Month: November 2012

Dr. (HC) Jro Gede Karang Tangkid Suarshana, MBA

No Comments

Founder & Managing Director Bali Tropic Resort & Spa

Indonesia Harus Dipimpin oleh Orang yang Mampu Menjauhkan Kepentingan Diri Sendiri

Indonesia kembali diguncang peristiwa besar. Setelah kasus Gayus –pegawai Ditjen Pajak golongan III A yang mampu melakukan korupsi luarbiasa besarnya- usai, kini menyusul kasus yang lain. Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazarudin tertangkap oleh Interpol di Kolombia setelah berbulan-bulan buron.

Kasus ini menjadi besar tidak hanya korupsi karena melibatkan partai yang sedang berkuasa, tetapi “nyanyian” Nazarudin juga menyeret orang-orang penting di negeri ini. Apalagi, kabarnya nilai uang yang dikorupsi Nazarudin mencapai hitungan Rp6,7 triliun. Sebuah jumlah yang sangat mencengangkan mengingat uang sebanyak itu bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan dikorupsi yang hanya menguntungkan segelintir orang saja.

Meskipun demikian, pengungkapan kasusnya sendiri –seperti juga kasus yang lain- kelihatannya akan menemukan jalan buntu. Penyebabnya, nuansa politis yang sangat kental membuat pihak berwenang kesulitan membongkarnya. Begitu pun, pelakunya yang belakangan “lempar handuk” terhadap kasus yang membelitnya tersebut.

Sejatinya, Indonesia harus terbebas dari segala jenis korupsi agar mencapai kesejahteraan rakyat seperti yang dicita-citakan pendiri bangsa ini. Jangan sampai, karena korupsi yang sudah demikian akut dan merajalela, kepentingan bangsa justru terlupakan. Kesejahteraan rakyat menjadi bukan prioritas lagi dan hanya sekadar menumpuk pundi-pundi kekayaan para pemimpinnya. 

“Semua bicara tentang bagaimana menyejahterakan bangsa ini, tetapi kenyataannya rakyat kecil menderita karena tidak mendapat perhatian pemerintah. Kunci mengatasi permasalahan tersebut ada pada pemimpinnya, yaitu sepanjang pemimpin melanjutkan visinya dengan penuh tanggung jawab. Orang yang memimpin Indonesia adalah orang yang bisa menjauhkan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan rakyat,” kata Dr. (HC) Jro Gede Karang Tangkid Suarshana, MBA., Founder & Managing Director Bali Tropic Resort & Spa…

Jro Gede –panggilan akrabnya- menyebutkan salah satu budaya kepemimpinan Bali, yakni adanya Tri Kaya Parisudha yang berarti “Apa yang dipikirkan itu yang diutarakan”. Ungkapan tersebut bermakna kurang lebih sebagai kejujuran dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dalam pengamatannya, sikap yang mencerminkan Tri Kaya Parisudha tidak ada pada kalangan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia.

Selain itu, menurut Jro Gede, untuk mengatasi korupsi yang semakin merajalela di seluruh lini kehidupan, sistem kepartaian di Indonesia harus dievaluasi. Cara-cara untuk duduk sebagai anggota dewan perwakilan rakyat (DPR atau DPRD) dengan menyogok harus dihentikan. Artinya seorang pejabat yang terpilih karena menyogok akan berusaha untuk mengembalikan modal yang sudah dikeluarkannya.

“Jadi untuk mencapai target yang ideal, Indonesia masih sulit karena pimpinannya tidak bisa membuat rencana yang luar biasa hebat untuk kepentingan rakyat Indonesia. Prinsip how much for my pocket, for myself harus ditinggalkan demi kesejahteraan rakyat.. Seharusnya untuk duduk di eksekutif, bukan dengan menggunakan uang tetapi murni kemampuan yang ada. Jangan hanya lip service saja dalam memimpin Indonesia, harus ada tindakan nyata,” tandasnya. 

Pembangunan Tanpa Rencana

Dr. (HC) Jro Gede Karang Tangkid Suarshana, MBA., mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Apabila kondisi seperti saat ini masih terus bertahan, bukan tidak mungkin cita-cita kesejahteraan bangsa hanyalah ilusi belaka. Tidak ada patokan yang bisa digunakan untuk meramalkan terjadinya kemakmuran di bumi nusantara. Apalagi, pembangunan yang dilaksanakan pemerintah sekarang ini tidak mempunyai rencana sama sekali. 

“Pembangunan di Indonesia sekarang tidak memiliki planning sama sekali, berbeda dengan zaman Soeharto. Seharusnya disusun program yang baku sehingga siapapun yang melanjutkan pemerintahan sekarang dan seterusnya tinggal melanjutkan program yang sudah ada. Kenapa, karena yang melanjutkan itu tidak akan berkutat dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, harus ada lagi repelita, harus ada rencana pembangunan. Jangan sampai karena presiden dan kementerian baru, kebijakan pun menjadi baru dan melupakan pondasi yang lama,” tegasnya.  

Ia mencontohkan pada Kementerian Pendidikan yang setiap berganti menteri terjadi pergantian kurikulum. Akibatnya, buku-buku pelajaran pun harus diganti sehingga sangat menyulitkan masyarakat bawah. Zaman Presiden Soeharto, buku jarang diganti-ganti sehingga bisa diberikan kepada generasi berikutnya.. Sementara sekarang, selain kurikulum selalu berubah setiap pergantian kabinet, buku-buku pelajaran pun dirancang untuk sekali pakai saja.

“Kurikulum terus berubah menyesuaikan selera menterinya sehingga bongkar pasang terus. Padahal kalau dilihat secara cermat, sebenarnya materi akademik memang terus berkembang tetapi tidak harus semuanya diubah. Artinya, memang secara prinsipil ada beberapa perubahan di bidang akademik tetapi harus tetap memperhatikan basic materi pendidikan yang harus tetap ada. Mungkin perlu diadakan penambahan-penambahan terhadap perubahan baru di bidang akademis,” katanya.

Dari kacamata pengusaha, lanjut Jro Gede, pemerintah seharusnya mengutamakan pembangunan infrastruktur. Utamanya, infrastruktur yang bisa mempermudah aktivitas masyarakat. Yaitu sarana dan prasarana yang diperlukan untuk rakyat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Karena sebenarnya masyarakat memiliki potensi masing-masing yang karena terkendala kurangnya infrastruktur membuat mereka sulit mengubah hidupnya.

Potensi tersebut, menurut Jro Gede terletak pada sosok generasi muda Indonesia. Syaratnya, generasi muda harus memiliki semangat tinggi untuk membangun bangsa. Dengan menggunakan dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di sekitarnya, generasi muda memiliki kemampuan untuk menguasai dunia. Apalagi kemajuan teknologi internet memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi yang mendukung kemajuan generasi muda.

“Anak-anak muda tidak seharusnya hanya berkeinginan untuk menjadi karyawan atau PNS. Mereka harus berusaha menjadi wirausaha mandiri sehingga bisa menggandeng beberapa orang dan membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat agar tidak bergantung kepada pemerintah. Tidak perlu menjadi pegawai dan lebih baik menjadi entrepreneur untuk membantu kesejahteraan bangsa ini,” tandasnya.

Jro Gede yakin, sektor pariwisata masih  merupakan penyumbang terbesar bagi kemakmuran Indonesia di masa mendatang. Mengingat potensi Indonesia sebagai sebuah negara yang menawarkan keindahan yang sangat eksotis dan menarik wisatawan. Baik di darat, laut dan udara, pariwisata Indonesia menawarkan sesuatu yang berbeda. Tinggal pemerintah yang harus menyediakan infrastruktur pendukung. “Karena kami yang swasta tidak mampu melakukan itu,” imbuhnya.

Pria kelahiran Bangli, 22 Januari 1943 ini, menyarankan agar pemerintah membentuk “poros” pariwisata antar kementerian. Poros pariwisata tersebut terdiri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan serta Kementerian Pariwisata dengan mengoptimalkan tugas masing-masing. Kementerian Kelautan dan Perikanan menjaga kelestarian laut beserta hasilnya, Kementerian Perhubungan menyediakan saranan dan prasanana infrastruktur yang lengkap dan memadai. “Semua itu dibawah koordinasi Kementerian Pariwisata,” tegas pria yang bersama istrinya menjadi “mandor” pembangunan resort-nya itu.  

Namun, Jro Gede menyayangkan kepedulian pemerintah yang sangat kecil terhadap dunia pariwisata. Beberapa kali proposal terkait pengembangan pariwisata yang diajukannya tidak dipedulikan Menteri Pariwisata. Padahal masukan-masukan yang diberikannya untuk kepentingan memajukan pariwisata Bali dan Indonesia pada umumnya. Sebagai pelaku industri pariwisata, ia sangat menguasai kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh Indonesia.

Selalu Kelihatan Premium

Sebagai pengelola hotel di salah satu kawasan pariwisata tersibuk di dunia, Jro Gede memiliki berbagai kiat. Pengalaman puluhan tahun membuat ia tahu betul inovasi apa yang harus dilakukannya. Salah satunya adalah menghadirkan manusia Bali yang utuh di dalam hotelnya. Tidak hanya sekadar pelayan dan karyawan hotel yang menggunakan seragam dengan adat Bali, namun ia juga menghadirkan budaya Bali dalam hotel lengkap dengan pura besar sebagai tempat ibadah bagi karyawan yang beragama Hindu.

“Kebijakan saya adalah bahwa sebuah hotel harus selalu kelihatan premium. Inovasi yang kita lakukan salah satunya dengan all in inclusive services. Selain itu, kami selalu menghaturkan sesajian yang lengkap di Pura didalam hotel yang dapat disaksikan langsung oleh tamu. Pura di hotel kami bukanlah suatu pajangan tetapi merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu di Bali Tropic dan juga merupakan tempat untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya dan tradisi Bali bahkan pada hari-hari tertentu kami melaksanakan upacara yang cukup besar yang dapat menarik perhatian para tamu yang menginap” katanya.

Langkah-langkah inovasi yang dilakukan Jro Gede sangat membantu dalam menjaga Bali sebagai tujuan wisata dunia. Bali yang merupakan “sepotong surga yang tertinggal di bumi” setiap tahun di kunjungi oleh jutaan wisatawan dari seluruh dunia untuk menikmati keindahannya. Banyak di antara wisatawan yang tinggal berbulan-bulan atau bahkan menetap seumur hidup dan berbaur dengan kehidupan masyarakat asli Bali.

Sebagai pengusaha asli Bali yang tetap kokoh mempertahankan tradisi Bali, Jro Gede sangat serius menjaga tradisi Bali dan melebur dengan ajaran agama yang diyakininya. Semangatnya semakin tinggi, ketika di sekelilingnya banyak orang-orang asing yang “lebih” Bali dari orang yang terlahir di Pulau Dewata tersebut. Ia sadar, orang Bali harus kokoh dan kuat dalam memegang dan mempertahankan budayanya dan tidak terpengaruh budaya asing. 

Semangat untuk mempertahankan budaya asli Bali terus digelorakan oleh tokoh pariwisata yang sangat idealis ini. Berbagai ide dan gagasan dituangkannya, salah satunya melalui pembangunan Bali Tropic Resort & Spa yang dibangun pada tahun 1988. Ia merancang dan mengawasi (bersama sang istri-Jro Istri Karang Sumerti Suarshana) proses pembangunannya yang disesuaikan dengan filosofi Bali yang diyakininya, “TRI HITA KARANA”.

Jro Gede membangun resort di tepi pantai tersebut dengan menggunakan konsep Tri Hita Karana, Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali. Sedangkan fasilitas di dalamnya disesuaikan dengan standar hotel internasional berbintang lima. Dengan begitu, wisatawan asing dapat menikmati keindahan dan keunikan arsitektur serta nuansa Bali tetapi menggunakan fasilitas hotel bintang lima.

“Kami memiliki 150 kamar dan mungkin akan terus ditambah. Karena banyak divers yang tinggal lama di sini dan menyebarkan promosi gratis dari mulut ke mulut,” ujar kakek dengan 4 orang cucu ini yang berharap kelak salah satu cucunya menjadi seorang dokter. Ia ingin suatu saat, Indonesia juga memiliki rumah sakit yang menjadi rujukan bagi pasien di luar negeri. “Selalu Singapura atau Thailand. Makanya saya ingin membangun sebuah rumah sakit di Bali yang komplit. Tetapi belum terwujud meskipun idenya sudah ada,” tambahnya.

Dalam membangun hotel, Jro Gede menyesuaikan dengan idealismenya. Ajeg Bali adalah mempertahankan budaya Bali seutuhnya, tetapi menggunakan konsep internasional. Untuk membangun gazebo yang menghubungkan antar cottage, ia mengukur dengan Asta Bumi menggunakan ukuran tapak kaki. Selain menerapkan ajaran agama, ia selalu ingin mempertahankan budaya asli Bali tetap seperti sedia kala. 

Tri Hita Karana, menurut Jro Gede adalah tiga aspek yang akan membuat hidup manusia berbahagia. Aspek pertama adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, kemudian hubungan harmonis antara manusia dengan sesama manusia dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam. Ketiga aspek tersebut betul-betul dijaga agar terjalin dengan harmonis dan seimbang. Dalam agama Hindu, untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan tersebut setiap tahun diselenggarakan upacara besar dan tiap hari upacara kecil. 

Tidak berhenti di situ, Jro Gede menerapkan filosofi Tri Hita Karana dalam mengelola hotel. Salah satunya dengan membangun instalasi pengolahan air limbah di Bali Tropic Resort & Spa. Di mana, limbah yang dihasilkan akibat aktivitas tamu hotel seperti mandi, buang air dan lain-lain, diolah kembali menjadi pupuk kompos dan air bersih untuk menyiram tanaman di halaman hotel.

“Airnya layak konsumsi. Ikan yang kami pelihara menggunakan air hasil olahan limbah berkembang dengan baik. Pupuk yang dihasilkan juga menyuburkan tanaman di hotel ini. Jadi filosofi Tri Hita Karana  saya terapkan di sini sehingga limbah yang keluar dari aktivitas Bali Tropic Resort & Spa tidak akan mencemari lingkungan,” ungkap Dr.. (HC) Jro Gede Karang Tangkid Suarshana, MBA..

Biodata:

Nama: Dr. (HC) Jro Gede Karang Tangkid Suarshana, MBA

Tempat tanggal lahir: Desa Undisan, Klod-Bangli, 22 Januari 1943

Nama Istri: Jro Istri Karang Sumerti Suarshana

Nama Ayah: I Made Bude

Nama Ibu: Ni Wayan Janji

Nama Anak-anak:

  • Ni Luh Putu Sri Utami
  • I Made Arya Karang Utama Yasa

Nama Cucu:

  • I Gede Eka Dharma Putra Karang S. Suarshana
  • Komang Astiti Bhakti Adnyana Mahardika Putra Karang S. Suarshana
  • Ketut Putra Dalem Krishnayoga Karang S. Suarshana
  • Putu Keisha Putri Karang Suarshana (cucu terakhir dari putra yang kedua)

Pendidikan:

  • Program S2 Sales & Marketing Pariwisata Global Institute of Management
  • Gelar Doctor Honoris Causa (HC) dalam bidang Budaya & Pariwisata dari World University, USA yang diterima di London, Inggris

Pekerjaan:

  • Pendiri dan Presdir PT Gumi Bali (2002)
  • Pendiri dan Managing Director Bali Tropic Resort & Spa (1988-sekarang)
  • Pendiri dan Direktur Wisata Nusa Damai Transport (1982-sekarang)
  • Pendiri dan Direktur Suartur (1981-sekarang)

Organisasi:

  • Wakil Ketua Majelis Perimbangan Partai Demokrat Provinsi Bali (2006-sekarang)
  • Ketua Panitia Pengembangan Desa Miskin/Teringgal menjadi desa Ekowisata “Taman Sari” di desa Undisan, Bangli (2006-sekarang)
  • Ketua Tim Sukses SBY-Kalla (2004)
  • Ketua Bali Travel Mart (2000)
  • Pendiri Yayasan Ibu Pertiwi (2000)
  • Sekjen Bali Promo/Promotor Resque Program Pariwisata Bali (1998-1999)
  • Ketua Konferensi ASITA Nasional (1986)
  • Ketua ASITA Bali (1985-1987)

Penghargaan:

  • Best Quality Service Of The Year untuk Bali Tropic Resort & Spa dari International Business & Company Award 2010 (bulan Juli 2010)
  • Penghargaan Tri Hita Karana (Emerald Medal) untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2009)
  • Penghargaan Red Star Award dari ITS Reisen (salah satu travel agent terbesar di Jerman) tahun 2009
  • Penghargaan ASEAN Green Hotel Award 2010-2011 untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2009)
  • Sertifikat Emas dari Tim Verifikasi Standarisasi Keamanan dan Keselamatan Hotel untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2009)
  • Penghargaan Tri Hita Karana (gold medal) untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2008)
  • Satya Lencana Emas – Karya Karana Pariwisata Tertinggi (Juara Pengembangan Pariwisata dari Pemerintah Provinsi Bali) tahun 2007
  • Penghargaan ASEAN Green Hotel Award 2008-2009 untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2007)
  • Penghargaan Tri Hita Karana (gold medal) untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2007)
  • Penghargaan One of The Best 99 Favorite Hotel in The World untuk Bali Tropic Resort & Spa oleh Holiday Check, Berlin – Germany (tahun 2007)
  • Sertifikat Emas dari Tim Verifikasi Standarisasi Keamanan dan Keselamatan Hotel untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2007)
  • Penghargaan Tri Hita Karana (silver medal) untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2006)
  • Penghargaan Tri Hita Karana (bronze medal) untuk Bali Tropic Resort & Spa (tahun 2005)
  • Juara I (Medali Emas) Rumah Luga Pedesaan untuk Puri Karang (tahun 1996)
  • Juara II (Medali Perak) Rumah Luga Pedesaan untuk Puri Karang (tahun 1995)
  • Juara II (Medali Perak) Rumah Perkotaan se provinsi Bali untuk Suartur (tahun 1990)

 

Johan Wang

No Comments

Direktur Utama PT Jocelyn Anugrah Jaya

Mengalami Keajaiban dan Mukjizat Hidup Diwujudkan pada Miracle Agency

Beberapa kali kejadian ajaib dialami oleh Johan Wang, Direktur Utama PT Jocelyn Anugrah Jaya. Kejadian ajaib tersebut selalu berhubungan dengan keselamatan dirinya sehingga nyawanya berada di ujung tanduk. Salah satunya, ketika masih  kuliah tahun 1999, ia terserempet metromini saat naik motor ke kampus. Celakanya, ia jatuh ke kolong truk kontainer yang sedang melaju. Tak ayal, tubuhnya terseret truk kontainer sejauh sepuluh meter.

Meskipun demikian Johan Wang selamat. Ia “hanya” mengalami patah tulang di hampir sekujur tubuhnya. Setelah tergolek di rumah sakit selama satu tahun lamanya, ia dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas seperti sedia kala. Sejak itulah, ia sangat antipati terhadap obat dan dokter. Trauma tersebut terus dibawanya hingga bekerja, menikah dan memiliki anak. Hingga suatu saat, vonis dokter menyatakan dirinya suspect leukemia dan harus menjalani perawatan intensif.

“Ini keajaiban dan mukjizat untuk kali kedua setelah dilindas kontainer. Suami saya dinyatakan menderita leukemia akut saat menjalani pengecekan di Singapura. Peluang untuk sembuh diperkirakan hanya 30 persen kalau tidak segera ditangani. Rumah sakit di sana mengajukan dana Rp1 miliar untuk perawatan suami saya. Tetapi saya bersikeras membawanya pulang ke tanah air,” kata istrinya.

Ia dan suaminya kemudian kembali ke Indonesia untuk menjalani pengobatan herbal. Berbagai macam obat-obatan herbal dari seluruh penjuru nusantara dicoba demi kesembuhan sang suami. Ratusan juta rupiah telah dihabiskan untuk pengobatan yang ternyata tidak membuahkan hasil tersebut.

Bukannya berkurang, leukemia yang diderita Johan Wang semakin parah. Dari hidung dan gusinya terus menerus terjadi pendarahan, sementara di sekujur tubuhnya timbul bercak-bercak besar kemerahan. Ia hanya mampu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa demi kesembuhan suaminya.

“Tuhan memang Maha Baik. Suatu hari, Dia mengirimkan penderita leukemia kronis ke rumah. Orang tersebut menyarankan untuk tetap konsultasi ke dokter sebagai pegangan meskipun menggunakan herbal untuk pengobatan. Kami menurutinya dan mempercayakan pengobatan kepada dokter yang disarankan orang tersebut,” tandasnya.

Johan Wang, kemudian disarankan untuk menjalani kemoterapi di RS Ciptomangunkusumo  oleh dokter tersebut. Satu kali kemoterapi dan menghuni ruang isolasi selama 45 hari tidak menunjukkan hasil maksimal. Mungkin penyebaran sel kanker yang sudah mencapai paru-paru menjadi penyebabnya. Bahkan, sel kanker didiagnosa telah menguasai 90 persen darah yang beredar di tubuh. Dikhawatirkan, apabila sel kanker sudah mencapai otak nyawa Johan  Wang tidak tertolong.

Sekali lagi, Johan Wang harus mengulang proses kemoterapi dan isolasi dari awal. Sang istri hanya diperbolehkan menunggui suaminya dari luar ruangan. Tanpa henti, ia memanjatkan doa untuk kesembuhan Wang sembari mengasuh anaknya yang kala itu belum genap berumur satu tahun. Perlahan namun pasti, tanda-tanda kesembuhan mulai nampak. Setelah satu tahun tergolek di rumah sakit, Johan Wang dinyatakan terbebas dari leukemia.

“Puji Tuhan, ini benar-benar keajaiban dan mukjizat dari-Nya. Kebahagiaan dan rasa syukur tiada tara kami rasakan. Apalagi setelah keluar dari rumah sakit, kita masih mendapat bonus jalan-jalan ke Turki dari Prudential. Semua berkat mukjizat Tuhan, mulai terlindas kontainer sampai sembuh total dari leukemia, tanpa campur tangan Tuhan tidak akan terjadi. Oleh karena itu, saat bulan Januari 2011 membuka perusahaan, kita namakan Miracle Agency,” tuturnya.

Berkat Tuhan pula yang membuat brand Miracle Agency dari perusahaan PT Jocelyn Anugrah Jaya dengan cepat berkembang. Dengan persaudaraan dan pertemanan yang sangat kuat, dalam waktu singkat telah memiliki 1000 agen dengan 110 leader. Bahkan cabang perusahaan pun berdiri tidak hanya di Jakarta, tetapi juga Bangka, Jambi, Sungai Liat, Bandung dan lain-lain. Tidak hanya itu, dari 220 insurance agency di seluruh Indonesia Miracle Agency menduduki peringkat 10 nasional.

Membantu Orang

Awalnya Johan Wang tidak begitu tertarik dengan dunia asuransi. Sebagai perantau dari Jambi dan kuliah di Jakarta, ia indekos di kamar berukuran dua kali tiga meter. Setelah lulus kuliah ia bekerja sebagai staf auditor. Salah satu teman kos Johan bernama Heri, dilihatnya memiliki kehidupan yang lebih baik. Ternyata Heri adalah agen perusahaan asuransi Prudential.

“Suami saya melalui Heri kemudian bergabung dengan Prudential. Meskipun awalnya ia menyangka MLM, tetapi ia berketetapan hati untuk bergabung dan bekerja sebagai agen asuransi. Ia pun resmi mengundurkan diri dari perusahaan lama –meskipun sempat diiming-imingi kenaikan gaji- tetapi ia sudah bulat keputusan untuk bergabung di Prudential. Di sini ia memiliki misi yang luar biasa, yakni membantu orang menyiapkan masa depan mereka,” kisahnya.

Landasan misi mulia tersebut, lanjutnya, membuat karier Johan Wang dengan cepat meroket. Hanya dalam tempo tujuh tahun, ia sudah menduduki posisi paling atas sebagai agency manager (2008). Hampir setiap tahun perusahaan mengeluarkan bonus untuk Johan Wang berupa jalan-jalan ke luar negeri. Selain itu, penghasilan besar dari asuransi membuatnya mampu membeli rumah, mobil dan lain-lain.

Bahkan, saat dinyatakan suspect leukemia pun penghasilan Johan Wang tidak berkurang. Uplink managernya menjamin bahwa usaha sales asuransi yang dijalankannya tetap berjalan seperti biasa. Bisa dibilang, inilah bisnis yang menjadi pasif income sebenarnya. Karena saat Johan sakit, biaya operasional –seperti cicilan rumah, mobil dan biaya hidup keluarga- sebesar Rp60 juta per bulan tertutupi.

“Jadi saya tidak perlu menjual rumah atau asset lain sama sekali. Apalagi, semua biaya pengobatan suami saya benar-benar ditanggung oleh Prudential. Untungnya, perusahaan memiliki kebijaksanaan apabila nasabah menderita penyakit akut seperti kanker, leukemia dan lain-lain, polis diberikan secara cash. Yang lebih menenangkan lagi, saat suami jatuh sakit teman-teman sudah siap menggalang dana. Tetapi berkat Prudential semua telah terbantu,” kisahnya penuh syukur.

Di saat-saat sedang menderita cobaan hidup seperti itu, Johan Wang dan istrinya menyadari siapa teman dan sahabat sejati. Disamping ada yang dengan sukarela memberikan bantuan materi, ada juga yang mengetahui kondisinya lantas meninggalkan pasangan ini begitu saja. ”Kalau lagi senang, semua teman berdatangan tetapi ketika kita jatuh satu per satu meninggalkan kita. Nah, saat Johan sakit itulah baru kelihatan siapa teman-teman kita,” imbuhnya.

Melalui Miracle Agency, pasangan Johan Wang dan istri, membangun kesuksesan bersama. Mereka tidak hanya berpikir untuk kesuksesan pribadi tetapi juga membuat banyak orang sukses. Dengan berbisnis di agen asuransi Prudential kesempatan untuk memperbaiki kehidupan terbuka lebar. Ia mengisahkan bagaimana banyak anak buahnya yang memiliki keinginan kuat untuk maju berhasil meraih impiannya.

Apalagi dalam menjalankan bisnis agen asuransi Prudential relative tidak memerlukan modal sama sekali. Yang diperlukan hanyalah kemauan untuk maju mencapai impian yang dicita-citakan mencapai kehidupan yang lebih baik. Seorang agen hanya dituntut untuk ulet, memiliki tujuan yang jelas dan siap dengan risiko yang sangat kecil.

“Risikonya hanya menghadapi penolakan dari nasabah, itu saja. Dan penolakan akan tidak menjadi masalah kalau kita memiliki goal dan dream. Saya bilang belum ada bisnis seluar biasa Prudential. Tanpa modal, nilainya ratusan juta, hasilnya juga luar biasa, dengan risiko hanya penolakan. Saya dalam kurun waktu tujuh tahun sudah mampu memperoleh income diatas Rp100 juta per bulan. Padahal modal awal hanya Rp6 ribu untuk materai,” tegasnya.

Risiko Penolakan

PT Jocelyn Anugrah Jaya dibawah Johan Wang sebagai Direktur Utama setelah mencapai ranking 10 besar agen asuransi menetapkan untuk masuk 5 besar dalam beberapa tahun ke depan. Tetap bervisi untuk membantu orang mencapai kehidupan lebih baik, perusahaan mengalami akselerasi kemajuan yang sangat pesat. Beberapa bulan berjalan, perusahaan telah mencatatkan omzet rata-rata Rp1,5 miliar per minggu.

“Saya cuma menerapkan kekeluargaan, kekompakan dan lain-lain. Untuk merangsang sales, kita membuat kontes jalan-jalan, ke Hongkong, Phuket dan lain-lain. Atau angpao bagi mereka yang berhasil mendapatkan tiga nasabah. Yang jelas, karena percepatan usaha kita sangat luar biasa, kami yakin tembus sepuluh besar. Pokoknya tetap mengusung visi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan menjadi lebih tinggi. Bring miracle for every family yaitu memberikan keajaiban bagi setiap agen dan leader yang bernaung dalam Miracle Agency. Sementara bagi nasabah banyak manfaat yang mereka rasakan dari produk-produk Prudential,” tegasnya.

Untuk mencapai visi tersebut, selain mengadakan kontes dan jalan-jalan perusahaan juga memberikan bantuan berupa training dan pelatihan. Tujuannya untuk membekali para agen agar mereka memiliki skill yang cukup untuk menghadapi tantangan ke depan, menguasai produk yang dijual serta motivasi yang tinggi untuk maju. Ibarat handphone, mereka di-charge untuk menambah stamina sebelum terjun dalam persaingan pasar asuransi yang semakin sengit.

Selain itu, Johan Wong menargetkan untuk membawa perusahaan mencapai lima besar agen asuransi di Indonesia. Karena dengan predikat lima besar berarti akan semakin mudah dalam mencari nasabah. Selain itu, banyaknya produk asuransi dari Prudential yang memenuhi kebutuhan nasabah juga memudahkan tugas agen asuransi. Di sisi lain, manfaat asuransi bagi nasabah juga sangat banyak. Mulai merancang masa pensiun, anak sekolah, sakit parah dan lain-lain dapat tercover asuransi.

“Masyarakat harus tahu bahwa setiap tahun selalu ada penyakit baru yang terdeteksi, karena mutasi penyakit semakin beragam. Nah, nasabah kalau sudah sakit, ujung-ujungnya masuk rumah sakit juga. Kenyataannya banyak orang di rumah sakit yang tidak tertolong gara-gara kesulitan dana. Di situlah pentingnya asuransi, kalau terjadi apa-apa tidak perlu menjual asset yang dengan susah payah dikumpulkan,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, secara pekerjaan bekerja sebagai agen asuransi cukup mudah. Bagi agen yunior, untuk mencapai kesuksesan cukup melakukan persis seperti yang dikerjakan oleh para seniornya. Karena para senior telah berpengalaman dan membuktikan bahwa apa yang dikerjakannya dalam bisnis ini telah menghasilkan limpahan materi bagi keluarga.

Selain itu, bagi generasi muda yang belum memiliki pekerjaan tetap, bekerja di perusahaan asuransi seperti Prudential sangat menjanjikan masa depan. Penghasilan sebagai agen asuransi mampu mencukupi kebutuhan hidup, dengan peluang karier yang terbuka lebar serta kesempatan keliling dunia. Agen asuransi juga mempunyai kesempatan untuk memiliki kebebasan financial tidak terbatas dengan keikutsertaannya pada program perusahaan tempatnya bekerja.

“Untuk yang sudah bekerja di Prudential, saya sarankan agar mereka mengikuti sistem saja untuk sukses. Kunci suksesnya cuma copy paste, mengikuti omongan leader karena mereka sudah membuktikan. Seperti saya bisa beli rumah, mobil dan lain-lain yang merupakan hasil dari pekerjaan sebagai agen asuransi. Apalagi untuk ke depan, market kita masih luar biasa. Karena selama masih ada kehidupan –kelahiran, pertumbuhan penduduk dan lain-lain- asuransi akan terus diperlukan. Sementara tenaga pemasaran asuransi pun masih sangat sedikit, dan yang harus diingat adalah risiko pekerjaan ini hanya sekadar penolakan saja,” katanya.

Profil PT Jocelyn Anugrah Jaya

PT Jocelyn Anugrah Jaya merupakan salah satu kantor manager mandiri (Agency) dari PT Prudential Life Assurance yang didirikan pada tanggal 15 April 2010 oleh Bapak Johan sebagai pemilik sekaligus pemimpin perusahaan dan disyahkan dengan akte notaris Hannywati Gunawan, SH, No 34. Perusahaan bergerak di bidang jasa khususnya asuransi jiwa dan mulai beroperasi pada tanggal 3 Januari 2011, beralamat di gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan.

Perusahaan lebih di kenal dengan brand Miracle Agency untuk mempermudah komunikasi antara pihak Prudential (kantor pusat) dengan agency. Karena setiap agency memiliki kode kantor yang berbeda satu dengan lainnya dan bernaung dalam satuan region.

Miracle Agency di bawah pimpinan Johan Wang telah banyak melahirkan leader – leader yang solid dan berkomitmen dari semua tingkatan jenjang karier. Antara lain Unit Manager (UM), Senior Unit Manager (SUM) dan tingkatan yang paling tinggi yaitu Agency Manager (AM). Untuk sebuah agency baru dengan begitu banyaknya leader merupakan suatu kekuatan group yang besar. Selain di Jakarta, Miracle Agency juga memiliki kantor cabang di Bandung, Jambi, Bangka, Pangkalpinang dan Sungai Liat.

Visi dan misi PT Jocelyn Anugrah Jaya

Visi

Menggapai semua kesuksesan dengan satu tujuan demi keberhasilan perusahaan dalam perkembangannya

Misi

Menjadi agency terbaik dan memiliki suatu komitmen untuk berkembang terus dan melampaui semua pengharapan yang ada

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari misi, Miracle Agency mempunyai landasan sebagai suatu kekuatan dasar berdiri dan berkembangnya perusahaan sebagai berikut:

  • Semangat untuk menjadi yang terbaik
  • Organisasi yang memberikan kepada orang lain untuk belajar
  • Bekerja sebagai suatu keluarga

 

Hadi Sukarno

No Comments

PT Urip Lancar Abadi

Menaklukkan Ibukota dengan Ijazah SLTP

Kerja keras, berusaha mencari peluang dan selalu berdoa adalah kunci kesuksesan. Ketiganya bisa dilakukan oleh siapa pun yang menginginkan kebaikan dalam hidupnya. Tak peduli latar belakang pendidikan dan keluarganya, asalkan memiliki kemauan untuk maju, jalan kesuksesan akan terbentang.

Perjalanan hidup Hadi Sukarno bisa menjadi contoh bagaimana perjuangan membuahkan kesuksesan. Ia merantau dari daerah asalnya di Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta ke ibukota tanpa modal apapun. Menumpang pada tetangganya yang bekerja di Bank Indonesia, ia bertarung memperjuangkan hidupnya di ibukota. Modalnya, selembar ijazah Sekolah Tekni (ST) yang baru saja diperolehnya pada tahun 1969.

“Saya agak minder karena setamat Sekolah Teknik, setara dengan SLTP tidak mampu melanjutkan sekolah lagi. Maka, pada hari Senin Kliwon, 1 Januari 1971  saya berangkat ke Jakarta. Saya ikut tetangga yang karyawan BI dan tinggal di Grogol. Saya bekerja pada tetangganya yang memiliki bengkel,” kata pemilik PT Urip Lancar Abadi ini.

Karena baru lulus tingkat SLTP, perawakan Karno –panggilan akrabnya- masih  sangat kecil. Oleh karena itu, ia hanya diterima bekerja untuk sekadar membantu-bantu di bengkel seperti mengepel, menyeterika dan antar jemput anak sekolah. Ia “tidak dianggap” untuk bekerja di bengkel yang harus mengangkat mesin-mesin yang berat. Meskipun demikian, ia tidak berputus asa dan tetap bertekad untuk bekerja di bengkel. Di saat tugas rumah tangga selesai, ia akan membantu pekerjaan di bengkel.

Cita-cita Karno untuk bekerja di bengkel baru tercapai tiga tahun kemudian. Melihat pekerjaan yang dilakukannya dalam waktu singkat kariernya pun menanjak. Ia sempat menjadi Kepala Bengkel PT Rosiba Sakti meskipun banyak montir yang lebih piawai darinya. Perusahaan tempatnya bekerja memiliki angkutan peti kemas di Tanjung Priok dan ia diangkat sebagai Kepala Operasional Peti Kemas.

“Tahun 1975, saya menikah dan memiliki anak pertama tiga tahun kemudian. Anak kedua saya lahir pada tahun 1984 dan tahun 1988 kami pindah ke Bekasi.  Akibat kepindahan itu, saya terpaksa mengundurkan diri secara baik-baik dari pekerjaan karena terlalu capai. Rumah di Bekasi sementara pool-nya di Kapuk setiap hari harus bolak-balik, lumayan menguras tenaga,” ungkapnya.

Setelah tidak bekerja Karno belajar mandiri. Dari pesangon dan uang simpanan yang dimiliknya ia membeli sebuah mobil. Dengan mobil tersebut, ia bergabung di Tanjung Priok untuk menawarkan jasa antar barang. Saat itu, ia sering mengantarkan barang di PT IFF. Akhirnya karena melihat penampilan Karno yang selalu rapi dan necis, ia ditarik perusahaan tersebut untuk mengantarkan produk kepada customer-customer-nya.

Sebuah peristiwa yang terjadi pada PT IFF mengubah perjalanan hidup Hadi Sukarno. Yakni ketika barang produk perusahaan baru selesai dikerjakan pukul 20.00 dan harus dikirim ke Surabaya untuk digunakan produksi pada pukul 13.00 keesokan harinya. Biasanya, untuk pengiriman barang keluar kota digunakan perusahaan ekspedisi yang biasanya tutup pukul 16.00. Akhirnya diputuskan Karno yang akan mengirimkan barang tersebut ke Surabaya.

“Tugas tersebut saya terima. Dengan menyewa kendaraan yang biasa membawa barang rute Jakarta – Surabaya, barang diterima pukul 11.15 siang. Saat perusahaan di Jakarta telepon, pihak Surabaya mengonfirmasi kalau barang sudah diterima. Atas prestasi tersebut, saat sampai di Jakarta seluruh karyawan sampai general manager yang orang Inggris memberikan ucapan selamat. Selain itu, diputuskan bahwa mulai hari itu pengiriman ke Surabaya diserahkan kepada saya, tidak lagi menggunakan jasa perusahaan ekspedisi,” kisahnya.

Mendirikan Perusahaan

Meskipun sudah “memegang” pengiriman barang PT IFF, pria kelahiran Wonosari, 24 Agustus 1952 ini tetap bekerja secara pribadi. Belum pernah terpikirkan untuk mendirikan perusahaan sendiri dan terpaksa menggunakan PT Rosiba sebagai bendera. Untungnya, pemilik perusahaan tersebut masih  berbaik hati terhadap anak buah kesayangan yang sudah keluar tersebut.

“Jadi namanya PT Rosiba, tetapi proyek yang mengerjakan saya. Kalau urusan keuangan saya tinggal minta pada bos Rosiba. Suatu saat bos sedang ke luar negeri, sementara saya butuh uang sehingga tidak bisa mengambil. Dia menyuruh saya untuk membuat PT sendiri dan membuat rekomendasi ke Bukopin. Akhirnya saya menggunakan jasa notaris dan mengajukan dua nama perusahaan ke Departemen Kehakiman, PT Lancar Abadi dan PT Urip Lancar. Kedua nama tersebut sudah ada maka Departemen Kehakiman mengusulkan nama PT Urip Lancar Abadi. Jadilah nama itu sampai sekarang,” tuturnya.

Seiring perjalanan waktu, perusahaan milik sulung dari lima bersaudara pasangan Darto Pawiro dan Karmi ini semakin berkembang. Salah satunya adalah pemeringkatan yang dilakukan oleh PT Unilever setiap tiga bulan sekali bagi para supplier. Check record tersebut digunakan sebagai indikator untuk melihat ketepatan pengiriman barang untuk perusahaan tersebut dari supplier.

Dari data yang ada, terlihat bahwa PT IFF yang menggunakan jasa pengiriman milik Karno –saat itu belum memiliki perusahaan- menjadi nomor satu dalam ketepatan. Oleh karena itu, direktur PT IFF tidak segan-segan untuk merekomendasikan angkutan tanpa nama miliknya untuk mengangkut barang-barang mereka. Akhirnya, perusahaan-perusahaan besar menggunakan jasa perusahaan meskipun berdasarkan iklan dari mulut ke mulut.

“Saya bisa ‘menguasai’ angkutan barang ke Surabaya dari perusahaan-perusahaan tersebut yang biasanya menggunakan jasa ekspedisi. Saking tepatnya, Wing Surya Group di Surabaya memberikan julukan kepada PT Urip Lancar Abadi sebagai perusahaan one day service. Tetapi saya bilang kepada mereka, bahwa saya tidak berani mencantumkan itu meskipun layanan tersebut diakui. Yang jelas, moto saya adalah ‘Kami ada melayani anda’. Saya berusaha untuk memberikan bukti bukan janji,” tegas suami Sumarmi ini.

Menurut Karno, dengan tingkat kondisi jalan sekarang ini, pengiriman barang dari Jakarta – Surabaya melalui darat memakan waktu maksimal 20 jam.  Sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dari hanya satu mobil perusahaan mampu membeli beberapa armada lagi. Hingga saat ini, armada yang dimiliki perusahaan mencapai 25 mobil.

Menurut Karno, pasca tahun 2010 banyak perusahaan kelas internasional yang menuntut standar ISO. Tidak ketinggalan, PT Urip Lancar Abadi pun menerapkan ISO bagi perusahaan. Angkutan yang tadinya hanya terdiri atas truk sekarang sudah menggunakan mobil box semua. “Berdasarkan pengalaman, setiap mobil uzur langsung diganti mobil baru, untuk efisiensi. Meskipun mobil banyak, tetapi saya tidak pernah memakai tenaga montir untuk maintenance. Mobil saya sehat semua, kalau perawatan kecil dikerjakan sendiri dan sebelum turun mesin mobil sudah diganti baru,” tandasnya.

Meniatkan untuk Ibadah

Hadi Sukarno sebagai pelaku usaha berharap agar pemerintah memberikan rasa aman terhadap dunia usaha. Bagi pengusaha, kebutuhan terhadap keamanan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usahanya di Indonesia. Meskipun demikian, kondisi aman tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kondisi politik di tanah air.

“Banyak perusahaan yang ‘pura-pura’ bangkrut padahal memindahkan perusahaannya ke luar negeri. Harapan saya tetap keamanan saja, karena kalau kondisi sudah aman mudah-mudahan banyak investor datang dari luar negeri. Ke depan, mudah-mudahan saya akan membawa perusahaan menjadi besar, profesional dengan meniatkan diri untuk ibadah. Karena saya bisa merekrut orang-orang yang sedang menganggur, membantu anak yatim dan lain-lain,” tegasnya.

Saat ini, Karno berusaha untuk membantu anak-anak yang kurang mampu tetapi memiliki kemampuan tinggi. Ia memiliki sembilan anak asuh sembilan yang dua di antaranya sedang menempuh pendidikan tinggi. Selain itu, ia juga berusaha untuk merekrut anak-anak kampung yang memiliki kemampuan tetapi tidak ada biaya untuk mengembangkan kemampuannya.

Sepanjang bulan Ramadhan, Karno bekerja sama dengan Polres setempat memberikan takjil bagi orang-orang yang berpuasa. Kegiatannya tersebut mendapat dukungan penuh dari gereja tempatnya beribadah. “Tadinya saya hanya ikut-ikutan bersama Polres untuk memberikan takjil kepada para pengendara yang melintas,” imbuhnya.

Setelah berlangsung beberapa saat, akhirnya Karno memutuskan untuk mengadakan bakti sosial selama sebulan penuh dengan memberikan takjil bagi umat muslim yang puasa. Akhirnya pihak gereja menganggarkan dana bakti sosial untuk hal yang sama. “Kalau anggaran bakti sosial gereja itu ada yang untuk orang miskin beragama Kristen dan anggaran bakti sosial untuk umum yang harus disampaikan, seperti takjil ini. Kebetulan ketua seksinya adalah saya,” tambahnya.

Sesuai dengan sikapnya yang selalu berusaha “Berbagi Kasih”, Karno juga menerapkan standar penggajian dan kesehatan yang tinggi bagi karyawan.  Meskipun dikelola secara tradisional, ia memberikan gaji yang melebihi UMR dan menggunakan asuransi kesehatan dengan jaminan lebih tinggi dari Jamsostek, standar Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.

“Untuk ukuran kesehatan paling unggul karena kita menggunakan asuransi AIA. Karena kita tahu pekerjaan sopir di ekspedisi ini risikonya cukup tinggi. Dengan tanggungan keluarga dan menjadi gantungan mencari nafkah, perlindungan seperti itu layak mereka dapatkan. Bahkan kalau ada karyawan yang sudah keluar pun, asalkan dengan baik-baik mereka boleh menggunakannya. Lha, sudah kita bayar,” kata pengusaha yang baru saja membayar asuransi karyawan sebesar Rp 40 juta ini.

Takjil Kepedulian

Pada dua tahun terakhir ini, jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Jalan Jatiluhur Kota Bekasi menyediakan takjil gratis bagi umat muslim yang beribadah puasa Ramadhan. Bekerja sama dengan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Bekasi Kota, takjil gratis disediakan di empat lokasi, yakni Pos Polisi Sumber Arta Jalan KH Nur Ali Kalimalang, di depan Pos Polisi Ahmad Yani Jalan Hasibuan, Pos Polisi Tol Bekasi Timur dan Pos Polisi Bulak Kapal.

Hadi Sukarno sebagai salah satu anggota majelis Gereja Kristen Jawa (GKJ) –bersama anggota majelis lainnya Mudoyo dan Eko Londo- sering turun langsung membagikan takjil. Biasanya disediakan sebanyak 1500 paket bagi pejalan kaki dan pengendara yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Berbagai sajian khas Ramadhan seperti bubur kacang hijau, kolak, teh kotak dan air mineral dibagi-bagikan kepada umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa.

“Apa yang kami lakukan adalah sebuah kegiatan sosial dan solidaritas bagi sesama sebagai bentuk kepedulian. Kami juga akan mengadakan penjualan sembako murah khusus bagi warga kurang mampu di sekitar gereja di luar jemaat. Sembako yang nilainya sekitar Rp 65 ribu akan kami jual Rp 10 ribu menjelang Lebaran,” katanya.

 

Kondisi tersebut, menurut Kepala Unit Pendidikan Rekayasa (Dikyas) Satuan Lalu Lintas Polresta Bekasi Kota, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Erna RA, membuktikan bahwa solidaritas antarumat beragama di wilayah Kota Bekasi telah berjalan dengan baik. Artinya, berbagi, peduli sesama dan indahnya kebersamaan sebagai solidaritas antarumat beragama di bulan suci Ramadhan, “Telah menjadi sebuah kenyataan,” tegasnya seperti pada harian Sinar Harapan edisi Selasa, 23 Agustus 2011.