Arbitrasi dan Hubungan Industrial, Tata Usaha Negara,” kata Winita. Selain itu, dalam menjalankan law firm dengan beragam jasa yang ditawarkan, ia tetap mengusung misi yang sangat luhur bagi bangsa ini. “Misi saya membantu mengembangkan dan menegakkan hukum dengan benar agar Indonesia mendapat tempat yang terhormat dan dihormati oleh berbagai bangsa dan negara di dunia,” tambahnya.

Perempuan Warga Kelas Dua

Berbicara mengenai kesetaraan gender di Indonesia, Winita mengutip UU No. 2/2008 tentang Partai Politik. Di mana telah dibuka kesempatan bagi perempuan dengan kuota 30%. Bukan hanya untuk pendirian partai politik, tetapi juga pada aturan kepengurusan partai politik pada setiap tingkatan dan dalam menentukan bakal calon anggota legislatif. Untuk itu semua, diperlukan rekonstruksi budaya guna mereduksi dominasi pria.

“Namun demikian, permasalahan perempuan tidak terlepas dari kondisi budaya atau konstruksi sosial itu sendiri. Apalagi masyarakat Indonesia telah terlanjur menganut budaya patrilineal yang sering kali memposisikan perempuan sebagai warga kelas dua. Khususnya di dalam keluarga,” tegas perempuan yang akan mengabdikan diri dengan terus menggeluti profesi lawyer sampai tidak berguna lagi ini.

Perempuan Indonesia, lanjut Winita, telah turut berkiprah mensukseskan pembangunan nasional baik di sektor ekonomi, bisnis, pendidikan dan kesehatan bahkan pemerintahan. Jabatan dalam pemerintahan seperti walikota perempuan, bupati perempuan, anggota parlemen perempuan dan sebagainya, sudah jamak di Indonesia.

Menurut Winita, pemerintah mempunyai peranan penting di dalam menentukan peran perempuan Indonesia. Misalnya, mengambil langkah afirmatif untuk merekrut lebih banyak lagi perempuan di tempat kerja. Untuk itu, otoritas publik perlu proaktif mengumpulkan dan menyediakan data maupun indikator tentang gender. Sudah seharusnya, kaum perempuan patut menuntut kesetaraan gender dalam segala bidang.

“Banyak perempuan yang berlindung dibalik konsep pemikiran pasif bukan pro-aktif sekadar agar mereka dapat terus menikmati dan tidak perlu meninggalkan zona nyaman, comfort zone yang dinikmatinya. Mereka merasa tidak perlu mempunyai identitas sendiri, hak dan kewajiban serta independensi sendiri dan tidak merasa perlu meniti prestasi di luar rumah tangga atau keluarganya. Mereka cukup puas menerima dan menikmati zona nyaman meskipun harus hidup dengan segala ketergantungan pada pendamping hidupnya,” tandasnya.

Sebagai pengelola firma hukum, Winita juga mempersiapkan kaderisasi dan regenerasi. Winita memberi kesempatan kepada generasi penerus untuk ikut berkiprah bahkan dalam menentukan kebijakan. Di era saat ini, manusia hidup dalam sebuah ekonomi yang berbasis pengetahuan (knowledge economy) dengan masyarakat yang sudah seharusnya berpengetahuan setara (knowledge society).

Menurut Winita, daya dan kemampuan kreativitas yang tinggi di masyarakat memaksa siapapun harus dapat memecahkan masalah sesuai dengan pengetahuannya. “Apalagi masyarakat sekarang telah berkembang pesat. Agar dapat memecahkan masalah dengan tingkat kecerdasan yang setara atau berimbang –ingenuity- mau tidak mau kita harus menciptakan generasi penerus dengan kualitas ini. Itu jika kita tidak ingin gagal,” cetusnya.

Winita menyatakan dirinya merasa puas atas praktek hukum yang dijalaninya selama ini. Apalagi kantor law firma Kusnandarr & Co yang didirikannya sudah mendunia dikenal di berbagai belahan dunia. Firma hukum ibu dari Arno Rizaldi, Andro Rinaldi, Andrio Rivaldi dan Axa Rivani dan 10 (sepuluh) anak asuh yang tinggal bersamanya ini, memiliki layanan yang telah diterima oleh banyak perusahaan, nasional maupun internasional. “Terutama yang menjadi bagian dari Fortune 500, Legal 500 bahkan International Who’s Who Professional, tahun 1997, 2006-2007, 2010-2011. Kemudian Great Minds of the 21st Century 2009, ABI Fellow 2009 serta menjadi acuan Bank Dunia dan masuk dalam database Wikipidea,” imbuh istri Dipl. Ing. Heru Setiawan ini.

Menurut alumnus Program Diploma King’s College – University of London, Program Sarjana Fakultas Hukum Unpar, Program Master of Business Administration – University of Leicester, dan Program Doktoral Universitas Indonesia ini, law firm miliknya memiliki banyak saingan. Saat ini, terdaftar di Legal 500 sejumlah 59 firma hukum, 30 diantaranya khusus Legal Consultant dan 29 sisanya Litigator.

“Meskipun kantor kami lebih banyak menangani masalah hukum sebagai Legal Consultant tetapi kami juga menangani litigasi di lembaga yudisial sebagai Litigator. Legal 500 adalah buku, berisikan data dari law firm-law firm terkemuka di seluruh dunia dan kantor hukum kami dua kali dinobatkan sebagai Recommended Law Firm untuk Banking, Finance and Restructuring dan Intellectual Property Tahun 2004 dan Intellectual Property tahun 2010,” kata Winita E Kusnandar.

 

 

Ir. Leo Nababan

No Comments

Staf Khusus Menko Kesra

Penganut Kristiani yang Menjadi Pengurus Masjid

Kekerasan yang mengatasnamakan agama belakangan ini marak terjadi di Indonesia. Bahkan konflik horizontal terjadi antara para pemeluk agama yang seharusnya hidup berdampingan secara damai. Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia dengan berbagai macam budaya, adat, suku dan agama, “pernah” bersatu dan hidup rukun. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu telah menjadi pedoman hidup dan menjadi perekat bangsa sejak ribuan tahun lalu.

Namun, seiring perjalanan waktu sikap seperti itu mulai luntur. Perbedaan yang harusnya menjadi kekuatan dan kekayaan bangsa ini, justru dianggap sebagai kelemahan. Berbagai upaya dipaksakan untuk membuat orang-orang yang berbeda pandangan, mengikuti keyakinan dan aturan-aturan yang dianggap benar oleh sekelompok orang.

Meskipun begitu, tidak semua orang Indonesia berpendapat sama. Di tengah masyarakat banyak sikap-sikap yang menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan dan sekat-sekat telah melebur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Ir. Leo Nababan untuk masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Staf Khusus Menko Kesra tersebut memberikan contoh yang luar biasa bagaimana hidup bermasyarakat. Yakni menjadi pengurus masjid -yang mungkin satu-satunya di Indonesia- meskipun ia sendiri seorang penganut Kristiani taat.

“Agama adalah masalah pribadi, antara manusia dan Tuhan. Kesalahan bangsa ini adalah selalu mencampuradukkan agama dan kehidupan. Itu yang susah, habluminallah dan habluminannas-nya harus seimbang. Saya memang seorang Kristen dan saya bersyukur karena itu. Tetapi saya juga pengurus Masjid Jami’ Al Mukminin di Kayumanis 10, sebagai koordinator pencarian dana pembangunan masjid,” katanya.

Dari sudut pandang Kristiani, Leo Nababan merasa hidupnya tidak berguna apabila mengabaikan nasib tetangganya. Oleh karena itu, ketika melihat kesibukan tetangga-tetangganya yang muslim membangun masjid, ia juga melibatkan diri. Penerimaan warga muslim terhadapnya pun cukup terbuka dan menerimanya sebagai bagian dari kepanitiaan pembangunan masjid. Ia tidak menyia-nyiakan kepercayaan saudara-saudara muslimnya, dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Leo Nababan sangat menyesalkan adanya kelompok-kelompok yang membawa-bawa agama dalam setiap permasalahan. Jumlah penganut paham ini semakin lama membesar dan terang-terangan memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang tidak sepaham. Agama telah menjadi bahan konflik, meskipun dalam kitab suci Al Quran jelas-jelas diajarkan bahwa “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”.

“Itu adanya pengakuan bahwa ada agama lain selain Islam. Nabi Muhammad pun mengajarkan kasih sayang kepada sesama manusia, apapun agamanya. Saya adalah seorang Kristen yang setuju pembakaran gereja, karena secara logika TIDAK MUNGKIN gereja dibakar asalkan gereja tersebut “tidak menjadi MENARA GADING” bagi masyarakat di sekitarnya. Artinya, gereja membiarkan tetangga-tetangganya miskin dan kelaparan, tetapi malah membangun menara. Tidak mungkin gereja dibakar kalau gereja melihat kondisi tetangganya,” tandasnya.

Menurut Leo, bangsa Indonesia tidak akan marah kalau ada orang yang mengaku sebagai orang Kristen atau agama lainnya. Karena negara juga mengakui agama sah dan Indonesia: Islam, Katolik, Kristen, Buddha, dan Hindu. Sebenarnya bangsa Indonesia sejak zaman dahulu terbiasa hidup damai berdampingan. Hal tersebut tidak hanya sekedar wacana, tetapi benar-benar dipraktekkan dalam hidupnya. Hampir setiap akhir pekan, ia mengajarkan kehidupan yang luas dan damai kepada kedua anaknya.

“Saya mengajaknya ke pesantren (kebetulan saya dekat dengan Pak Kyai, Prof. DR. Achmad Mubarok –Wakil Ketua Umum Partai Demokrat- dan juga Ketua Umum Pondok Pesantren se-Indonesia yang mempunyai Pondok Pesantren di sekitar Jabotabek) supaya bisa bergaul dengan sesama anak bangsa dan berbagi dengan mereka. Kehidupan bangsa ini harus dimulai dari hal-hal kecil seperti itu,” tuturnya. Leo juga mengkritik pelajaran agama di sekolah, yang harus memisahkan anak-anak beragama lain ketika pelajaran sedang berlangsung. “Secara tidak sadar, kita menitipkan permusuhan sejak kecil,” imbuhnya.

Dunia Inovatif

Ir. Leo Nababan dilahirkan pada 30 Oktober 1962 di Sei Rampah, sebuah desa di pedalaman Sumatera Utara. Ia berasal dari keluarga yang sangat bersahaja, marginal dan golongan bawah. Sang ayah, H. Nababan adalah seorang guru jemaah gereja sementara ibunya, L. Simanjuntak (almh) adalah seorang guru SD. Kedua orang tuanya mendidik Leo dengan disiplin keras dalam segala hal menyangkut kehidupannya.

“Tetapi saya tidak pernah menyesali dilahirkan dari keluarga biasa-biasa saja. Saya terus bersyukur karena Tuhan Yesus Maha Besar dan selalu mengandalkan-Nya dalam hidup saya. Dari perjalanan hidup yang sedemikian itu membuat saya sangat concern dalam kemanusiaan, memperjuangkan kaum marginal, kelas bawah dari mana saya berasal,” tegasnya.

Kaum marginal, lanjutnya, harus dituntun dan diberdayakan dengan memberikan dan membuka lowongan pekerjaan seluas-luasnya. Begitu juga dengan memberikan modal agar mereka bisa membuka usaha dan mampu membangun kemandirian. Untuk itu, ia sangat mendukung program pemerintah dibawah koordinasi Menko Kesra seperti penyaluran kredit melalui KUR, program PNPM dan bantuan beasiswa bagi anak miskin berprestasi. “Pendidikan merupakan salah satu terobosan untuk mengubah orang-orang yang terpinggirkan,” tandasnya.

Di sisi lain, menurut Leo, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar apabila mampu mengelola SDM dan sumber daya alam dengan baik. Karena seiring dengan kemajuan teknologi di era globalisasi, tantangan yang dihadapi bangsa ini ke depan semakin berat. Mendidik SDM handal dan hebat tidak cukup untuk menghadapinya. Apalagi CFTA (China Free Trade Area) dan AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang tahun ini mulai berlaku membuat persaingan semakin ketat. Tidak hanya produk dari China dan negara-negara ASEAN yang bebas dipasarkan, tetapi juga pasar tenaga kerja terbuka dan bebas beroperasi di Indonesia.

“Makanya saya mengajak bangsa Indonesia untuk kreatif, karena tantangan ke depan bukan lagi SDM yang hebat. Tetapi SDM inovatif dan kreatif yang akan menjadi andalan bangsa ini ke depan. Kita tidak bisa menutup mata, adanya kemungkinan bahwa negara kita hanya sekadar menjadi pasar dunia luar. Saya minta dengan sangat untuk memacu generasi muda agar berkepribadian dan berjati diri, tetapi juga memiliki inovasi dan kreativitas, agar diakui bangsa lain,” tegas pria 48 tahun yang sudah mengunjungi 36 negara ini.

Leo berharap, bangsa Indonesia tidak bersedih hati dan meratapi kondisinya yang terpuruk sekarang ini. Indonesia adalah negara besar yang “hanya” memerlukan pengelolaan yang benar. Seluruh elemen bangsa harus menatap masa depan yang cemerlang dan melupakan kepahitan masa lalu. Jangan pernah menyesal telah menjadi bangsa Indonesia dan harus bangga karenanya. Kuncinya, harus menggembleng generasi muda menjadi generasi kreatif dan inovatif di era globalisasi ini.

“Saya tegaskan sekali lagi, bangsa ini harus menatap masa depan cemerlang. Dengan catatan bahwa nasionalisme harus terus, jangan menyesali kita ini orang Indonesia dan jangan merendahkan bangsa sendiri. Di rumah saya pasang foto besar saat berkunjung ke Eropa, sepatu saya disemir oleh orang bule. Ini merupakan rangsangan bagi bangsa bahwa jangan menganggap orang bule segalanya. Itu mental bangsa terjajah, toh kenyataannya, sepatu orang Melayu bisa disemir oleh bule,” tegasnya.

Tiga C

Perjalanan panjang Ir. Leo Nababan sebagai anak kampung termarjinalkan yang berhasil menaklukkan berbagai rintangan pantas dijadikan teladan. Sederet prestasi gemilang telah diukir oleh ayah dua anak hasil pernikahannya dengan Dr. Fabiola Alvisi Latu Batara ini. Tokoh Batak insipiratif ini pada usia 35 tahun telah menjadi anggota MPR RI. Kini, tanpa pernah menjadi PNS sebelumnya saat usianya 47 tahun diangkat sebagai pejabat Eselon IB di Kantor Menko Kesra.

Meskipun begitu, alumnus Lemhanas RI KRA XXXIX tahun 2006 ini tidak pernah sombong. Justru sikap yang selalu ditampilkan adalah kerendah hatian, selalu menaruh kepedulian serta penuh kasih kepada sesama. Latar belakang sebagai orang marjinal yang pernah menjadi penggembala kerbau dan itik (parmahan) selalu terbawa.

Pria cerdas yang sejak SD hingga SMA selalu menjadi juara kelas ini, diterima di Institute Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes tetapi menyelesaikan studi S1 di Universitas Diponegoro, Semarang. Ia adalah peserta terbaik pertama Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas) Pemuda Tingkat Nasional (1994), terbaik pertama International Standard Learning System (Effective Communications and Interpersonal Relation Skill, 1997), 10 besar terbaik Penataran P4 Pemuda Tingkat Nasional (1995) dan mendapat penghargaan KRA – XXXIX Lemhanas RI (Republik Indonesia) tahun 2006.

“Ketika masuk Lemhanas, terjadi pemikiran-pemikiran yang komprehensif integral tanpa memandang suku, agama dan lain-lain. Itu yang selalu membuat dalam menjalankan hidup saya selalu memberikan hal-hal yang the best bagi bangsa Indonesia. Apapun yang terbaik bagi bangsa ini harus kita berikan dengan setulus hati. Mindset berpikir kita pun harus diubah dan sebagai nasionalis tulen, saya harus berpikir pada kepentingan bangsa,” ujarnya.

Aktivitas berorganisasi dijalani Leo Nababan sejak usia belia. Di Bogor, ia masuk senat dan menjadi salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kosgoro hingga sampai pada posisi Sekjen DPP Mahasiswa Kosgoro. Leo juga pernah menjabat Ketua DPP AMPI yang membawanya sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Golongan Karya. Selain itu, Leo juga pernah bekerja di beberapa perusahaan swasta nasional, dari staf direksi, direktur humas hingga komisaris. Sedangkan, di jajaran lembaga negara, Leo pernah menjabat sebagai Staf Khusus Menpora, Staf Khusus Ketua DPR RI dan sekarang Staf Khusus Menko Kesra, Agung Laksono.

“Ada tiga c yang harus dipegang dalam menjalani kehidupan. Yakni, capability, capital dan connection yang harus sinergis dalam membangun kehidupan. Kemudian tiga hal untuk mencapai sukses adalah mengandalkan Tuhan dalam hidup, bekerja kerja keras meningkatkan kapabilitas dan membangun jaringan seluas mungkin,” tegasnya.

Leo sangat bersyukur, selain capability dan capital, Tuhan juga memberkati dirinya dengan connection/jaringan yang kuat. Memanfaatkan jaringan secara positif, akan mempercepat akselerasi kesuksesan seseorang. Kemudian yang tidak kalah penting adalah intensitas dalam mempertahankan dan memelihara hubungan baik pada jaringan yang sudah terbentuk. Semua itu didapat dari aktivitas berorganisasi yang sangat intensif.

“Saya terus belajar dan lewat organisasi membuka jaringan. Saya berhubungan dengan Pak Agung Laksono itu sudah 18 tahun. Dari sejak beliau memegang jabatan sebagai Sekjen Kosgoro, sementara saya Sekjen Mahasiswa Kosgoro, hubungan tersebut terus terjalin. Dalam interaksi intensif seperti itu, terjadi inovasi berpikir, bergaul dan saya menjadi andalan beliau. Bagi saya, beliau adalah guru, bagaikan buku yang tidak pernah habis saya baca setiap hari,” ungkapnya.

Ke depan, Leo Nababan memiliki obsesi untuk membangun patung Tuhan Yesus tertinggi di dunia di Pulau Samosir. Rencananya ia juga akan membangun patung Nommensen di seberangnya. Namun, ia tidak menargetkan kapan terwujudnya impian tersebut. Ia menyerahkan sepenuhnya obsesi tersebut pada kuasa Tuhan Yang Maha Esa. “Biar Tuhan yang tentukan waktu yang tepat. Puji Tuhan karena memang saya mengandalkan Dia dalam hidup saya,” tambahnya.

Leo sangat menyesalkan pudarnya kepedulian generasi muda Batak atas budayanya sendiri. Jangankan mengikuti pesta-pesta adat, menggunakan bahasa Batak pun generasi muda sudah enggan. Ia sangat khawatir terhadap kepunahan budaya Batak akibat ketidakpedulian tersebut.

Leo Nababan mencontohkan bagaimana bangsa Jepang berhasil dalam hal ini. Setinggi apapun ilmu dan teknologi yang dikuasai, mereka tetap “kembali” menggunakan budayanya sendiri. Sementara orang-orang Batak dan bangsa Indonesia umumnya sudah unang lupa adati.

“Saya mencoba melestarikannya kepada kedua anak saya. Meskipun mereka sekolah internasional dengan bahasa pengantar bahasa Inggris dan Mandarin, sementara ibunya dari Manado, saya mengajari mereka bahasa Batak. Saya juga ajak mereka ke pesta adat Batak dan bergereja di HKBP Menteng. Kalau bukan generasi muda, bisa punah adat itu,” kata penerbit buku “Manghobasi Ulaon Adat Batak” ini.

 

Ir. Dodid Murdhohardono, MSc

No Comments

Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan

Konsisten dengan cita-citanya untuk keluar dari kota kelahiran, membuat Ir. Dodid Murdhohardono, MSc, pria kelahiran Kota Pelajar, Yogyakarta 29 September 1955 ini memilih merantau ke Bandung, Jawa Barat. Pilihan karier yang diambilnya adalah menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS).

“Saya alumni UGM tahun 1974 dan Alhamdulilah lulus tahun 1981, sejak 1981 itu saya diterima sebagai pegawai harian dan diangkat sebagai PNS tahun 1983 sampai sekarang,” kata Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan ini.

Dodid –panggilan akrabnya- sangat bersyukur atas pekerjaan yang didapatnya tersebut. Ia pun menekuninya dengan sepenuh hati atas karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada dirinya. Apalagi mengingat masa kecilnya yang sangat sederhana karena berasal dari keluarga tidak mampu semakin memacu semangat kerjanya.

Perlahan namun pasti, jenjang karier Dodid pun meningkat setapak demi setapak. Setelah resmi menjadi PNS, ia kemudian diangkat menjadi Kepala Seksi. Berkat ketekunan dan kepintarannya, jabatannya terus naik. Puncaknya sejak satu tahun terakhir, ia menjabat sebagai Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan.

“Saya sebenarnya berasal dari keluarga tidak mampu. Sejak SMP saya membantu orang tua bekerja sebagai penjahit. Pekerjaan menjahit terus saya jalani sampai saya mahasiswa. Kalau mahasiswa zaman dahulu lulusnya lama sekali sudah wajar, tetapi saya lebih lama karena ditambah dengan ketiadaan biaya sehingga saya harus ikut proyek dosen terlebih dahulu. Karena kalau mengandalkan ikut kerja di orang tua sudah tidak ‘nutut’ lagi. Akibatnya thesis saya baru selesai setelah tiga tahun” tegasnya.

Menurut Dodid, ketertarikannya kepada Ilmu Geologi tidak lepas dari kecintaannya kepada alam dan lingkungan. Tidak heran, sejak SMA ia sudah tergabung dalam kegiatan pecinta alam dan sangat menggemari kemping serta kegiatan luar ruangan lainnya. Hal inilah yang membuat ia tidak pernah mengeluh ketika harus bertugas di lapangan selama beberapa hari atau bulan. Begitu juga dengan keluarganya yang menjadi terbiasa ketika harus ditinggal selama beberapa bulan ke luar Jawa untuk melaksanakan tugas.

“Alhamdulilah, karena kita orang geologi keluarga juga mendukung dan terbiasa ketita ditinggalkan berminggu-minggu di lapangan. Dulu malah hitungannya bulanan baru pulang ke rumah. Dahulu kita membantu Departemen Transmigrasi ke Sumatera atau Kalimantan itu bisa tiga bulan baru pulang. Kalau sekarang tinggal satu atau dua hari sehingga sudah tidak masalah,” kata ayah lima orang anak dari pernikahannya dengan Mara Romdonah ini.

Ir. Dodid Murdhohardono, MSc menungkapkan bahwa sesuai dengan tugas dan fungsinya, Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan bersifat inventarisasi data dan penelitian. Tetapi sejak berubah nama, tugas lembaga yang dipimpinnya semakin berat.

“Kita memiliki tiga bidang tugas, yaitu air tanah, geologi teknik dan geologi lingkungan. Dalam bidang air tanah mempunyai tugas inventarisasi dan penelitian air tanah serta kebijakan dalam pengelolaan air tanah di seluruh Indonesia. Dalam mengatasi beberapa kendala pada pembangunan infrastruktur maupun bangunan strategis, bidang geologi teknik mempunyai tugas untuk memmecahkan permasalahan tersebut. Karena selama ini UU Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah mengenai Tata Ruang dari sektor ESDM sering tidak terakomodir dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi maupun Kabupaten/Kota sehingga dari bidag geologi lingkungan mempunyai tugas untuk memberikan substansi sektor ESDM pada revisi tata ruang nasional, provinsi mapun kabupaten/kota,” tandasnya.

“Tahun ini diharapkan 290 Perda Tata Ruang dapat diselesaikan revisinya, di dalamnya sektor ESDM harus memasukan kawasan peruntukan pertambangan (KPP) dalam setiap RTRW, karena kalau KPP tidak terakomodir dalam setiap RTRW, maka kegiatan ESDM di provinsi dan kabupaten/kota tidak akan bisa dilaksanakan,” tegasnya.

Permukaan Air Tanah Turun

Dodid menjelaskan salah satu tugasnya adalah menjaga ketersediaan air tanah. Dengan proses terbentuknya air tanah yang mencapai ratusan bahkan ribuan tahun sampai bisa diambil di mata air atau di sumur, kekritisan air bersih di perkotaan bisa dibilang menjadi persoalan yang sering terjadi. Saat ini di kota-kota besar sudah mengalami kekritisan air bersih, sementara di daerah itu kekeringan sudah secara rutin terjadi setiap tahun. Akibatnya, permukaan air tanah semakin turun yang menimbulkan daya rusak, karena diambil dalam jumlah besar secara terus menerus oleh industri dan masyarakat, air tanah semakin tergedradasi dan menyebabkan air laut masuk menggantikan posisi air tanah.

Efek lainnya dari pengambilan air tanah secara terus menerus adalah permukaan tanah yang turun, di Jakarta penurunan permukaan tanah mencapai kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Seperti Kemayoran dengan kecepatan sekitar 4 cm per tahun sementara Cengkareng setiap tahun permukaan tanah melesak sedalam 9-10 cm.

“Oleh karenanya banjir di Jakarta menjadi sulit diantisipasi. Oleh karena itu, karena permukaan tanah sudah tidak bisa dinaikkan lagi kita harus mengerem penurunan itu. Salah satunya adalah dengan membatasi pengambilan air tanahnya, karena itu menjadi penyebab penurunan permukaan tanah. Yaitu, sebelumnya pada pori-pori tanah ada air tanah tetapi setelah diambil air tanahnya maka tekanan air porinya menjadi berkurang dan tanah mengalami pemampatan. Inilah daya rusak air tanah, mulai penurunan muka tanah, infiltrasi air laut dan lain-lain,” tegasnya.

Menurut Dodid, kondisi serupa tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tetapi juga Semarang dan Bandung. Di Semarang bahkan jauh lebih parah karena termasuk jenis tanah muda yang baru terbentuk ratusan tahun yang lalu. Ditambah adanya luapan air laut atau rob yang menyebabkan rata-rata penurunan tanah mencapai 9 cm per tahun di panati Semarang ke arah timur.

Sedangkan yang terjadi di Bandung -menurut pendapat ahli geologi merupakan tanah lunak yang mengalami pemampatan dengan kecepatan penurunan tanahnya mencapai 6 cm per tahun. Salah satu akibatnya, Sungai Citarum terus membanjiri wilayah Bandung Selatan setiap tahun di musim penghujan. “Kalau kita harus mengatasi masalah ini harus dilakukan secara holistic. Ya menanggulangi banjir, penurunan muka air tanah, kemudian reboisasi di daerah hulu juga harus dilakukan,” imbuhnya.

Saran yang diberikan kepada masyarakat di wilayah Jakarta dan Semarang adalah untuk mengoptimalkan PDAM dengan melakukan treatment dari air permukaan menjadi air bersih. Karena air tanah sudah semakin tergedradasi dan membahayakan bagi lingkungan. Sebagai seorang ahli, setiap dua tahun sekali instansi yang dia pimpin memetakan daerah konservasi air tanah untuk menetapkan zona rawan, kritis atau masih aman.

“Di Jakarta, kerusakan sudah terjadi di wilayah Pulogadung, Kamal dan Kota. Jadi kita beritahukan ke Pemda, bahwa dalam sampai kedalaman tertentu sudah tidak boleh ada bor baru sesuai dengan tingkat kerusakannya. Mungkin yang boleh diambil hanya di kedalaman di bawah 250 meter,” tegasnya.

Menurut putra ketiga pasangan R Sutrisno Hadiwinoto dan Mursidah ini, sebenarnya semua permukaan tanah menjadi daerah resapan air, khususnya dengan tanah berkontur pasir. Dalam kasus ini, hanya tanah lempung yang tidak bisa menyerap tanah sehingga harus dibor terlebih dahulu untuk mengetahui lapisan pasir dalam membuat sumur resapan. “Kalau tanah lempung percuma karena tidak mampu menyerap air.

Kita juga berharap pemda memiliki saluran resapan, seperti saluran irigasi yang tidak tertutup. Kita juga sarankan untuk membuat kolam resapan untuk permukaan, kemudian kita harus buat sumur resapan dalam. Kalau di Jakarta di situ yang masih bagus kita buat sumur resapan dalam, kita bor dan disalurkan ke dalam tanah secara gravitasi,” kata pengagum Bung Karno ini.

Dodid menambahkan, sejak tahun 1995 selain tugas regulasi dan inventarisasi, lembaga yang dipimpinnya juga diharuskan menyediakan air bersih di daerah sulit air. Kita tahun ini diminta menyediakan air bersih mulai dari Gunung Kidul sampai Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste. “Kalau semua tugas sudah dapat terlaksana dengan baik sudah menjadi satu kebanggaan tersendiri. Karena tugas kita meliputi seluruh Indonesia yang meskipun tidak terkenal, tetapi tugasnya cukup berat,” ujarnya.

Ir. Dodid Mudhohardono, MSc meminta kepada generasi muda untuk melihat semua kegiatan, baik penambangan, pengambilan air tanah, minyak atau gas dari sisi lingkungan. Karena dengan begitu, pembangunan khususnya di sektor ESDM terus berkelanjutan. Mengingat kegiatan-kegiatan pertambangan selalu mengubah lingkungan yang ada.

Sementara bagi orang luar, kegiatan pertambangan mempunyai image jelas merusak lingkungan. Sehingga bagaimana kita mengubah fungsi dan peruntukan wilayah tersebut, dan setelah selesai kegiatan penambangan kita kembalikan atau dilakukan reklamasi, meskipun tidak kembali seperti semula, tetapi kita atur sesuai lingkungan yang ada. Makanya kementerian ESDM tidak hanya menggarap tambang, tetapi juga perencanaan paska penambangan,” imbuhnya.

Sekilas Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG)

Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) adalah salah satu unit kerja di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. PAG mempunyai latar belakang sejarah sejak tahun 1978 dengan nama Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Tahun 2001 berubah nama menjadi Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan. Pada tahun 2005 berubah nama menjadi Pusat Lingkungan Geologi dengan perubahan tugas yang bertitikberat ke arah penelitian dan pelayanan. Dan terakhir pada tahun 2010 berubah nama lagi menjadi Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan.

Visi Pusat Lingkungan Geologi
Mejadi institusi rujukan dalam bidang penelitian, penyelidikan, dan pemberian rekomendasi serta penyediaan, pengelolaan dan pelayanan yang terpercaya dalam mewujudkan pengelolaaan air tanah, pengelolaan pengawasan pertambangan, penataan ruang, dan pengembangan wilayah berbasis geologi lingkungan.
Misi Pusat Lingkungan Geologi

1. Mewujudkan informasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah yang handal serta rujukan untuk rekomendasi penyusunan kebijakan dan pengaturan, pedoman dan prosedur penelitian implementasi pengelolaan tata ruang dan lingkungan
2. Mencapai rekomendasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah yang dipergunakan dalam setiap penyusunan tata ruang, pengelolaan lingkungan dan air tanah, rekontruksii dan rehabilitasi lingkungan pasca bencana
3. Mencapai pelayanan informasi bidang geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah yang efektif, memuaskan pelanggan dan menjangkau masyarakat luas
4. Menjadikan sumber daya manusia dan organisasi sebai rujukan terpercaya dan mitra terdepan dalam bidang penelitian dan pelayanan informasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah

Sumber Daya Manusia
Dengan kekuatan lebih kurang 150 tenaga ahli, Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah menghasilkan beberapa produk yang antara lain berupa Peta Hidrogeologi skala 1 : 250.000, Peta Konservasi Airtanah skala 1 : 100.000, Peta Geologi Teknik skala 1 : 100.000, Peta Gerakan Tanah skala 1 : 100.000 dan Peta Geologi Lingkungan skala 1 : 100.000.

Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan juga telah banyak melaksanakan beberapa proyek kerjasama teknik dalam bidang Geologi Lingkungan, Geologi Teknik dan Air Tanah baik dengan lembaga atau instansi dalam negeri seperti: Kantor Menteri Lingkungan Hidup, Bapedal dan Bapedalda, Departemen Pekerjaan umum, Bappeda, Dinas Pertambangan, Dinas Sosial, Dinas kebersihan dan Pertamanan maupun lembaga internasional seperti : BGR (Jerman), USGS (Amerika Serikat), AMF (Australia), AQUATER (Italia), GSJ, JICA, SEC dan ERSDAC (Jepang), ITC (Belanda), SGU (Swedia) serta CCOP. Dalam rangka ikut membantu dunia pendidikan, Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan menerima kerja praktek bagi pelajar dan mahasiswa dari berbagai Sekolah dan Perguruan Tinggi baik dalam maupun luar negeri untuk bidang komputer, SIG dan geologi.