Dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A
Direktur Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya
PEMIKIR, INOVATIF dan GOLDEN HEART
PANDANGAN dan PRINSIP HIDUP
Berpenampilan santai namun rapi, dr. Edhy Listiyo,MARS,Q.I.A. terkesan hangat, ramah dan komunikatif. Sebagai Direktur Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan, sebuah rumah sakit yang cukup besar di kawasan Surabaya, beliau tampak tegas dan terbuka, jauh dari kesan angkuh.
Dengan memiliki Prinsip Hidup : disiplin, jujur, dan kerja keras, pria kelahiran 13 Maret 1945 ini mengatakan, ”Kalau kita disiplin, kita akan bisa mengatur waktu dengan efisien, sedangkan kejujuran akan mendukung pekerjaan kita agar menjadi lancar dan transparan. Dengan melalui efisiensi waktu , saat kerja saya manfaatkan maksimal dengan bekerja keras agar tercapai target dan sasaran yang diinginkan.”
Sebagai seorang praktisi medis yang mengerti betul dunia kedokteran, dr. Edhy menyadari bahwa metode pengobatan saat ini semakin canggih. Banyak ditemukan obat-obatan serta peralatan kedokteran yang baru. Inovasi di bidang kesehatan semakin banyak. Semua itu merupakan upaya untuk mengatasi “perubahan” penyakit yang semakin “bandel” terhadap obat-obatan yang biasa digunakan.
Selain itu, saat ini sedang gencar pula dilakukan penggalian kemampuan pengobatan pasien secara tradisional. Beberapa rumah sakit di luar negeri menggunakan gabungan antara pengobatan Konvensional dengan Tradisional. Pengobatan konvensional menggunakan obat-obatan kimia dan teknologi canggih dari negara-negara barat. Sementara pengobatan tradisional memanfaatkan obat-obatan herbal serta terapi lain yang telah membudaya di tengah-tengah masyarakat
Sebagai dokter yang memiliki pengalaman mengikuti kegiatan seminar di dalam dan luar negeri, dr. Edhy mengenal betul berbagai macam metode pengobatan. Baik secara komplementari maupun alternatif. Karena menurut beliau masing-masing pilihan pengobatan tersebut memiliki kelebihan tersendiri. Kemampuan dan pengalaman praktisi kesehatanlah yang akan menentukan secara tepat saat penggunaan masing-masing metode pengobatan .
CITA-CITA
“Sebagai Direktur rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya,
saya ingin rumah sakit ini suatu saat nanti dapat menerapkan penggabungan pengobatan timur dan barat. Pengobatan yang disebut dengan integrated medicine ini sebenarnya sudah dipakai di negara lain. Saat ini kita tertinggal cukup jauh sehingga kita harus belajar banyak dari negara lain. Harapan saya, kita dapat menonjolkan keanekaragaman dan budaya pengobatan tradisional Indonesia sehingga kalau saat ini marak pengobatan Tradisional Chinese Medicine(TCM) maka saya menginginkan ada pengobatan Tradisional Indonesian Medicine (TIM). Karena kita juga memiliki tradisi penggunaan jamu yang mengakar, pemijatan dan lain-lain. Itu yang akan kita kembangkan,” kata dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A.
Adi Husada, lanjut dr. Edhy, sejak tahun 1980-an sudah menyediakan pelayanan akupunktur. Pengobatan akupunktur sendiri sudah diakui efektivitas, keamanan dan eksistensinya oleh badan kesehatan PBB, WHO. Ini menjadikan Adi Husada sebagai salah satu rumah sakit di Jawa Timur yang memiliki klinik akupunktur.
Saat ini klinik Akupunktur RS Adi Husada Undaan Wetan ditangani oleh para dokter yang memiliki kemampuan tambahan di bidang Akupunktur. Bahkan salah seorang dokter kami adalah alumnus University Chinese Medicine Beijing di bidang ilmu akupunktur.
“Akupunktur itu sangat membantu, kalau saya diberi kekuatan oleh Tuhan Yang Maha Esa tahun ini saya akan mengikuti kuliah S2 Akupunktur di Chinese MedicineUniversity di Guangzhou China dimana kelulusan magister ini diakui pula oleh pemerintah Indonesia. Pendidikan master ini pertama kali diadakan di Indonesia.
Saya juga ingin menggabungkan pengobatan tradisional dengan pengobatan konvensional untuk terapi pada pasien geriatri, kecantikan dan lain-lain yang sudah ada di rumah sakit Adi Husada.” Kata dr. Edhy.
“Beberapa waktu lalu kita juga mendatangkan master pijat tuina dari China,” imbuh dr. Edhy. Kedatangan master pijat ini untuk melatih tenaga kesehatan RS Adi Husada Undaan Wetan. Sehingga rumah sakit akan memiliki layanan pijat yang bervariasi dan baik bagi penyembuhan orang sakit.
Selain itu, ia juga mengirimkan dokter ahli rehabilitasi medik untuk belajar mengenai mediSpa ke manca negara. Rencananya, Adi Husada juga akan membuka klinik mediSpa untuk melayani masyarakat yang membutuhkan.
“Kita nanti akan membuka MediSpa yaitu pelayanan terapi dengan dasar pelayanan Spa di rumah sakit. Gaya hidup yang ‘sibuk’ pada jaman sekarang menyebabkan kita hanya mempunyai sedikit waktu untuk berinvestasi dalam kesehatan. MediSpa menyediakan perawatan alami yang sederhana dan efektif dalam aspek perawatan kesehatan, kecantikan dan kebugaran untuk mencapai penundaan penuaan dini. MediSpa berfokus pada destressing di dalam dan luar tubuh, menggunakan layananyang santai, menyenangkan dan menenangkan stres harian dan memfokuskan merelaksasi kembali tubuh dan pikiran kita.
Kita juga memiliki Klinik Kosmetologi untuk perawatan kecantikan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum, untuk menjaga keindahan yang telah diberikan Tuhan,” tandasnya.
Menurut dr. Edhy, rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan sejak lama telah memiliki trauma center. Beberapa saat lalu juga telah diluncurkan Pelayanan Stroke Terpadu. Layanan ini, tidak hanya bertujuan semata-mata untuk menyembuhkan dari stroke. Layanan ini mengupayakan agar masyarakat mengenal gejala stroke dengan baik, berobat sedini mungkin agar tidak banyak terjadi gejala sisa, serta bagaimana cara menghindari serangan stroke sehingga mereka dapat hidup sehat dan berkualitas.
Karena itu pada Pelayanan Stroke Terpadu mencakup tindakan promotif, preventif,kuratif serta rehabilitatif. Pada layanan ini masyarakat diberi pengetahuan berbagai hal berkaitan dengan Stroke. Antara lain mengenai langkah persiapan sampai penanganan pasien sehingga kesempatan pasien untuk selamat dari serangan stroke lebih besar.
”Kita juga akan membuat layanan geriatric bagi orang-orang tua, karena saat ini jumlah orang tua semakin banyak,” kata dr. Edhy.
Untuk sertifikasi yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan saat ini telah mencapai tingkatan akreditasi tertinggi. “Kita juga sudah mendapat sertifikasi ISO 9001:2008 System Manajemen Mutu, sedangkan sertifikasi JCI memang belum. JCI memang lebih khusus untuk rumah sakit,” imbuhnya.
Dr. Edhy dapat digolongkan sebagai seorang pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan. Memiliki pemikiran pelopor, penuh inovasi, agar rumah sakitnya menjadi pelopor pula di dunia perumahsakitan.
Menghadapi globalisasi di mana kebanyakan orang masih berdiam diri belum melakukan sesuatu, ia sudah melakukan berbagai langkah strategis. Sebagai contoh : kerjasama dengan National University Hospital dan beberapa rumah sakit lain di Singapore, kerjasama dengan rumah sakit The First People of Foshan di Republik Rakyat China.
Tidak hanya berhasil dalam strategi manajemen,dr. Edhy juga memiliki perhatian dalam meningkatkan sumber daya manusia di rumah sakit agar memiliki kemampuan yang baik dalam melayani pasien. Salah satunya dengan mengirimkan para dokter, fisioterapis/tenaga pelaksana lain untuk memperdalam ilmu terkait di Singapura maupun di Foshan.
PENDAPAT
Dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A. mengisahkan, sebenarnya persepsi orang Indonesia tentang kehebatan pengobatan di luar negeri tidak sepenuhnya benar. Ia menyayangkan bagaimana masyarakat Indonesia berbondong-bondong ke Singapura untuk sekadar cek kesehatan. Padahal dokter Indonesia tidak kalah hebat dalam pengetahuan, penanganan dan lain-lain.
“Kalau ’otak’ kita sebenarnya tidak kalah. Hanya masalah peralatan, rumah sakit luar negeri memiliki lebih banyak peralatan canggih dan modern. Di luar negeri, rumah sakit sudah merupakan sebuah bisnis dengan teamwork yang solid, administrasi yang tertata serta sistem yang rapi. Semua memiliki Standard Operationg Procedure (SOP) sendiri-sendiri dan semua dijalankan dengan disiplin karena jelas prosedurnya,” tegasnya.
Selain itu, dokter di luar negeri memiliki pendapatan yang sangat memadai. Sehingga mereka tidak perlu (bahkan di Singapura dilarang) membuka praktik swasta di rumah atau merangkap tugas di beberapa rumah sakit sekaligus. Sore hari atau saat tidak bertugas bisa dimanfaatkan untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan kedokteran.
Sedangkan di Indonesia, waktu yang dimiliki oleh seorang dokter untuk pasiennya sangat sempit. Dokter Indonesia harus berpacu melawan waktu agar bisa secepatnya memeriksa pasien. Setelah itu, dokter langsung “terbang” untuk praktek di tempat lain.
Dokter di Indonesia, sore hari harus praktik pribadi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk itu, dr. Edhy menghimbau agar dokter-dokter di Indonesia dapat mengatur waktunya dengan baik sehingga mereka bisa belajar dan membaca literatur kedokteran terbaru dan lainnya. Seringkali, karena kesibukan, saat memberikan pelayanan kadang dokter kurang memberikan pendekatan yang baik terhadap pasien. Apabila kondisi tersebut diperbaiki, seyogyanya pasien Indonesia tidak akan “lari” ke luar negeri.
Selain itu ada empat alasan tambahan kenapa pasien Indonesia seharusnya memilih rumah sakit dalam negeri saja. Dibandingkan dengan pengobatan di dalam negeri, maka kendala pengobatan keluar negeri adalah : “Pertama, biaya yang harus dikeluarkan sangat mahal. Kedua berobat di tempat asing, ketiga kendala bahasa, yang belum tentu sama dan keempat fasilitas pendukung/kenyamanan buat keluarga yang mengantar. Kalau hal tersebut sudah diperbaiki, bukan tidak mungkin malah sebaliknya pasien luar negeri yang akan datang berbondong-bondong ke Indonesia,” tuturnya.
Satu pertanyaan yang menggelitik mengapa orang Indonesia bersedia membayar mahal, berapapun biayanya, untuk berobat di Singapura. Sedangkan kalau di Indonesia mereka akan mengeluh bila membayar mahal. Saya ingin menyampaikan agar kita jangan terlalu luar negeri minded karena dokter kita tidak kalah ketrampilan dan pengetahuannya. Perawat-perawat kita juga bisa lebih ’ngemong’ pasien, berbeda dengan luar negeri,” tuturnya.
Rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan telah memulainya dengan memberikan pelayanan secara komprehensif sehingga hampir semua jenis layanan kesehatan tersedia. Dari pelayanan kedokteran umum sampai gizi, pelayanan spesialistis, bedah ortopedi, thorak dan lain-lain. Begitu juga dengan pelayanan lintas spesialis seperti pelayanan stroke comprehensive yang semuanya ditangani secara profesional, semenjak pasien datang untuk pertama kali sampai kunjungan berikutnya.
Apalagi secara teknologi, lanjutnya, Adi Husada telah menerapkan Hospital Information System yang terintegrasi pula. Saat pasien mendaftar, dokter tujuan pemeriksaan sampai masalah keuangan semua dengan mudah bisa diakses. “Banyak pasien memuji bahwa Di Surabaya, Medical Center kita yang terbaik, tapi kami tetap merasa masih perlu memperbaiki diri. Saat ini masing-masing klinik memiliki ruang tunggu tersendiri dan tiap dokter di klinik mempunyai ruang pemeriksaan terpisah pula. Rawat inap dan rawat jalan pun terpisah sehingga gangguan yang kerap terjadi saat pemeriksaan dapat dihindari,” tambahnya.
SISI KEMANUSIAAN
Begitu lulus dari FK Trisakti Jakarta, dr. Edhy Listiyo langsung ditugaskan di rumah sakit Adi Husada Surabaya. Tugas pertamanya di Unit Jalan Gula yang hanya memiliki poli gigi, poli klinik, BKIA, klinik TBC dan lain-lain. Tidak lama kemudian ia diangkat sebagai Kepala di Unit Jalan Gula tersebut sehingga tugasnya semakin bertambah. Mulai urusan penanganan TBC, vaksinasi sampai menulis laporan ke Pusat dan Dinas Kesehatan.
“Bisa dibilang saat itu saya cukup happy karena pasien saya banyak, terutama anak-anak. Bahkan ketika mereka sudah dewasa pun masih ingat dengan saya. Penyebabnya, saat itu di belakang klinik ada kolam ikan dan burung. Nah, ketika anak-anak datang, mereka minta saya gendong untuk melihat burung atau ikan terlebih dahulu sebelum diperiksa,” tandasnya.
Meskipun bertugas di cabang, dr. Edhy tetap mendapat kewajiban jaga malam di rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan. Di saat-saat seperti itulah, ia baru tersadar bahwa kemampuannya sebagai dokter ’kalah’ dibandingkan perawat/suster saat itu yang mampu membaca hasil Electro Cardio Graphy (ECG) pasien jantung. Sementara dirinya di Unit Jalan Gula hanya berkutat dengan penyakit-penyakit ’rutin’ seperti panas, batuk, pilek dan lain-lain.
Oleh karena itu, dr. Edhy kemudian mengajukan diri untuk pindah ke RS Adi Husada Undaan Wetan yang lebih memberikan tantangan. Meskipun secara kepangkatan dan gaji turun, tetapi ia mendapatkan tugas dan tantangan sebagai seorang dokter sesungguhnya. Dari dua pilihan yang diberikan antara Klinik Jantung dan THT, ia memilih untuk bertugas di Klinik Jantung yang memiliki tantangan lebih besar.
“Konsekuensi dari kepindahan itu, gaji langsung turun. Tetapi saya tidak peduli karena memang saat itu gaji bukan kebutuhan utama tapi keinginan untuk bisa mengembangkan ilmu sebagai dokter, itu yang lebih utama. Ternyata, saat bekerja di Klinik Jantung, banyak pasien yang tertangani dengan baik sehingga dapat diselamatkan dengan tepat waktu. Ini mungkin karena pengalaman dalam menangani pasien saat di Jalan Gula yang saya kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk meningkatkan kemampuan, saya mendapat pendidikan di RSUD Dr. Soetomo bagian Jantung selama tiga bulan. Sejak itu saya bertugas di ICU dan karier saya terus menanjak,” kisahnya.
Dikisahkan ketika ditugaskan di Unit Gawat Darurat rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan, dr. Edhy punya pengalaman yang tidak terlupakan. Pagi hari, ketika akan pulang dari jaga malam, ada pasien penderita jantung dari keluarga miskin. Nenek itu sudah lanjut usia. Dia harus masuk ICU guna mendapatkan perawatan khusus.
Sebagai dokter, nalurinya berbicara. Pasien itu harus segera ditolong. Namun, keluarganya tidak memiliki uang yang cukup. Maka, dr Edhy langsung menjamin biaya perawatan pasien lansia itu. Pertolonganpun dilakukan. Pasien yang sudah dalam kondisi gawat itu dilakukan, penanganan intensif, sampai akhirnya sembuh.
Hari itu, dr. Edhy tidak jadi pulang. Perawatan pasien itu bahkan dilakukan sampai sore, dan itu dilakukan selama beberapa hari. Sampai sang pasien benar-benar dinyatakan sembuh. Ketika kontrol, nenek itu sambil menggendong cucunya bertemu dirinya. ”Dokter ini yang mengobati dan membiayai pengobatan nenek sampai sembuh.” ujar dr.Edhy, menirukan ucapan pasien itu.
Beberapa tahun kemudian, cucu yang digendong nenek itu datang kepada dr. Edhy sambil membawa rambutan. ”saya diminta membawakan buah ini, amanah dari nenek,” katanya. Kebahagiaan seorang dokter adalah melihat kalau pasien yang ditolongnya sembuh meski untuk itu membutuhkan pengorbanan.
Walau sangat menikmati saat bertugas di Klinik Jantung, dr. Edhy tidak bisa mengikuti pendidikan spesialisasi Jantung karena terkendala faktor pembatasan usia. Sehingga setelah berdiskusi panjang dengan pimpinan saat itu, ia bersedia bergabung di jajaran manajemen. Kariernya di bagian ini terbilang cepat, berawal dari pelaksana naik menjadi Kepala Bidang yang harus mengelola bidang medis.
Ketika saat itu wakil direktur RS Adi Husada Undaan Wetan mengundurkan diri, dr. Edhy lah yang kemudian diangkat menggantikan posisi tersebut. Sebagai wakil direktur medik (yang kemudian menjadi wakil direktur umum yang menangani bidang non medik), ia menguasai hampir semua hal perumahsakitan. Penguasaannya terhadap pengelolaan rumah sakit sudah lengkap saat diangkat sebagai direktur. “Kalau dari pengalaman saya lengkap sekali sehingga hampir tidak ada pertanyaan tentang rumah sakit yang tidak bisa saya jawab,” ungkapnya.
Dr. Edhy menganggap kegiatan dalam bekerja sebagai suatu pengabdian. Seluruh karyawan diperlakukan sebagai keluarga bukan semata-mata pegawai. Layaknya sebuah keluarga, karyawan adalah anak-anak yang harus dilindungi sementara ia adalah bapak bagi mereka semua. Sikapnya yang melindungi dan kebapakan seperti itulah yang membuat seluruh staf menyayangi dirinya. Bahkan mantan karyawan di Klinik Jalan Gula sampai dengan saat ini masih menjalin tali silaturahmi dengan dr. Edhy.
“Mereka tidak segan-segan untuk menemui saya. Karena itu kalau menjadi pimpinan sebaiknya tidak sombong karena semua itu adalah amanah Tuhan. Semua karyawan memiliki jasa terhadap keberadaan rumah sakit. Karena dalam pengelolaan rumah sakit team work itu sangat penting,” ujarnya.
Selain suka tentu saja ada duka. Dalam pekerjaan ini dukanya adalah ketika dicurigai melakukan sesuatu yang tidak dilakukan, dianggap memiliki agenda tersembunyi. “Kadangkala kita sudah kerja keras melakukan yang terbaik tapi kemudian timbul salah paham. ”Itu biasa dalam pekerjaan tapi tetap saja terasa menyedihkan,” imbuhnya.
Kepada generasi muda, dr. Edhy Listiyo “wanti-wanti” berpesan agar melupakan mimpi menjadi seorang dokter kalau hanya bertujuan sekadar mencari uang belaka. Ia membeberkan bagaimana untuk menjadi seorang dokter harus memiliki keberanian untuk berkorban, yakni mengorbankan waktu dan keluarga. Karena begitu menjadi dokter, semakin sedikit waktu yang bersifat privasi untuk diri sendiri. Begitu juga dengan keluarga yang harus dikorbankan akibat kesibukan tiada henti selama 24 jam penuh sepanjang tahun.
“Itu pasti. Ketika pertama kali menjadi dokter jam sebelas atau dua belas malam pintu rumah saya digedor orang itu sudah biasa. Makanya, kalau pilihan jiwamu menjadi penolong, marilah menjadi dokter. Tetapi kalau hanya untuk mencari uang, jangan menjadi dokter. Jadi dokter bagus, jadi pengusaha bagus, tetapi dokter yang menjadi pengusaha menurut saya tidak baik. Selain itu, untuk menjadi dokter yang baik anda harus memiliki jiwa untuk mengasihi orang lain. Kalau tidak, ya tidak usah menjadi dokter, no way,” dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A.
Selain memiliki sifat yang telah disebutkan, dr. Edhy juga merupakan pribadi yang bertanggungjawab terhadap keluarga yaitu istri, anak dan cucu. Dr. Edhy Memiliki keluarga yang guyup dan harmonis, dalam hal ini ia menyatakan,” Keluarga yang harmonis harus bisa saling menghargai, saling mengasihi, saling memaafkan, saling memuji, saling mendoakan dan tidak bertengkar karena hal sepele, bila ada masalah besar sebaiknya dilakukan rembukan dengan damai”. Sayang sekali, keluarga harmonis yang menjadi teladan di mata karyawan rumah sakit dan teman-temannya ini harus mengalami duka mendalam, saat istri tersayang dipanggil menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa pada 22 Oktober 2010 silam. Kepergian istri tercinta menghancurkan hati dr. Edhy, ia merasa terpukul sekali ditinggal belahan hatinya. Semoga Tuhan menguatkan dr Edhy, karena saat ini masih banyak pihak yang membutuhkannya.
27 Tahun Mengabdi
Dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A. lahir di Majenang, Cilacap tanggal 13 Maret 1945. Menyandang gelar Dokter Umum pada tanggal 17 Februari 1984 dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.
Sebelum bergabung dengan RS Adi Husada , ia telah aktif membantu beberapa klinik dan perusahaan di wilayah Jakarta dan Magelang.
Saat bergabung dengan RS Adi Husada, ia ditempatkan pada unit satelit Jalan Gula Surabaya dan diangkat sebagai Kepala Bagian BPU Jl Gula Surabaya pada tanggal 1 Januari 1986.
Sebagai dokter, Ia pernah menjalani pendidikan di RSUD Dr. Soetomo – UPF Kardiologi selama tiga bulan kemudian Ia diangkat sebagai Kepala Seksi Klinik Penyakit Jantung RS Adi Husada Undaan Wetan. Selanjutnya jabatan yang diembannya meningkat menjadi Pejabat Kepala Bidang Penunjang Medis RS Adi Husada Undaan Wetan.
Dr. Edhy masuk ke jajaran top manajemen sejak tanggal 10 November 1995 dengan menduduki posisi sebagai Pejabat Sementara Wadir Medik RS Adi Husada Undaan Wetan. Ia dikukuhkan sebagai Wakil Direktur Medik RS Adi Husada Undaan Wetan satu tahun kemudian. Tahun 1999 diangkat sebagai Wadir Umum & Keuangan RS Adi Husada Undaan Wetan.
Setelah berhasil menyelesaikan program S2 Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) di Universitas Airlangga pada tanggal 30 September 1999 dengan mendapatkan predikat lulusan terbaik, karier ayah dua anak dan kakek seorang cucu ini makin berkembang.
Tanggal 1 January 2004, sesuai dengan Struktur Organisasi yang baru, dr. Edhy diangkat sebagai Direktur RS Adi Husada Undaan Wetan. Dengan mengemban Visi Rumah SakitAdi Husada Undaan Wetan Surabaya untuk “Menjadi rumah sakit terpercaya dengan pelayanan kesehatan profesional yang handal dan mampu berkembang secara berkesinambungan, dikenal secara nasional maupun internasional”. Serta bertanggungjawab untuk mensukseskan Misi rumah sakit yaitu Mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, Selalu berusaha memuaskan customer , Selalu meningkatkan kinerja dan Memiliki lingkungan kerja yang baik sehingga seluruh karyawan menjadi bagian rumah sakit.
Walau dengan beban tanggung jawab yang cukup besar serta kesibukan yang begitu padat, pada tahun 2009, dr. Edhy berhasil mendapat Brevet Mediator dari Mahkamah Agung RI dan pada tahun 2010, ia memperoleh Brevet Qualified Internal Auditor (QIA) dari Institut Pendidikan dan Pelatihan Audit Manajemen dengan mendapatkan predikat lulusan terbaik.
Selain itu, dr. Edhy juga aktif mengikuti seminar kesehatan baik di dalam maupun luar negeri seperti China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ia kerapkali diundang sebagai pembicara tentang kesehatan, manajemen rumah sakit, strategi dan lain-lain. Kegiatan lain pria energik ini adalah sebagai Penasehat MeCare di Hong Kong, Executive Council Member of Speciality Committee of Chinese Characteristic Diagnosis and Treatment of World Federation of Chinese Medicine Societies di Beijing dan Kepala Klinik Yayasan Sumber Mulia Jawa Timur.
Selain jabatan Direktur RS Adi Husada Undaan Wetan, Surabaya yang diembannya, saat ini dr. Edhy adalah Ketua I Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Jawa Timur, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia Jawa Timur, Wakil Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok Jawa Timur, Pengurus IDI Jawa Timur dan Penasehat Ikatan Naturopati Indonesia Jawa Timur. Mengingat hal-hal tersebut maka tak heran apabila dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A. termasuk dalam jajaran tokoh kesehatan yang cukup disegani dan berpengaruh di Jawa Timur.