Month: March 2013

Drs. H. Musman Tholib, M.Ag

Ketua Muhammadiyah Jawa Tengah

Menggunakan Manajemen Silaturahmi dalam Kondisi Apapun

Manusia hidup tidak pernah lepas dari permasalahan. Sejak lahir hingga berkalang tanah, masalah selalu hadir dalam kehidupan. Dari masalah kecil dan remeh temeh hingga masalah besar semua terjadi silih berganti. Hanya manusia dengan kemampuan memecahkan masalah yang berhasil dalam hidupnya.

Adapun cara yang paling ampuh untuk memecahkan masalah adalah menjaga silaturahmi. Melalui silaturahmi, persoalan kecil dapat terpecahkan dan masalah besar terurai. Dengan silaturahmi pula, manusia tidak akan silau oleh pangkat, jabatan dan kedudukan seseorang.

Untuk berhasil dalam hidup, seorang anak muda harus memiliki kemauan belajar yang tinggi. Belajar itu bisa dari buku atau pengalaman orang-orang yang sukses dan orang yang gagal. Kedua hendaklah menjalani manajemen silaturahmi, baik ke dalam maupun keluar. Kalau saling tolong menolong dalam kebersamaan, hasilnya pasti akan sukses,” kata Drs. H. Musman Tholib, M.Ag., Ketua Muhammadiyah Jawa Tengah.

Pria kelahiran Purwodadi Grobogan, 13 Agustus 1944 ini mengungkapkan agar generasi muda tidak mudah marah ketika dikritik. Mereka seharusnya menerima kritikan sebagai upaya untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Karena dari kritikan yang diterima, mereka bisa mawas diri tentang kekurangan atau kelebihan mereka.

Ia mengingatkan, bahwa yang terpenting dalam hidup adalah bagaimana dapat beribadah dengan baik untuk mendapat ridhlo Allah. Apapun pekerjaan, jabatan dan kondisinya, asalkan mendapat ridlho Allah pasti akan selamat dunia akhirat. Karena hal itu merupakan manifestasi dari seorang hamba yang sangat tergantung dari kekuasaan Tuhan sebagai penguasa alam semesta.

Karena itu kita tidak akan silau, minder, dan menghormati orang lain. Kalau salah ya menyadari kesalahannya. Prinsip saya, ‘Pangkat iso minggat, bondho iso lunga’ tetapi silaturahmi harus tetap dijaga. Jangan silau dengan jabatan, pangkat tetapi bekerja dengan baik, karena bekerja itu dinilai oleh Allah bukan manusia saja. Jadi persaudaraan itu harus terjaga dengan baik,” tuturnya.

Priyayi, Santri dan Abangan

Drs. H. Musman Tholib, M.Ag adalah putra pasangan H. Moh. Tholib dan Nartiyah. Kakek dari pihak ibu adalah seorang priyayi yang sangat disegani masyarakat di sekitarnya sekaligus menjabat sebagai Lurah/Kepala Desa. Kehidupan kepala desa saat itu jauh dari nilai-nilai ajaran agama, yang memang tidak lazim saat itu. Sedangkan kakek dari pihak ayah adalah seorang kyai sekaligus pengurus masjid di kampungnya.

Saya lahir di Desa Krangganharjo, Kec. Toroh Kabupaten Purwodadi Grobogan Jawa Tengah. Sejak kecil saya dibesarkan dalam lingkungan keluarga priyayi, santri dan abangan sekaligus. Orang tua saya adalah pegawai KUA sekaligus petani. Saya tepengaruh dengan kehidupan santri, apalagi ayah memiliki mushola sendiri dan kakek adalah pengurus masjid. Sedangkan kakek dari ibu saya adalah Kepala Desa yang agak jauh dengan agama,” kisah suami Hj Siti Taqiyah, BA ini.

Karena condong dengan kehidupan santri, selesai Sekolah Rakyat (SR) Musman mengikuti ujian sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama) di Salatiga. Dari seluruh provinsi Jawa Tengah, setiap satu kecamatan hanya dua wakil yang diterima hingga terkumpul 200 siswa. Ia juga merupakan satu di antara 40 orang siswa yang menerima ikatan dinas (ID) dari pemerintah.

Di Salatiga, Musman tinggal di rumah dan menerima dua sisi pendidikan sekaligus. Pagi sekolah di PGAP Negeri Salatiga sebagai persiapan untuk menjadi guru agama Islam. Sementara sore ia belajar mengaji untuk mendalami agama Islam mulai mengkaji Al Quran sampai pelajaran Nahwu Sorof atau gramatika bahasa Arab.

Setelah itu saya meneruskan di PGAA Solo. Saat itu Menag memberikan kesempatan kepada siswa PGAA yang nilainya baik untuk meneruskan pendidikan ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya juga termasuk sehingga mempunyai kesempatan kuliah di IAIN Yogyakarta dengan status tugas belajar hingga sarjana muda. Karena tidak ditugaskan mengajar, akhirnya saya melanjutkan sampai S1,” tandasnya.

Musman menyelesaikan pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1972. Berbagai tawaran datang kepadanya, mulai menjadi Kepala Sekolah Laboratorium PGA pada Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga hingga Dekan di Kalimantan. Semua ditolaknya, apalagi ayahnya juga tidak memberikan izin baginya untuk ke Kalimantan. Meskipun demikian, sebenarnya ia memiliki prinsip untuk tidak mempermasalahkan di mana pun akan ditempatkan.

Di manapun bertugas yang penting bisa ibadah, itu prinsip saya. Kebetulan saya bertugas di Kudus untuk mengajar di SMEAN Kudus. Saat itu, saya mengajak anak-anak untuk meramaikan masjid Jember yang tidak terurus. Alhamdulilah, perlahan-lahan jamaah mulai banyak meskipun lingkungan sekitarnya saat itu dikenal sebagai kampung hitam. Banyak molimo yang berlangsung dengan seenaknya,” tuturnya.

Musman terpanggil untuk membina dan memperbaiki akhlak masyarakat sekitar sekolah. Apalagi situasi keamanan sekolah tidak kondusif karena sering terjadi pencurian. Awalnya, ia mengajak siswa untuk mengadakan berbagai kegiatan yang melibatkan tokoh masyarakat sekitar. Saat pembagian zakat fitrah, misalnya, ia mengajak para tokoh untuk membantu menyalurkan. Hasilnya menakjubkan, sejak itu tidak pernah terjadi pencurian lagi.

Ia semakin akrab dengan masyarakat sekitar saat memperoleh kesempatan untuk membeli sebidang tanah di wilayah tersebut. Ia berniat untuk membangun rumah yang sudah dibelinya dengan tujuan mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Ia menanami tanahnya dengan singkong dan pisang. Saat panen tiba, ia mengundang tetangga untuk bersama-sama memanen hasil kebunnya.

Dari situ orang mulai simpati dengan saya dan tidak melakukan pencurian lagi. Begitu juga dengan pembangunan rumah saya yang tidak mengalami apapun meskipun orang lain bisa hilang kusennya. Artinya kalau kita menolong orang itu sebenarnya kita menolong diri sendiri ‘Jika kamu berbuat baik, maka untuk kamu sendiri’. Begitu juga sebaliknya, kalau perbuatan kamu jelek ya untuk kamu sendiri,” tegasnya.

Saat itu, Musman merupakan pria bergelar sarjana (S1) yang kedua di seluruh Kudus. Oleh karena itu, ia diminta untuk mengisi pengajian di Pengadilan Negeri, Badan Pertanahan, Kepolisian dan lain-lain. Ia juga diminta untuk mengisi jabatan Dekan IKIP Muhammadiyah Kudus yang tadinya dijabat oleh Kepala Pengadilan Negeri.

Setelah dua tahun menjadi Dekan, IKIP Muhammadiyah Kudus dilebur dan bergabung dengan FKIP Muhammadiyah Solo (sekarang menjadi UMS). Ia diminta dengan sangat untuk menjadi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Kudus. Saat itu, sekolah masuk sore dan ia berinisiatif agar sekolah masuk pagi. Caranya, ia menetapkan calon siswa yang ingin belajar di SMA Muhammadiyah harus membayar uang gedung sebesar Rp.15.000,-

Respon masyarakat justru besar sekali. Saya mendapat 10 kelas sehingga harus pinjam ruangan di SD, dan SMP Muhammadiyah. Atas bantuan seorang pengusaha, akhirnya hanya SMA Muhammadiyah Kudus yang bisa memiliki gedung sekolah bertingkat. Selain itu, kami juga memiliki peralatan laboratorium berkat kerjasama dengan teman-teman UGM,” kata pria yang menjabat sebagai Kasie Urusan Agama Islam Kantor Departemen Agama Kabupaten Kudus dari tahun 1976-1987 ini.

Di bawah kepemimpinan Musman, SMA Muhammadiyah Kudus maju pesat. Berbagai prestasi ditorehkan mulai olahraga -volley dan tennis lapangan- sampai prestasi akademis tidak kalah dengan SMA lain. Berbagai jabatan penting di Kudus –mulai Bupati, Kejari Satpol PP, intelijen, anggota DPRD dan lain-lain- dipegang oleh alumni SMA Muhammadiyah Kudus. “Kebanggaan lainnya, alumni SMA Muhammadiyah yang menjadi anggota DPRD itu berasal dari berbagai partai. Dari PAN, PKS, PDIP dan lain-lain,” imbuhnya.

Sukses sebagai Kepala Seksi, Musman kemudian ditugaskan sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Cilacap. Ia sekaligus juga menjabat sebagai Sekretaris Wanhat Golkar (Dewan Penasehat Golkar) yang Ketuanya dijabat oleh Bupati Kabupaten Cilacap terkait kebijakan mono loyalitas Presiden Soeharto. Saat itu, ia memanfaatkan posisinya tersebut dengan mengadakan pengajian keliling di kediaman pejabat-pejabat kabupaten. “Jadi saya manfaatkan untuk meningkatkan pemahaman keberagamaan para pejabat sekaligus dalam pengamalannya,” ujarnya.

Dari Cilacap, Musman kemudian ditarik sebagai Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Kanwil Provinsi Jawa Tengah (1991-1995). Setelah itu dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Bagian Sekretariat Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah (1995-1999) dan jabatan terakhirnya adalah Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah. Selama duduk di jabatan struktural, Musman tidak melupakan menggeluti pada dunia pendidikan terutma di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Musman menjabat pengurus Badan Pelaksana Harian Universitas Muhammadiyah Surakarta selama 2 periode pada saat Rektor dipegang oleh Prof. H. Dochak Latif. Pada tahun 2000, setelah memiliki jabatan funsionaris Lektor dari Kopertis, Musman mengajukan mutasi kepegawaian menjadi Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta. Ia menyandang jabatan fungsionaris Lektor Kepala terhitung mulai tanggal 1 Juli 2000.

Saya mengajar di STAIN dari tahun 2000 sampai 2009 dan mengambil S2 di UMS Surakarta. Kebetulan saat kuliah saya aktif di senat mahasiswa, bendahara, sekretaris dan lain-lain. Saya juga aktif di Muhammadiyah dan banyak belajar dari tokoh-tokoh Muhammadiyah DIY dan PP Muhammadiyah. Saya sering ikut rapat-rapat organisasi Muhammadiyah. Di organisasi ini, yang paling mengesankan adalah soal kedisiplinan waktu. Segala sesuatu on time dan yang kedua adalah keikhlasan, itu yang paling berharga,” tambahnya.

Membangun Masjid Monumental

Ayah dari tiga anak –Naibul Umam Eko Sakti, S.Ag., M.Si., Arin Fitriani, M.Si, dan Siti Hajar Rahmawati, SE, MA, ini mengungkapkan visi dan misinya dalam memajukan organisasi Muhammadiyah di Jawa Tengah. Secara umum visi yang diusung adalah “Mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya” yakni bagaimana membuat masyarakat damai dan sejahtera.

Sementara misinya memperdalam dan memperkokoh aqidah Tauhid dan menyebarkan agama Islam berdasar Al Qur’an dan An Sunnah dengan menggunakan akal yang sehat. Serta mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Semua itu dicapai dengan merealisasikan lewat amal sholeh dalam bentuk amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, sosial kemasyarakatan dan usaha-usaha pertolongan umum lainnya,” tegasnya.

Amal Usaha Muhammadiyah di Jawa Tengah antara lain :

  1. Bidang Pendidikan :

PAUD

TK/ABA

SD

MI

SMP

MTs

SMU

SMK

MA

UNIVERSITAS

SEKOLAH TINGGI/AKADEMI

TPQ

150

1883

192

460

280

110

113

140

17

5

14

70

B. Bidang Kesehatan, Sosial dan Ekonomi

Rumah Sakit

RB/BP/Poliklinik/BKIA

PAY

Non Panti

Rumah Jompo

Penitipan

Tim Perawatan Jenasah

Bank Syariah

Cabang Bank Syariah

BMT/BTM

Koperasi

Toko

Wartel

LAZIS Muhammadiyah

31

99

99

19

4

19

12

1

2

79

59

15

4

73

Dalam periode masa jabatannya, Musman memiliki obsesi yang sangat menarik. Ia ingin Muhammadiyah Jawa Tengah memiliki “sesuatu” yang menyerupai isi di Tugu Monas. Bukan kemegahannya, namun lebih kepada fungsi pembelajaran di dalamnya. Yakni sebuah masjid monumental lengkap dengan menara yang menjadi pusat pembelajaran tentang Islam dan ke-Muhammadiyahan.

Dalam periode kepemimpinan saya, harus bisa membangun masjid yang monumental. Tidak hanya sekadar sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk pembelajaran. Di menaranya kita buat diorama, lintas perjalanan tokoh Muhammadiyah dari dahulu sampai sekarang, kemudian CD tuntunan ibadah yang benar juga akan ditampilkan profil masing-masing Daerah Muhammadiyah se Jawa Tengah. Jadi orang yang datang bisa belajar dan sekarang pembangunan terus dalam proses bahkan untuk lantai dasar sudah dapat dimanfaatkan untuk ibadah shalat berjamaah,” ujarnya.

Obsesi lain yang ingin dicapai Musman adalah pengembangan dan pemberdayaan cabang serta ranting Muhammadiyah. Dalam organisasi Muhammadiyah cabang berada di tingkat kecamatan, sementara ranting dan tingkat desa/kelurahan. Menurut hematnya, terjadinya penambahan cabang dan ranting akan membuat Muhammadiyah bertambah amalnya.

Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah sebenarnya memiliki sepuluh program unggulan dalam periode kepengurusannya.

10 Program Unggulan tersebut adalah:

  1. Administrasi penataan perkantoran dari Ranting, Cabang dan Daerah

  2. Zakat, infak dan shadaqoh berjalan dengan benar

  3. Pembangunan masjid monumental

  4. Ketersediaan dana penanggulangan bencana

  5. Menggerakkan potensi-potensi di bidang ekonomi seperti Bank Syariah, BTM Baitul Tamwil Muhammadiyah

  6. Penertiban dan pengamanan asset milik Muhammadiyah

  7. Penyelenggaraan Hari berMuhammadiyah oleh masing-masing Pimpinan Daerah Tingkat Kabupaten/Kotamadya dan puncaknya diselenggarakan tingkat Provinsi

  8. Dan lain-lain

Semua itu bisa terwujud kalau pimpinan Muhammadiyah memiliki ikatan yang kuat. Kalau sudah terjadi ikatan yang kuat, kompak insya Allah Muhammadiyah akan maju. Di Muhammadiyah harus dihindari sikap Jubriyo yakni ujub, kibir dan riya’. Ujub itu bangga diri, riya’ itu pamer dan kibir itu sombong. Meskipun bisa menghasilkan banyak manfaat tetapi dalam agama ketiga hal tersebut harus dihindari. Kemudian jangan dilupakan bahwa perbedaan adalah teman berpikir, persamaan pendapat harus kita wujudkan,” katanya.

Mendirikan MWB Muhammadiyah

Sewaktu sekolah di PGAA Negeri Surakarta, setiap Ahad pagi Musman mempunyai kesempatan mengikuti kuliah pagi yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Daerah Surakarta. Perkuliahan ini bertempat di gedung Balai Muhammadiyah Keprabon. Sejak itulah, ia mulai mengenal Muhammadiyah secara mendalam.

Dari sana saya mulai mengenal Muhammadiyah. Begitu lulus dari PGAA Negeri Surakarta, sambil menunggu penugasan saya pulang kampung ke desa Krangganharjo. Bersama beberapa pemuda saya mendirikan MWB atau Madrasah Wajib Belajar Muhammadiyah,” kisahnya.

Perkenalanannya dengan Muhammadiyah semakin mendalam setelah mendapat penggilan tugas belajar di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagai mahasiswa, disamping aktif di organisasi intra anggota Senat Mahasiswa Fak. Tarbiyah, Musman juga memasuki organisasi ekstra yaitu IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).

Beberapa jabatan penting sempat diemban selama aktif di IMM, antara lain:

  • Di IMM menjabat sebagai Ketua Komisariat IMM Fakultas Tarbiyah tahun 1966.

  • Ketua Korkom IMM IAIN Sunan Kalijaga tahun 1968.

  • Sekretaris Cabang IMM DIY 1970.

  • Sekretaris BPK (Badan Pembina Kader) PP Muhammadiyah (1971-1974).

Di Yogyakarta, saya mendapat pelajaran langsung tentang Islam dan keMuhammadiyahan dari Bapak KH. R Hajid. Beliau merupakan santri dari KHA. Dahlan. Dari para Tokoh Muhammadiyah Kol. H. Junus Anis, KH. Ahmad Badawy, KH. Abdul Mukti, KH. Bakir, K. Hiban Hajid, KH. Ahmad Azhar Basyir, KH. AR. Fakhruddin, Prof. Abdul Kahar Mudzakir, Djindar Tamimy, Mr. Kasman Singodimedjo, Djarnawi Hadikusumo dan ulama-ulama Muhammadiyah lainnya,” terangnya.

Saat bertugas di Kudus tahun 1973, beberapa jabatan penting Drs. H Musman Tholib, M.Ag, di Muhammadiyah antara lain:

  • Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kudus 2 periode (periode Muktamar 40-41).

Kemudian setelah bertugas di Semarang (ibukota Provinsi Jawa Tengah) Musman diberi amanah sebagai :

  • Sekretaris Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah periode Muktamar 41.

  • Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah periode Muktamar 42.

  • Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah periode Muktamar 43, 44 dan 45.

  • Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah periode Muktamar 46 (2010-2015).

Dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A

Direktur Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya

PEMIKIR, INOVATIF dan GOLDEN HEART

PANDANGAN dan PRINSIP HIDUP

Berpenampilan santai namun rapi, dr. Edhy Listiyo,MARS,Q.I.A. terkesan hangat, ramah dan komunikatif. Sebagai Direktur Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan, sebuah rumah sakit yang cukup besar di kawasan Surabaya, beliau tampak tegas dan terbuka, jauh dari kesan angkuh.

Dengan memiliki Prinsip Hidup : disiplin, jujur, dan kerja keras, pria kelahiran 13 Maret 1945 ini mengatakan, ”Kalau kita disiplin, kita akan bisa mengatur waktu dengan efisien, sedangkan kejujuran akan mendukung pekerjaan kita agar menjadi lancar dan transparan. Dengan melalui efisiensi waktu , saat kerja saya manfaatkan maksimal dengan bekerja keras agar tercapai target dan sasaran yang diinginkan.”

Sebagai seorang praktisi medis yang mengerti betul dunia kedokteran, dr. Edhy menyadari bahwa metode pengobatan saat ini semakin canggih. Banyak ditemukan obat-obatan serta peralatan kedokteran yang baru. Inovasi di bidang kesehatan semakin banyak. Semua itu merupakan upaya untuk mengatasi “perubahan” penyakit yang semakin “bandel” terhadap obat-obatan yang biasa digunakan.

Selain itu, saat ini sedang gencar pula dilakukan penggalian kemampuan pengobatan pasien secara tradisional. Beberapa rumah sakit di luar negeri menggunakan gabungan antara pengobatan Konvensional dengan Tradisional. Pengobatan konvensional menggunakan obat-obatan kimia dan teknologi canggih dari negara-negara barat. Sementara pengobatan tradisional memanfaatkan obat-obatan herbal serta terapi lain yang telah membudaya di tengah-tengah masyarakat

Sebagai dokter yang memiliki pengalaman mengikuti kegiatan seminar di dalam dan luar negeri, dr. Edhy mengenal betul berbagai macam metode pengobatan. Baik secara komplementari maupun alternatif. Karena menurut beliau masing-masing pilihan pengobatan tersebut memiliki kelebihan tersendiri. Kemampuan dan pengalaman praktisi kesehatanlah yang akan menentukan secara tepat saat penggunaan masing-masing metode pengobatan .

CITA-CITA

Sebagai Direktur rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya,

saya ingin rumah sakit ini suatu saat nanti dapat menerapkan penggabungan pengobatan timur dan barat. Pengobatan yang disebut dengan integrated medicine ini sebenarnya sudah dipakai di negara lain. Saat ini kita tertinggal cukup jauh sehingga kita harus belajar banyak dari negara lain. Harapan saya, kita dapat menonjolkan keanekaragaman dan budaya pengobatan tradisional Indonesia sehingga kalau saat ini marak pengobatan Tradisional Chinese Medicine(TCM) maka saya menginginkan ada pengobatan Tradisional Indonesian Medicine (TIM). Karena kita juga memiliki tradisi penggunaan jamu yang mengakar, pemijatan dan lain-lain. Itu yang akan kita kembangkan,” kata dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A.

Adi Husada, lanjut dr. Edhy, sejak tahun 1980-an sudah menyediakan pelayanan akupunktur. Pengobatan akupunktur sendiri sudah diakui efektivitas, keamanan dan eksistensinya oleh badan kesehatan PBB, WHO. Ini menjadikan Adi Husada sebagai salah satu rumah sakit di Jawa Timur yang memiliki klinik akupunktur.

Saat ini klinik Akupunktur RS Adi Husada Undaan Wetan ditangani oleh para dokter yang memiliki kemampuan tambahan di bidang Akupunktur. Bahkan salah seorang dokter kami adalah alumnus University Chinese Medicine Beijing di bidang ilmu akupunktur.

Akupunktur itu sangat membantu, kalau saya diberi kekuatan oleh Tuhan Yang Maha Esa tahun ini saya akan mengikuti kuliah S2 Akupunktur di Chinese MedicineUniversity di Guangzhou China dimana kelulusan magister ini diakui pula oleh pemerintah Indonesia. Pendidikan master ini pertama kali diadakan di Indonesia.

Saya juga ingin menggabungkan pengobatan tradisional dengan pengobatan konvensional untuk terapi pada pasien geriatri, kecantikan dan lain-lain yang sudah ada di rumah sakit Adi Husada.” Kata dr. Edhy.

Beberapa waktu lalu kita juga mendatangkan master pijat tuina dari China,” imbuh dr. Edhy. Kedatangan master pijat ini untuk melatih tenaga kesehatan RS Adi Husada Undaan Wetan. Sehingga rumah sakit akan memiliki layanan pijat yang bervariasi dan baik bagi penyembuhan orang sakit.

Selain itu, ia juga mengirimkan dokter ahli rehabilitasi medik untuk belajar mengenai mediSpa ke manca negara. Rencananya, Adi Husada juga akan membuka klinik mediSpa untuk melayani masyarakat yang membutuhkan.

Kita nanti akan membuka MediSpa yaitu pelayanan terapi dengan dasar pelayanan Spa di rumah sakit. Gaya hidup yang ‘sibuk’ pada jaman sekarang menyebabkan kita hanya mempunyai sedikit waktu untuk berinvestasi dalam kesehatan. MediSpa menyediakan perawatan alami yang sederhana dan efektif dalam aspek perawatan kesehatan, kecantikan dan kebugaran untuk mencapai penundaan penuaan dini. MediSpa berfokus pada destressing di dalam dan luar tubuh, menggunakan layananyang santai, menyenangkan dan menenangkan stres harian dan memfokuskan merelaksasi kembali tubuh dan pikiran kita.

Kita juga memiliki Klinik Kosmetologi untuk perawatan kecantikan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum, untuk menjaga keindahan yang telah diberikan Tuhan,” tandasnya.

Menurut dr. Edhy, rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan sejak lama telah memiliki trauma center. Beberapa saat lalu juga telah diluncurkan Pelayanan Stroke Terpadu. Layanan ini, tidak hanya bertujuan semata-mata untuk menyembuhkan dari stroke. Layanan ini mengupayakan agar masyarakat mengenal gejala stroke dengan baik, berobat sedini mungkin agar tidak banyak terjadi gejala sisa, serta bagaimana cara menghindari serangan stroke sehingga mereka dapat hidup sehat dan berkualitas.

Karena itu pada Pelayanan Stroke Terpadu mencakup tindakan promotif, preventif,kuratif serta rehabilitatif. Pada layanan ini masyarakat diberi pengetahuan berbagai hal berkaitan dengan Stroke. Antara lain mengenai langkah persiapan sampai penanganan pasien sehingga kesempatan pasien untuk selamat dari serangan stroke lebih besar.

Kita juga akan membuat layanan geriatric bagi orang-orang tua, karena saat ini jumlah orang tua semakin banyak,” kata dr. Edhy.

Untuk sertifikasi yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan saat ini telah mencapai tingkatan akreditasi tertinggi. “Kita juga sudah mendapat sertifikasi ISO 9001:2008 System Manajemen Mutu, sedangkan sertifikasi JCI memang belum. JCI memang lebih khusus untuk rumah sakit,” imbuhnya.

Dr. Edhy dapat digolongkan sebagai seorang pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan. Memiliki pemikiran pelopor, penuh inovasi, agar rumah sakitnya menjadi pelopor pula di dunia perumahsakitan.

Menghadapi globalisasi di mana kebanyakan orang masih berdiam diri belum melakukan sesuatu, ia sudah melakukan berbagai langkah strategis. Sebagai contoh : kerjasama dengan National University Hospital dan beberapa rumah sakit lain di Singapore, kerjasama dengan rumah sakit The First People of Foshan di Republik Rakyat China.

Tidak hanya berhasil dalam strategi manajemen,dr. Edhy juga memiliki perhatian dalam meningkatkan sumber daya manusia di rumah sakit agar memiliki kemampuan yang baik dalam melayani pasien. Salah satunya dengan mengirimkan para dokter, fisioterapis/tenaga pelaksana lain untuk memperdalam ilmu terkait di Singapura maupun di Foshan.

PENDAPAT

Dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A. mengisahkan, sebenarnya persepsi orang Indonesia tentang kehebatan pengobatan di luar negeri tidak sepenuhnya benar. Ia menyayangkan bagaimana masyarakat Indonesia berbondong-bondong ke Singapura untuk sekadar cek kesehatan. Padahal dokter Indonesia tidak kalah hebat dalam pengetahuan, penanganan dan lain-lain.

Kalau ’otak’ kita sebenarnya tidak kalah. Hanya masalah peralatan, rumah sakit luar negeri memiliki lebih banyak peralatan canggih dan modern. Di luar negeri, rumah sakit sudah merupakan sebuah bisnis dengan teamwork yang solid, administrasi yang tertata serta sistem yang rapi. Semua memiliki Standard Operationg Procedure (SOP) sendiri-sendiri dan semua dijalankan dengan disiplin karena jelas prosedurnya,” tegasnya.

Selain itu, dokter di luar negeri memiliki pendapatan yang sangat memadai. Sehingga mereka tidak perlu (bahkan di Singapura dilarang) membuka praktik swasta di rumah atau merangkap tugas di beberapa rumah sakit sekaligus. Sore hari atau saat tidak bertugas bisa dimanfaatkan untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan kedokteran.

Sedangkan di Indonesia, waktu yang dimiliki oleh seorang dokter untuk pasiennya sangat sempit. Dokter Indonesia harus berpacu melawan waktu agar bisa secepatnya memeriksa pasien. Setelah itu, dokter langsung “terbang” untuk praktek di tempat lain.

Dokter di Indonesia, sore hari harus praktik pribadi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk itu, dr. Edhy menghimbau agar dokter-dokter di Indonesia dapat mengatur waktunya dengan baik sehingga mereka bisa belajar dan membaca literatur kedokteran terbaru dan lainnya. Seringkali, karena kesibukan, saat memberikan pelayanan kadang dokter kurang memberikan pendekatan yang baik terhadap pasien. Apabila kondisi tersebut diperbaiki, seyogyanya pasien Indonesia tidak akan “lari” ke luar negeri.

Selain itu ada empat alasan tambahan kenapa pasien Indonesia seharusnya memilih rumah sakit dalam negeri saja. Dibandingkan dengan pengobatan di dalam negeri, maka kendala pengobatan keluar negeri adalah : “Pertama, biaya yang harus dikeluarkan sangat mahal. Kedua berobat di tempat asing, ketiga kendala bahasa, yang belum tentu sama dan keempat fasilitas pendukung/kenyamanan buat keluarga yang mengantar. Kalau hal tersebut sudah diperbaiki, bukan tidak mungkin malah sebaliknya pasien luar negeri yang akan datang berbondong-bondong ke Indonesia,” tuturnya.

Satu pertanyaan yang menggelitik mengapa orang Indonesia bersedia membayar mahal, berapapun biayanya, untuk berobat di Singapura. Sedangkan kalau di Indonesia mereka akan mengeluh bila membayar mahal. Saya ingin menyampaikan agar kita jangan terlalu luar negeri minded karena dokter kita tidak kalah ketrampilan dan pengetahuannya. Perawat-perawat kita juga bisa lebih ’ngemong’ pasien, berbeda dengan luar negeri,” tuturnya.

Rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan telah memulainya dengan memberikan pelayanan secara komprehensif sehingga hampir semua jenis layanan kesehatan tersedia. Dari pelayanan kedokteran umum sampai gizi, pelayanan spesialistis, bedah ortopedi, thorak dan lain-lain. Begitu juga dengan pelayanan lintas spesialis seperti pelayanan stroke comprehensive yang semuanya ditangani secara profesional, semenjak pasien datang untuk pertama kali sampai kunjungan berikutnya.

 Apalagi secara teknologi, lanjutnya, Adi Husada telah menerapkan Hospital Information System yang terintegrasi pula. Saat pasien mendaftar, dokter tujuan pemeriksaan sampai masalah keuangan semua dengan mudah bisa diakses. “Banyak pasien memuji bahwa Di Surabaya, Medical Center kita yang terbaik, tapi kami tetap merasa masih perlu memperbaiki diri. Saat ini masing-masing klinik memiliki ruang tunggu tersendiri dan tiap dokter di klinik mempunyai ruang pemeriksaan terpisah pula. Rawat inap dan rawat jalan pun terpisah sehingga gangguan yang kerap terjadi saat pemeriksaan dapat dihindari,” tambahnya.

 SISI KEMANUSIAAN

 Begitu lulus dari FK Trisakti Jakarta, dr. Edhy Listiyo langsung ditugaskan di rumah sakit Adi Husada Surabaya. Tugas pertamanya di Unit Jalan Gula yang hanya memiliki poli gigi, poli klinik, BKIA, klinik TBC dan lain-lain. Tidak lama kemudian ia diangkat sebagai Kepala di Unit Jalan Gula tersebut sehingga tugasnya semakin bertambah. Mulai urusan penanganan TBC, vaksinasi sampai menulis laporan ke Pusat dan Dinas Kesehatan.

 “Bisa dibilang saat itu saya cukup happy karena pasien saya banyak, terutama anak-anak. Bahkan ketika mereka sudah dewasa pun masih ingat dengan saya. Penyebabnya, saat itu di belakang klinik ada kolam ikan dan burung. Nah, ketika anak-anak datang, mereka minta saya gendong untuk melihat burung atau ikan terlebih dahulu sebelum diperiksa,” tandasnya.

 Meskipun bertugas di cabang, dr. Edhy tetap mendapat kewajiban jaga malam di rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan. Di saat-saat seperti itulah, ia baru tersadar bahwa kemampuannya sebagai dokter ’kalah’ dibandingkan perawat/suster saat itu yang mampu membaca hasil Electro Cardio Graphy (ECG) pasien jantung. Sementara dirinya di Unit Jalan Gula hanya berkutat dengan penyakit-penyakit ’rutin’ seperti panas, batuk, pilek dan lain-lain.

 Oleh karena itu, dr. Edhy kemudian mengajukan diri untuk pindah ke RS Adi Husada Undaan Wetan yang lebih memberikan tantangan. Meskipun secara kepangkatan dan gaji turun, tetapi ia mendapatkan tugas dan tantangan sebagai seorang dokter sesungguhnya. Dari dua pilihan yang diberikan antara Klinik Jantung dan THT, ia memilih untuk bertugas di Klinik Jantung yang memiliki tantangan lebih besar.

 “Konsekuensi dari kepindahan itu, gaji langsung turun. Tetapi saya tidak peduli karena memang saat itu gaji bukan kebutuhan utama tapi keinginan untuk bisa mengembangkan ilmu sebagai dokter, itu yang lebih utama. Ternyata, saat bekerja di Klinik Jantung, banyak pasien yang tertangani dengan baik sehingga dapat diselamatkan dengan tepat waktu. Ini mungkin karena pengalaman dalam menangani pasien saat di Jalan Gula yang saya kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk meningkatkan kemampuan, saya mendapat pendidikan di RSUD Dr. Soetomo bagian Jantung selama tiga bulan. Sejak itu saya bertugas di ICU dan karier saya terus menanjak,” kisahnya.

 Dikisahkan ketika ditugaskan di Unit Gawat Darurat rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan, dr. Edhy punya pengalaman yang tidak terlupakan. Pagi hari, ketika akan pulang dari jaga malam, ada pasien penderita jantung dari keluarga miskin. Nenek itu sudah lanjut usia. Dia harus masuk ICU guna mendapatkan perawatan khusus.

Sebagai dokter, nalurinya berbicara. Pasien itu harus segera ditolong. Namun, keluarganya tidak memiliki uang yang cukup. Maka, dr Edhy langsung menjamin biaya perawatan pasien lansia itu. Pertolonganpun dilakukan. Pasien yang sudah dalam kondisi gawat itu dilakukan, penanganan intensif, sampai akhirnya sembuh.

Hari itu, dr. Edhy tidak jadi pulang. Perawatan pasien itu bahkan dilakukan sampai sore, dan itu dilakukan selama beberapa hari. Sampai sang pasien benar-benar dinyatakan sembuh. Ketika kontrol, nenek itu sambil menggendong cucunya bertemu dirinya. ”Dokter ini yang mengobati dan membiayai pengobatan nenek sampai sembuh.” ujar dr.Edhy, menirukan ucapan pasien itu.

Beberapa tahun kemudian, cucu yang digendong nenek itu datang kepada dr. Edhy sambil membawa rambutan. ”saya diminta membawakan buah ini, amanah dari nenek,” katanya. Kebahagiaan seorang dokter adalah melihat kalau pasien yang ditolongnya sembuh meski untuk itu membutuhkan pengorbanan.

 Walau sangat menikmati saat bertugas di Klinik Jantung, dr. Edhy tidak bisa mengikuti pendidikan spesialisasi Jantung karena terkendala faktor pembatasan usia. Sehingga setelah berdiskusi panjang dengan pimpinan saat itu, ia bersedia bergabung di jajaran manajemen. Kariernya di bagian ini terbilang cepat, berawal dari pelaksana naik menjadi Kepala Bidang yang harus mengelola bidang medis.

 Ketika saat itu wakil direktur RS Adi Husada Undaan Wetan mengundurkan diri, dr. Edhy lah yang kemudian diangkat menggantikan posisi tersebut. Sebagai wakil direktur medik (yang kemudian menjadi wakil direktur umum yang menangani bidang non medik), ia menguasai hampir semua hal perumahsakitan. Penguasaannya terhadap pengelolaan rumah sakit sudah lengkap saat diangkat sebagai direktur. “Kalau dari pengalaman saya lengkap sekali sehingga hampir tidak ada pertanyaan tentang rumah sakit yang tidak bisa saya jawab,” ungkapnya.

 Dr. Edhy menganggap kegiatan dalam bekerja sebagai suatu pengabdian. Seluruh karyawan diperlakukan sebagai keluarga bukan semata-mata pegawai. Layaknya sebuah keluarga, karyawan adalah anak-anak yang harus dilindungi sementara ia adalah bapak bagi mereka semua. Sikapnya yang melindungi dan kebapakan seperti itulah yang membuat seluruh staf menyayangi dirinya. Bahkan mantan karyawan di Klinik Jalan Gula sampai dengan saat ini masih menjalin tali silaturahmi dengan dr. Edhy.

 “Mereka tidak segan-segan untuk menemui saya. Karena itu kalau menjadi pimpinan sebaiknya tidak sombong karena semua itu adalah amanah Tuhan. Semua karyawan memiliki jasa terhadap keberadaan rumah sakit. Karena dalam pengelolaan rumah sakit team work itu sangat penting,” ujarnya.

 Selain suka tentu saja ada duka. Dalam pekerjaan ini dukanya adalah ketika dicurigai melakukan sesuatu yang tidak dilakukan, dianggap memiliki agenda tersembunyi. “Kadangkala kita sudah kerja keras melakukan yang terbaik tapi kemudian timbul salah paham. ”Itu biasa dalam pekerjaan tapi tetap saja terasa menyedihkan,” imbuhnya.

 Kepada generasi muda, dr. Edhy Listiyo “wanti-wanti” berpesan agar melupakan mimpi menjadi seorang dokter kalau hanya bertujuan sekadar mencari uang belaka. Ia membeberkan bagaimana untuk menjadi seorang dokter harus memiliki keberanian untuk berkorban, yakni mengorbankan waktu dan keluarga. Karena begitu menjadi dokter, semakin sedikit waktu yang bersifat privasi untuk diri sendiri. Begitu juga dengan keluarga yang harus dikorbankan akibat kesibukan tiada henti selama 24 jam penuh sepanjang tahun.

Itu pasti. Ketika pertama kali menjadi dokter jam sebelas atau dua belas malam pintu rumah saya digedor orang itu sudah biasa. Makanya, kalau pilihan jiwamu menjadi penolong, marilah menjadi dokter. Tetapi kalau hanya untuk mencari uang, jangan menjadi dokter. Jadi dokter bagus, jadi pengusaha bagus, tetapi dokter yang menjadi pengusaha menurut saya tidak baik. Selain itu, untuk menjadi dokter yang baik anda harus memiliki jiwa untuk mengasihi orang lain. Kalau tidak, ya tidak usah menjadi dokter, no way,” dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A.

Selain memiliki sifat yang telah disebutkan, dr. Edhy juga merupakan pribadi yang bertanggungjawab terhadap keluarga yaitu istri, anak dan cucu. Dr. Edhy Memiliki keluarga yang guyup dan harmonis, dalam hal ini ia menyatakan,” Keluarga yang harmonis harus bisa saling menghargai, saling mengasihi, saling memaafkan, saling memuji, saling mendoakan dan tidak bertengkar karena hal sepele, bila ada masalah besar sebaiknya dilakukan rembukan dengan damai”. Sayang sekali, keluarga harmonis yang menjadi teladan di mata karyawan rumah sakit dan teman-temannya ini harus mengalami duka mendalam, saat istri tersayang dipanggil menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa pada 22 Oktober 2010 silam. Kepergian istri tercinta menghancurkan hati dr. Edhy, ia merasa terpukul sekali ditinggal belahan hatinya. Semoga Tuhan menguatkan dr Edhy, karena saat ini masih banyak pihak yang membutuhkannya.

27 Tahun Mengabdi

 Dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A. lahir di Majenang, Cilacap tanggal 13 Maret 1945. Menyandang gelar Dokter Umum pada tanggal 17 Februari 1984 dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.

 Sebelum bergabung dengan RS Adi Husada , ia telah aktif membantu beberapa klinik dan perusahaan di wilayah Jakarta dan Magelang.

 Saat bergabung dengan RS Adi Husada, ia ditempatkan pada unit satelit Jalan Gula Surabaya dan diangkat sebagai Kepala Bagian BPU Jl Gula Surabaya pada tanggal 1 Januari 1986.

 Sebagai dokter, Ia pernah menjalani pendidikan di RSUD Dr. Soetomo – UPF Kardiologi selama tiga bulan kemudian Ia diangkat sebagai Kepala Seksi Klinik Penyakit Jantung RS Adi Husada Undaan Wetan. Selanjutnya jabatan yang diembannya meningkat menjadi Pejabat Kepala Bidang Penunjang Medis RS Adi Husada Undaan Wetan.

 Dr. Edhy masuk ke jajaran top manajemen sejak tanggal 10 November 1995 dengan menduduki posisi sebagai Pejabat Sementara Wadir Medik RS Adi Husada Undaan Wetan. Ia dikukuhkan sebagai Wakil Direktur Medik RS Adi Husada Undaan Wetan satu tahun kemudian. Tahun 1999 diangkat sebagai Wadir Umum & Keuangan RS Adi Husada Undaan Wetan.

 Setelah berhasil menyelesaikan program S2 Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) di Universitas Airlangga pada tanggal 30 September 1999 dengan mendapatkan predikat lulusan terbaik, karier ayah dua anak dan kakek seorang cucu ini makin berkembang.

Tanggal 1 January 2004, sesuai dengan Struktur Organisasi yang baru, dr. Edhy diangkat sebagai Direktur RS Adi Husada Undaan Wetan. Dengan mengemban Visi Rumah SakitAdi Husada Undaan Wetan Surabaya untuk “Menjadi rumah sakit terpercaya dengan pelayanan kesehatan profesional yang handal dan mampu berkembang secara berkesinambungan, dikenal secara nasional maupun internasional”. Serta bertanggungjawab untuk mensukseskan Misi rumah sakit yaitu Mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, Selalu berusaha memuaskan customer , Selalu meningkatkan kinerja dan Memiliki lingkungan kerja yang baik sehingga seluruh karyawan menjadi bagian rumah sakit.

Walau dengan beban tanggung jawab yang cukup besar serta kesibukan yang begitu padat, pada tahun 2009, dr. Edhy berhasil mendapat Brevet Mediator dari Mahkamah Agung RI dan pada tahun 2010, ia memperoleh Brevet Qualified Internal Auditor (QIA) dari Institut Pendidikan dan Pelatihan Audit Manajemen dengan mendapatkan predikat lulusan terbaik.

Selain itu, dr. Edhy juga aktif mengikuti seminar kesehatan baik di dalam maupun luar negeri seperti China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ia kerapkali diundang sebagai pembicara tentang kesehatan, manajemen rumah sakit, strategi dan lain-lain. Kegiatan lain pria energik ini adalah sebagai Penasehat MeCare di Hong Kong, Executive Council Member of Speciality Committee of Chinese Characteristic Diagnosis and Treatment of World Federation of Chinese Medicine Societies di Beijing dan Kepala Klinik Yayasan Sumber Mulia Jawa Timur.

Selain jabatan Direktur RS Adi Husada Undaan Wetan, Surabaya yang diembannya, saat ini dr. Edhy adalah Ketua I Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Jawa Timur, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia Jawa Timur, Wakil Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok Jawa Timur, Pengurus IDI Jawa Timur dan Penasehat Ikatan Naturopati Indonesia Jawa Timur. Mengingat hal-hal tersebut maka tak heran apabila dr. Edhy Listiyo, MARS, Q.I.A. termasuk dalam jajaran tokoh kesehatan yang cukup disegani dan berpengaruh di Jawa Timur. 

Susanto Ali

Direktur Utama PT Ciptalestari Ideanusa/ Exatex

Irasional bila kita harus Mengemis, Lakukanlah dengan lebih baik lagi. Analisa Kelebihan dan Kelemahan kita

Pasca krisis moneter melanda perekonomian dunia dan sangat dirasakan di Indonesia, dunia bisnis nyaris runtuh. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang terpaksa melakukan PHK besar-besaran untuk mencegah kebangkrutan. Dampak krisis masih dirasakan selama beberapa tahun kemudian karena pemulihan pasca krisis sangat lamban.

Akibatnya, likuiditas pasar sangat rendah sehingga banyak transaksi yang tertunda. Pemilik produk terpaksa harus “menjajakan” dagangan dari pintu ke pintu dengan system pembayaran terhutang. Celakanya, di saat hutang jatuh tempo pembeli akan berusaha mengulur-ulur waktu pembayaran dengan mencari gara gara.

“Tahun 1999, saya menjajakan dagangan dari pintu ke pintu di pasar Tanah Abang dari blok A sampai blok F. Saya sampai mengemis order pada pelanggan, begitu juga dengan tagihannya harus mengemis baru dibayar. Irasional dengan itu, saya membuat perbandingan kenapa di pabrik kain lain tidak begitu. Kemudian saya studi analisis kelebihan dan kelemahan produk saya. Ternyata di pabrik saya lebih banyak kelemahannya daripada keunggulannya, sehingga saya mencari guru-guru untuk menganalisa ini,” Susanto Ali, Direktur Utama PT Ciptalestari Ideanusa/ Exatex

Menurut Santo, urusan mengelola pabrik tekstil yang memproduksi kain seragam dan batik merupakan amanah orang tua, Muhasan Ali dan Tan Giok Khim. Keluarganya sudah mengelola industri ini sejak dirinya masih berada dalam kandungan. Saat itu, ibunya sangat terkenal sebagai pekerja keras dan pakar celup kain di daerah Karet Kuningan. Sayangnya, keahlian tersebut tidak didukung oleh mesin yang mumpuni karena keterbatasan modal dan tempat, meskipun sangat memahami know how dalam menciptakan produk bermutu.

Santo sangat menyadari bahwa dalam dunia industri harus memperhatikan supporters yaitu 5 M (material, mesin, manusia, market dan modal). Terhadap kelima hal tersebut, seorang pengusaha harus menerapkan disiplin tinggi dan akurat dalam bertindak. Bagian per bagian harus saling mendukung dengan harmonis satu sama lain.

“Saya belajar dari guru-guru saya tentang segala hal. Sejak itu pengetahuan saya mulai terbuka. Mereka juga memberikan nasihat dalam pemilihan mesin misalnya yang menganjurkan untuk menggunakan mesin Jerman dibandingkan mesin lainnya. Akhirnya saya pilih dan beli mesin tekstil dari Jerman dengan keunggulan setelah dicuci kain tidak susut dan tidak kusut, warna tidak mudah pudar, Bahkan kain produksi kita tidak menyebabkan iritasi pada kulit yang sensitive sekalipun pada kulit bayi,” kata pria dengan prinsip kerja jujur, adil, bijaksana, setia, tabah dan sederhana ini.

Karyawan adalah Perhiasan

Susanto Ali saat ini mempekerjakan 120 orang SDM di pabriknya. Bungsu dari tujuh bersaudara ini terus meningkatkan keterampilan karyawan. Menurut pria kelahiran Jakarta, 13 April 1974 ini, sebagai pucuk pimpinan perusahaan ia tidak pernah menerapkan PHK kecuali terjadi kasus kriminal.

“Karyawan saya anggap sebagai perhiasan kita. Karena jelas saya tidak bisa hidup tanpa mereka. Skill mereka pun terus dipoles dari yang masih mentah sampai mereka ‘matang’. setelah matang kita tawarkan untuk usaha mandiri. Saya menerapkan prinsip bahwa ketika di pabrik ini kita duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,” kata suami Diyan Wahyuni ini.

Dalam memajukan pabrik, ayah dua orang putri ini, memperbarui mesin-mesin yang dimiliki dengan mesin yang mendukung penghematan air, listrik, SDM dan chemical. Dengan mengadopsi mesin-mesin yang sangat efisien tersebut ia berhasil mengurangi biaya tinggi sekaligus meningkatkan produktivitas. Semua itu untuk mendukung target produksi, yang terus meningkat setiap tahun.

“Saya berkesimpulan bahwa industri hanya bisa hidup dari repeatabilitas order, bila tidak ada repeatabilitas order industrinya akan pendek umur. Untuk mendapatkan repeatabilitas tersebut, kita harus menjamin kepuasan pembeli. Supporters yang berbisnis dengan kita tidak perlu memakai helm alias tidak akan diketok harganya atau dianiaya. customers juga boleh compare membandingkan dengan produk serupa di pabrik lain, inspeksi proses pemesanan mereka dan lain-lain, sesuai UU Anti Monopoli,” tegasnya.

Dalam menyikapi ketatnya persaingan, Susanto Ali selalu berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian. Termasuk setiap kesulitan yang dihadapinya dengan belajar berpikir positif. Ketika krisis katun akibat ulah spekulan, ia dengan cepat belajar untuk beralih memproduksi kain seragam berbahan T/R . Yang jelas, untuk mempertahankan kualitas agar lebih baik lagi ia mengandalkan mesin-mesin Eropa dengan label GmbH atau AG. Sampai-sampai kalau bukan GmbH/ AG saya tidak confident. Jadi mesin-mesin pabrik ini mayoritas dari Jerman semua. Saking fanatiknya sampai saya bersumpah tidak akan naik mobil Eropa sebelum mayoritas mesin-mesin saya buatan Eropa,” tuturnya.

Santo sadar, bahwa sebuah pabrik tidak bisa dilepaskan mata rantainya dalam produksi. Mulai dari bahan baku yang harus dipilih dan dibeli sampai finishing processing yang cukup complicated semua terhubung dan saling tergantung satu sama lain. Pabrik tekstil juga tergantung pada kredit perbankan untuk membiayai pembelian teknologi maupun biaya produksi.

“Selama ini, perkembangan perusahaan cukup baik. Alhamdulilah tetap jalan, mesin semuanya jalan, karyawan bekerja dengan baik, biaya ter-cover dari penjualan dan lain-lainnya. Dalam tekstil itu ada moto bahwa selama masih ada peradaban tentu masih ada yang menggunakan kain. Bagaimana pun sepinya pasar tentu ada kain yang sedang laris di pasar . Dengannnya kita lengkapi fasilitas permesinan produksi kita. We don’t need too smart, what we need is reality.

Gempuran Produk China

Saat diminta menangani pabrik oleh ayahnya, Santo memiliki visi untuk menyehatkan perusahaan di bidang keuangan, lingkungan dan lainnya. Menjaga dan meningkatkan qualitas produk. Menjaga dan meningkatkan volume output produksi, yang otomatis kita mendapatkan efisiensi dan penghematan biaya produksi. Melakukan dengan lebih baik lagi untuk segala hal yang positif.

Perlahan namun pasti, pabrik berkembang menjadi sehat dalam keuangan dan produknya mulai dilirik pasar. Yang namanya kepercayaan itu tidak boleh minta dipercaya, kepercayaan itu menunjukkan sikap dan penilaian supporters kepada perusahaan kita,” ujarnya.

Menurut Santo, dibukanya pasar bebas yang memungkinkan segala macam produk dunia masuk ke Indonesia justru membawa keuntungan tersendiri. Ia mencontohkan bagaimana produk-produk tekstil asal China yang membanjiri pasaran justru membuat pengusaha Indonesia introspeksi diri. Bagaimana pasar global telah mengancam industri dalam negeri sehingga lebih sadar akan masa depan mereka sendiri.

“Kalau tidak digempur produk China kita tidak sadar, lengah. Malah saya berharap suatu saat kita bisa ekspor ke China. Karena saat ini semua negara mengemis ke China bahkan negara maju seperti Italia sekalipun. Sebenarnya kalau mau Indonesia bisa menjadi negara yang maju asalkan semua orang bekerja, mendapat gaji, punya tabungan sehingga produk apapun akan memiliki pangsa pasarnya. Semua laku karena Indonesian people is the most consumptive people in the world,” tegasnya.

Berbicara mengenai cita-citanya, Susanto Ali mengungkapkan secara sederhana. Ia menginginkan bagaimana kedua putrinya mendapatkan perlakuan yang sama seperti orang tuanya memperlakukan dirinya. Misalnya, ia akan memberikan sebuah restoran untuk anak pertama sebagai ladang usaha. Sementara anak kedua akan mendapatkan sebuah perkebunan sebagai tumpuan masa depan.

“Saya tidak banyak menuntut ini itu, karena saya ini generasi kedua di perusahaan ini. Saya juga tidak mengharuskan anak-anak saya untuk mengelolanya kecuali putri putri saya sendiri yang terpanggil untuk mengelolanya . Makanya saya harus objektif memilih di antara anak-anak saudara saya atau keponakan-keponakan yang benar-benar mumpuni mengendalikan perusahaan ini. Kami kan bertujuh, sehingga dari belasan cucu orang tua saya harus dilihat siapa yang mampu, berkualitas dan mumpuni. Artinya harus mau berkotor-kotor dan berpanas-panas di pabrik ini,” tegas Santo.

Santo hanya menegaskan bahwa keputusan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk perusahaan telah final. Bahwa tekstil produksi PT Ciptalestari Ideanusa/exatex adalah tidak susut, tidak kusut, tidak menimbulkan iritasi kulit dan tidak berubah warna. Keputusan tersebut merupakan hasil riset dengan menempatkan diri sebagai konsumen sehingga memahami dengan baik kebutuhan mereka.

“Jadi tidak asal produksi dan jual saja, namun tempatkan diri kita sebagai pembeli dengan empati. Bila kita produksi asal asalan sebenarnya yang rugi bukan hanya pembeli. Namun produsen yang rugi duluan karena pembeli tidak balik lagi. Simple saja, saya tanamkan kain yang kita kirim ke pasar tidak boleh balik namun ordernya harus balik. Bahwa semakin simple akan semakin sedikit kita membuat produk gagal,” ujarnya.

Selain itu, dengan tetap mengandalkan Pasar Tanah Abang untuk melempar produknya, justru permintaan meningkat setiap tahun. Apalagi sejak ia lebih memfokuskan diri pada pembuatan kain seragam dan produk batik. Tanah Abang itu highly competitive and the market place to be. “Di sana multi etnis, dari China, Arab, Padang dan lain-lain. Semuanya memiliki jaringan di seluruh daerah di Indonesia. Jadi kita masuk Tanah Abang berarti produk kita disebarkan di pasar-pasar di seluruh Indonesia dan manca negara. Saya pelajari, industri tekstil yang masuk ke Tanah Abang hartanya tidak berkurang. Itu saja pedomannya,” akunya.

Kepada generasi muda, Susanto Ali berpesan agar bekerja lebih baik lagi, memiliki sifat prihatin dan peduli terhadap sesama. Rela berkorban untuk kepentingan yang lebih luas. Apabila sikap sikap itu dimiliki generasi muda tentu kesejahteraan bangsa tinggal menunggu waktu. Dengan nilai-nilai yang dimiliki membuat bangsa Indonesia akan tumbuh menjadi sebuah negara dengan masyarakat yang semakin baik. Dari kebaikan-kebaikan itulah yang membuat penyelenggaraan negara menjadi maksimal dan efisien. “Tidak ada yang instant dalam dunia ini, karena kalau instant dapatnya tentu instant pula lenyapnya. Jelas, semakin lama kita mendapatkan tentu semakin lama pula kita lenyapnya. Kita harus kembali ke siklus alam,” kata Susanto Ali.

 

SM Panjaitan

Direktur Utama PT Surya Global Security Service

Sukses Menyeluruh Sulit Dicapai

Setiap menjalankan sebuah usaha, diperlukan planning (perencanaan), money (uang), man (manusia), peralatan ditambah dengan strategi yang jitu. Semua itu, digabungkan dalam sebuah pentahapan pencapaian yang terencana sejak memulai (start), lokasi usaha, sampai tujuan terukur yang ingin dicapai. Misalnya, usaha jangka panjang yang terukur antara 5-25 tahun, jangka sedang dalam hitungan 12 bulan sementara jangka pendek maksimal 30 hari.

Meskipun demikian, semua itu tergantung pada sasaran atau target yang ingin dicapai oleh pemilik usaha. Yang jelas, kesuksesan bisa diukur dengan berbagai patokan, mulai sukses dalam bentuk uang, kepemimpinan, kesejahteraan dan lain-lain.

“Untuk sukses secara menyeluruh sangat sulit dijangkau. Karena usaha itu bisnis dengan motto ‘Modal sedikit dengan hasil yang banyak’. Harus tetap sejahtera tetapi tidak melanggar aturan dan berjalan sesuai Undang-Undang dan peraturan. Pengusaha harus berpedoman pada ilmu ekonomi, kepemimpinan dan managerial yang menyesuaikan perkembangan zaman, serta menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi dan canggih. Dia juga harus terus berinovasi untuk mencapai hasil yang lebih baik ke depan sesuai Asta Gatra, ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan keamanan,” kata SM Panjaitan, Direktur Utama PT Surya Global Security Service.

Pengusaha sukses, lanjutnya, tidak akan tergantung kepada nasib. Ia sangat tergantung pada kegigihan, keuletan, ketekunan, kedisplinan, ketelitian dan kecermatan di segala hal. Pengusaha yang sukses memiliki selektivitas dan prioritas dalam mengambil keputusan, memahami kebutuhan pasar serta perkiraan tentang masa depan. Tentu saja, semua itu melalui perhitungan yang sangat matang, berdasarkan angka-angka sehingga bisa menentukan sasaran-sasaran tambahan. Yakni melalui usaha mendapat inovasi baru dan bukan sekadar “coba-coba”. Kalau pun dilakukan hanya “coba-coba” tetapi melalui perhitungan menurut teori penelitian.

Menurut Panjaitan, seorang pengusaha adalah sekaligus pemimpin, yang mengerahkan orang lain untuk mewujudkan gagasan dan idenya. Pengusaha yang pemimpin, menduduki salah satu golongan dalam kategori umum manusia yang terdiri atas empat kategori. Kategori pertama adalah orang yang tidak tahu kalau dirinya tahu. Kedua orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu sehingga selalu menjadi penghalang. Ketiga orang yang tahu kalau dirinya tahu dan keempat orang yang tahu dirinya tidak tahu.

“Apabila dua kategori terakhir berada dalam diri satu orang, maka dialah yang akan menjadi pemimpin. Karena dia mampu memberdayakan sumber daya yang ada –manusia, uang dan alat- mampu menggerakkan, memotivasi, menuntun dan membimbing. Dia juga mampu memberdayakan uang, mampu menempatkan orang dengan tepat sesuai kapasitas masing-masing. Bahkan, seorang pemimpin bisa membuat orang yang dinilai bodoh menjadi sangat ahli di bidangnya,” tegasnya.

Seorang pemimpin, jelas Panjaitan, memiliki keyakinan bahwa Tuhan tidak menciptakan manusia bodoh. Masing-masing manusia dalam keyakinan pemimpin telah mendapat porsi tugas, fungsi dan peranan yang tidak persis sama. Untuk itulah, seorang pemimpin menciptakan sistem yang berupa suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari banyak unsur yang saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Masing-masing orang memiliki talenta yang membutuhkan kompetensi hasil belajar latihan dalam berbagai tingkatan. Semua itu dapat ditentukan oleh seorang pemimpin melalui kriteria-kriteria tertentu yang jelas dan terukur.

Seorang pemimpin perusahaan, menurut Panjaitan, harus bijak dalam menerima kritikan positif. Dia tidak boleh terlalu fanatif terhadap sebuah pendapat dan mengabaikan saran-saran yang berasal dari anak buahnya. Seorang pemimpin harus mempertimbangkan sebelum memutuskan, tidak egois, fleksibel, luwes dan energik. Selain itu, pemimpin harus gampang menyesuaikan diri, lembut tetapi prinsip dan keyakinan harus tercapai.

“Seorang pemimpin itu harus seperti air, yang selalu mengalir, merembes atau menguap tetapi selalu mencapai laut. Itulah tujuan sebenarnya dari air yang tidak dapat dibendung oleh apapun sebelum mencapai laut sebagai tujuan akhir. Tidak ada yang dapat menghentikan gerakan tersebut bahkan kalau perlu tsunami menggerakkan air. Seperti itulah pengusaha sukses menurut pandangan saya,” ungkapnya.

Seorang pengusaha sukses, imbuhnya, adalah orang yang sukses dalam penggunaan uang (money) dan menikmati hasilnya. Dia juga sukses menggerakkan orang (man) dengan kesejahteraan rohani dan batin. Pengusaha yang sukses juga berhasil dalam memaksimalkan penggunaan alat, profesional dan proporsional, tepat guna dan berhasil guna. Artinya pengusaha sukses harus berguna bagi orang banyak dan bukan keuntungan pribadi atau kelompok saja.

Memerlukan Inovasi

Dalam memimpin perusahaan, menurut Panjaitan akan sangat berbeda dengan pimpinan dalam kemiliteran. Kalau dalam kemiliteran garis komando sangat jelas penanggung jawab antara yang dipimpin dengan pimpinan, pengusaha tidak bisa melakukannya. Pimpinan di militer lebih gampang mengendalikan anak buahnya terkait adanya garis komando tersebut. Sementara pimpinan perusahaan tidak memiliki hubungan yang tegas dengan para karyawan yang dipekerjakannya.

“Kedudukan antara pemilik perusahaan dan karyawan relative sejajar. Karyawan hanya takut dipecat atau dikeluarkan dari pekerjaan oleh kekuasaan sehingga tanggung jawabnya kurang. Kebanyakan karyawan ingin bekerja sesedikit mungkin dengan hasil semaksimal mungkin dengan berbagai dalih atau alasan. Karyawan tidak sadar bahwa mereka ikut pemilik perusahaan dengan saham tenaga. Oleh karena itu, bagi pimpinan perusahaan harus mencari cara dan strategi atau formula yang paling baik dan terus melakukan inovasi yang berkesinambungan,” tandasnya.

Sebenarnya, kemajuan atau kemunduran sebuah usaha merupakan sebuah kejadian biasa dan normal. Seperti grafik dalam kehidupan di dunia ini, kenaikan atau penurunan adalah sesuatu yang wajar. Yang penting, tujuan akhirnya adalah tercapainya sasaran yang telah direncanakan. Kemajuan atau kemunduran sebuah perusahaan, yang mengetahui dengan pasti adalah pimpinan atau pemilik perusahaan. Pencapaian kemajuan perusahaan sampai 65 persen akan dinilai berhasil pada tahapan jangka pendek, sedang dan panjang. Meskipun demikian, angka 100 persen pencapaian dalam bisnis bukan tidak mungkin terjadi.

Seorang pengusaha, jelasnya, dapat melatih indera penciuman terhadap peluang bisnis di sekitarnya. Salah satu latihan yang paling berguna adalah dengan melatih panca indera untuk penguasaan terhadap informasi. Karena ketika informasi sudah dikuasai, bisa diibaratkan seorang pengusaha telah menguasai dunia. Semua itu bisa diperoleh melalui olah pikir dari membaca, baik ilmu pengetahuan maupun media massa. Kemudian banyak melihat, mendengar, merasa dan mencium sehingga banyak pengalaman, baik media massa, elektronik dan lain-lain.

“Kemudian kita harus menguasai banyak bahasa. Kemudian olah fisik atau olahraga juga menggunakan otak. Kalau sudah pintar, bijak melalui olah fakir tentu membutuhkan fisik yang sehat. Orang pintar juga harus dengan fisik yang sehat dan kuat. Bila ini dimiliki seseorang, kami yakin indera penciuman di bidang usaha atau bisnis pasti tajam. Bahkan mereka akan mampu secara otomatis mencium peluang usaha yang baik untuk bisnis di masa depan,” tegasnya.

Menarik Becak

SM Panjaitan adalah seorang purnawirawan polisi berpangkat Komisaris Polisi. Ia telah menjalani tugas panjang di kepolisian selama 37 tahun 10 bulan dari pangkat terendah, Bharada pada tahun 1969 (14 Februari 1970, resmi menjadi polisi). Selama bertugas di kepolisian, ia menjalani pendidikan kedinasan sampai 14 kali untuk meningkatkan kompetensinya sebagai petugas yang mengabdi kepada masyarakat. Setelah pensiun pada tahun 2006 (30 Desember 2006), ia mengisi masa pensiun dan membuka usaha pada bulan Oktober 2008.

Saat menjalankan tugas sebagai polisi, Panjaitan menyadari bahwa pekerjaan adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, ia harus mengutamakan tugas di atas segalanya. Adapun tugas mengurus anak dan keluarga diserahkan sepenuhnya kepada istri tercinta. Di luar tugas, barulah tenaga, pikiran dan seluruh potensi yang ada dikerahkan untuk mencari penghasilan yang halal.

“Saya pernah menarik beca dari tahun 1976-1977, mencatak dan memasok sol sepatu, mandor angkot, beternak, membuat ember dari tong aspal dan lain-lain. Semua itu saya kerjakan di luar tugas kepolisian untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Karena saat itu, adik-adik datang dari kampung dan kebetulan saya tinggal di luar asrama. Nah, saat saya berpangkat sersan dan menjadi komandan regu maka saya harus masuk asrama. Terpaksa, kegiatan di luar saya hentikan demi kelancaran tugas dan karier. Meskipun secara penghasilan banyak berkurang, tetapi itu peraturan yang harus ditaati,” kisahnya.

Panjaitan tentu saja harus mematuhi aturan yang berlaku di asrama sehingga tidak bisa menjalankan bisnisnya di luar jam kerja. Ia terikat peraturan asrama yang bahkan untuk keluar asrama pun harus mendapat izin dari Ka. Asrama kecuali untuk kepentingan tugas. Di sini ia banyak belajar bagaimana tugas dan kriteria pimpinan militer atau kepolisian yang penuh disiplin. Pimpinan militer (perwira) bagaikan martil, yang menokok paku adalah bintara –penghubung antara atas dan bawah- sedangkan yang dipalu adalah bawahan (tamtama( yang banyak menjadi satu agar kuat dan tahan. “Pemimpin militer memimpin prajurit yang telah dilatih tegas dan keras dalam disiplin dan tanggung jawab. Jadi baik yang memimpin maupun yang dipimpin sama-sama keras,” ujarnya.

Pengalaman disiplin di kepolisian, sedikit banyak dipraktekkan Panjaitan dalam mengendalikan perusahaan. Ia berharap perusahaan yang dipimpinnya menjadi sarana mendapatkan manusia yang sejahtera, bertanggung jawab dan berguna bagi kesejahteraan keluarganya. Baginya, bekerja merupakan pengalaman berharga dan menjadi ilmu yang dapat digunakan untuk dijadikan ilmu pengetahuan bagi para staf dan karyawan perusahaan. Setidaknya, para karyawan mampu mengembangkan perusahaan sesuai perkembangan zaman karena mereka lah penggerak dan motor perusahaan.

Panjaitan sadar, sedikit banyak usaha yang digelutinya sekarang adalah merupakan bagian dari program pemerintah. Untuk itu, ia berharap agar pemerintah turut campur tangan mengenai masa depan perusahaan. Yakni dalam hal perencanaan, man, money, peralatan dan produk hukum serta peraturan dengan batasan-batasan tertentu. Kemajuan perusahaan akan memberikan andil dalam mensejahterakan rakyat sedangkan kemundurannya berakibat sebaliknya.

“Sebagai pemimpin, saya harus menggugah dan memotivasi karyawan atau generasi muda. Saya juga berkewajiban mendorong dari belakang dengan menjadi contoh di depan, bersikap adil dan bijaksana, berusaha memberi pandangan visi ke depan agar jangan jalan di tempat. Namun, sekarang semua itu menjadi sangat terbatas, hanya di lingkungan kerja saja. Akibat kesibukan pekerjaan yang sangat padat, membuat saya harus membatasi aktivitas di tempat lain,” kata SM Panjaitan.

 

E. Kurniawan, S.Si MT

PT Indonesian Environment Consultant

Masalah Lingkungan dan Manusia Menjadi Passion Dalam Bisnis

Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya.
Manusia dengan kemampuan berpikir dan kepekaan emosinnya merupakan mahluk yang mumpuni di bumi ini. Telah menjadi sifat manusia untuk selalu meningkatkan taraf hidup, sehingga ia melakukan berbagai inovasi yang dapat mempermudah dan meningkatkan kehidupannya. Hal ini dimungkinkan oleh karena tangannya yang dapat membuat alat (prehensile hands) dan matanya yang stereoskopik, sehingga ia dapat melakukan konseptualisasi dan mengimplementasikan konsepnya.
Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kehidupan dalam perateknya haruslah dapat memperhatikan aspek lingkungan dalam proses produksinya secara sungguh-sungguh dengan tujuan akhir adalah tersediannya sumber daya alam yang lestari.
PT. Indonesia Environment Consultant hadir dalam rangka mewujudkan terciptanya penyelarasan antara imperatif peningkatan taraf hidup dan kehidupan dan kewajiban moral untuk mewujudkan lingkungan yang lestari dengan mengusung satu visi besar kedepan yaitu Menjadi perusahaan Green Business terbaik di Indonesia dan sebagai mitra bagi institusi lain dalam upaya menciptakan Planet bumi yang lestari.

“Menurut saya, setiap manusia lahir dimuka bumi ini pasti punya alasan tertentu, oleh karena itu saya sangat menyadari bahwa Tunah SWT menciptakan saya dimuka bumi ini untuk 2 (dua) alasan yaitu manusia dan lingkungan. Oleh karena itu tidak berlebihan jika saya memilih manusia dan lingkungan menjadi passionnya hidup saya. Saya berharap dengan segala apa yang telah saya miliki dapat memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan pelestarian fungsi lingkungan. Untuk saat ini kegiatan dan aktivitas yang saya kerjakan selalu terkait di kedua koridor tersebut yaitu lingkungan dan manusia termasuk didalamnya menjalankan aktivitas bisnis yang saya lakukan. Mungkin nanti, sesudah semua berjalan sesuai harapkan akan mengembangkan ke ranah yang lain terutama untuk kegiatan bisnis dibidang lainnya,” ujar E. Kurniawan, President Director/CEO PT Indonesian Environment Consultant.

Enang –panggilan akrabnya- adalah lulusan S1 Jurusan Biologi Lingkungan di Universitas Sriwijaya tahun 2001. Setelah lulus, selama dua bulan bekerja di sebuah bank internasional, Citibank NA. Ketika perusahaan otomotif terkemuka, PT. Astra Internasional Tbk membuka lowongan pekerjaan ia melamar dan diterima di PT. Astra International-Toyota Cabang Sudirman dan cabang Ambasador Jakarta. Di tempat inilah, ia belajar mengenai ilmu bisnis, filosofi perusahaan dan lain-lain, yang akhirnya diimplementasikan di perusahaan sekarang.

Meskipun demikian, sembari bekerja Enang tetap menyimpan cita-cita besarnya, ia mengumpulkan modal untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus tes di Program Megister Teknik Lingkungan ITB Bandung, ia memutuskan keluar dari PT. Astra International Tbk. Semua orang terhenyak mendengar keputusan yang sangat radikal tersebut. Dari orang tua, saudara, tetangga dan sahabat-sahabatnya keheranan. Bagaimana mungkin, pada usianya yang baru 25 tahun dan memiliki penghasilan cukup baik ditinggalkan begitu saja untuk mengejar sesuatu yang tidak pasti.

“Cukup besar tentangan saat itu. Tetapi saya katakan, mungkin inilah jalan hidup yang digariskan Tuhan. Saya berjanji kepada orang tua dan saudara-saudara untuk tidak akan mengganggu hidup mereka dan tetap akan menjalankan peran saya sesuai harapan dan ekspetasi mereka. Makanya, demi cita-cita akhirnya saya keluar dari Astra.

Ketika setelah keluar dari Astra dan hampir satu bulan saya tidak bekerja di Astra rupanya Tuhan justru memberikan jalan terbaik karena atasan menyuruh saya bekerja part time di Auto 2000 Pasteur Bandung. Masih ingat pada waktu itu ketika wawancara dengan kepala cabang di Auto 2000 Pasteur justru atasnnya tersebut sangat mendukung sekolah saya. Ia bahkan mau menerima saya dengan syarat agar saya fokus kepada kuliah menjadi hal utama, bukan pekerjaan. Wah, ini memang rezeki untuk ku, bukan syarat itu,” katanya.

Enang menyelesaikan kuliahnya selama hampir dua tahun yaitu pada 2004-2006. Selama masa perkuliahan perjuangan berat harus dijalani karena menjalankan dua aktivitas sekaligus yaitu kuliah sambil bekerja. Sempet ia berpikir kuliah di program masternya saat ini tentunya tidak akan terlalu berat seperti program sarjana, namun rupannya beliau keliru aktifitas diperkuliahan justru menyita pikiran dan tenaga cukup besar sehingga diperlukan effort yang cukup besar untuk mengatur semuanya agar aktifitas perkuliahan dan bekerjanya tetap berjalan dengan baik. Aktifitas sehari-hari terkadang kuliah dimulai jam 7 pagi sampai dengan jam 1 siang lalu dilanjutkan dengan pergi kekantor untuk jalankan aktifitas pekerjaannya pulang pada malam harinya, dan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas-tugas perkuliahan yang terkadang harus begadang semalaman untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, kadang saat itu ia berfikir ini terlalu berat, tapi ia disadarkan bahwa semua akan indah pada waktunya, kilahnya.

Di ujung Akhir perkuliahnnya, saatnya ia disadarkan kembali untuk memilih jalan hidup yang menjadi cita-cita dan mimpinya dengan menggunakan kontrak hidup “berani” ia benar-benar menggunakannya untuk keluar dari perusahaan otomotif tersebut yang hampir 5 tahun membesarkannya. Sayangnya, ia harus menanggung “masalah besar” karena ketika setelah beberapa saat mengajukan diri untuk keluar suatu masalah membelitnya. Permasalahannya dengan customernya, membuat ia harus kehilangan seluruh tabungan yang dikumpulkannya selama bekerja, bukan hanya itu bahkan dia merasa disinilah titik terendah yang pernah dialaminya.

“Itu sebagai kompensasi dan mungkin itu juga resiko yang harus saya bayar untuk mendapatkan mimpi saya kelak. Tinggallah saya yang sudah keluar dari perusahaan, tak punya pekerjaan dan hanya menyisakan uang Rp49 ribu di rekening. Disinilah saya mendapat pelajaran yang sangat berharga. Bahwa ketika kita berani bermimpi, kita tidak hanya siap menghadapi risiko. Tetapi kita bahkan harus berani membayar risiko dari apa yang dicita-citakan apapun itu, karena saya percaya untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa tidak bisa ditempuh dengan cara yang biasa yang kebanyakan orang dilakukan,” ungkapnya.

Dari situ, Enang kemudian membangun perusahaan setahap demi setahap. Modal awalnya adalah semangat karena selepas dari Astra dan harus menghabiskan seluruh tabungan di akhir kariernya, ia tidak memiliki dana sama sekali. Hanya keinginan dan cita-cita yang membuatnya membangun perusahaan yakni melalui passion di bidang lingkungan dan sesekali menjalankan aktifitas lainnya seperti menjadi fasilitator dan co trainer di lembaga training untuk memuaskan hasratnya di passion lainnya terkait manusia.

“Saya merasa dikirimkan Tuhan untuk dua tujuan, lingkungan dan manusia. Tidak untuk orang lain makanya saya ambil risiko dan membangun ini. Dari berkantor ikut orang sekarang sudah memiliki kantor yang layak. Saat ini kami berkantor di Menara Hijau Building MT Haryono Jakarta. Tahun pertama dan kedua perusahaan berjalan, saya tidak pernah berbicara tentang manajemen, tetapi lebih banyak kepada value dan budaya corporate. Karena saya menganggap pondasi perusahaan terletak pada velue dan budaya corporate, katanya.

Keberanian dan Komitmen

Indonesian Environment Consultant memulai dengan membangun bisnis lingkungan berawal sebagai konsultan. Belakangan, IEC juga memasuki bisnis dalam kategori services di bidang lingkungan. Tahun 2012, ia ingin membuat award untuk teknologi lingkungan yang hasilnya akan diimplementasikan dalam industrial scale.

“Mungkin akan kita bangun bersama sponsor. Tujuan kita adalah membangun industri yang berbasis green business, kelak kita berharap akan menjadi pusat inkubasi bisnis untuk Greeen Technology. IEC nanti akan terjun ke pengolahan limbah, manufaktur dan energi,” kata finalis Teknopreuneur Award dan New Ventures Indonesia ini.

Menilik kembali perjalanan IEC, Enang menjelaskan bahwa perusahaan yang didirikannya menjadikan tekad sebagai modal utamanya dan dalam menjalankan usahannya adalah spirit sebagai motor dalam menggerakan roda perusahaan sesuai yang dikehendaki. Dengan spirit itu akan mudah meningkatkan kepercayaan dari para kolega yang disertai dengan filosofi penjualan spirit power selling yakni menjual by spirit. Jadi rahasianya adalah menyampaikan spirit yang dimiliki kepada calon pelanggan,” tuturnya.

Setiap perusahaan memiliki cara yang tersendiri untuk tumbuh dan berkembang, begitu juga dengan IEC ketika tahun-tahun awal focus terhadap value dan budaya corporate baru satu tahun belakangan fokus terhadap manajeman dan profit. Meskipun demikian, sebagai pemilik Enang sangat bersyukur karena semua itu sesuai harapannya dan semua perjalanan itu terasa indah lebih dari yang dibayangkan sebelumnya. Bagi pengagum Bung Karno ini, membangun pondasi bisnis yang kuat lebih berguna daripada harus untung dahulu. Dengan memiliki bisnis yang kuat dan akhirnya menguntungkan, berarti ia telah menjawab dan menepis keraguan orang tua dan saudara-saudaranya saat keluar dari Astra.

“Butuh pemahaman yang kuat terhadap proses berjalan dan siap menerima dinamika yang akan terjadi dalam membangun usaha ini. Hobinya naik gunung sewaktu kuliah telah memberinya pelajaran berharga, bahwa kita haruslah tetap fokus terhadap tujuan, dimana tujuan utama kita naik gunung untuk tiba di puncak dan pulang kembali ke rumah dengan selamat. Saya mengumpamakan dalam hidup sama seperti kita mendaki gunung sering sekali kita temukan jalan teramat terjal dan curam dengan segala liku dan kelok tetapi kalau ditelusuri lebih jauh bukankah semua itu menjadi sahabat setia yang akan menuntun kita menuju puncak untuk tiba tepat esok pagi.

Dalam meraih mimpi membutuhkan keberanian dan komitmen. Tidak cukup hanya keberanian untuk mengambil keputusan-keputusan besar tapi harus memiliki komitmen yang jelas dengan segala resiko yang siap dibayar bukan diterima. Ini bukan tentang apa yang kita bisa tetapi apa yang kita mau. Ini baru gentle,” tegasnya.

Enang yang dibesarkan dari dunia pendidikan –ayahnya Kepala Sekolah SMP ibunya Kepala Sekolah SD- meyakini bahwa power of spirit adalah modal utama. Spirit yang luar biasa sudah cukup untuk membangun perusahaan, meniti karier atau mengejar impian untuk hidup lebih baik. Karena dengan spirit, segala sesuatu baik kondisi baik atau buruk, senang atau susah akan dihadapi dengan besar hati.

“Hambatan itu bukan ketika susah saja lho, bahkan kesenangan juga bisa menjadi hambatan dalam meraih cita-cita kita. Contohnya saya pernah ditawari headhunter untuk menjadi vice president di perusahaan UK tentunya dengan gaji yang cukup menggiurkan. Disinilah kembali saya diuji untuk mengambil keputusan besar dalam menentukan pilihan. Setelah melalui shalat istikharah dan lain-lain, saya putuskan untuk tetap di sini. Karena menurut saya ini bukan tentang uang semata, tetapi menjalankan passion saya yang membuat saya lebih memberi nilai besar pada diri saya, inilah sebuah pilihan walaupun terkadang pilihan tersebut terasa tak popular, tetapi keyakinan yang besar untuk tiba pada cita-cita luhur mengantarkan saya untuk mengambil keputusan besar untuk tetap menjalankan dan mengendalikan perusahaan yang menjadi passionnya,” jelasnya.

Enang sangat bersyukur, perusahaan yang dikembangkan melalui power of spirit tersebut mulai menuai harapan. Ini membuat semangatnya semakin terbakar untuk membangun perusahaan menjadi lebih baik lagi. Apalagi dengan permasalahan lingkungan di Indonesia yang sangat banyak dan regulasi semakin ketat, akan menjadi modal cukup untuk menjalankan green business yang dijalaninya dan pada waktunya nanti uang akan datang dengan sendirinya.

“Saya sangat beryukur bisa seperti ini karena orang-orang di sekitar saya,
orang tua, sahabat, guru-guru spiritual dan lain-lain untuk memastikan agar saya menjalani semua ini dengan sungguh-sungguh. Balik lagi perumpamaan seperti naik gunung, semua tidak bisa dilakukan sendiri tetapi diperlukan rekan-rekan dimana disitu kita biasa saling support, selain itu sama halnya naik gunung ataupun pada saat meraih cita-cita kita perlu untuk istirahat sejenak untuk mencapai puncak tapi ingat jangan lama karena akan buat tubuh ini beku selanjutnya jalan lagi kalau perlu berlari agar cepat sampai di puncak gunung,” tuturnya.

Nikmati Proses

Pilihan Enang untuk menggeluti bisnis lingkungan atau Green Business tidak lepas dari latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Pria kelahiran Bogor, 27 Juli 1978 ini, menggabungkan pengalaman sebagai karyawan dan latar belakang pendidikan Teknik Lingkungan ITB yang akan membuat sebuah bisnis berjalan dengan baik membuat penguasaha muda bungsu delapan bersaudara ini tetap dapat memberikan solusi dan kontribusi terhadap permasalahan lingkungan sangat prima.

“Alhamdulilah, prospek usaha ini pun ke depan sangat bagus. Karena hanya sedikit perusahaan seperti ini. Ditambah, sebagai mantan karyawan Astra yang bisa mengerti bagaimana Astra membangun business serta alumni Teknik Lingkungan ITB yang mengerti lingkungan, sehingga perpaduannya cocok dan klop mudah-mudahan akan menjadi modal besar untuk mengantarkan IEC menjadi salah satu perusahaan besar dinegeri ini,” kata anak pasangan H. E Padma (alm) dan H.R. Djulaeha ini.

Ke depan, Enang memiliki cita-cita untuk menjadikan perusahaan miliknya tidak kalah dengan perusahaan lain. Bahkan, cita-citanya menjadikan Indonesia Environment Consultant (IEC) memiliki brand yang kuat seperti IBM dan Microsoft. Di mana brand-brand itu telah memiliki nama besar dan memberikan kontribusi besar dengan produk yang dikeluarkan perusahaan tersebut.

“Saya mempunyai cita-cita, ke depan seperti perusahaan-perusahaan tersebut, ketika orang mengingat lingkungan maka nama IEC langsung disebut. Bahkan nanti saya berharap, IEC bukan lagi Indonesian Environment Consultant tetapi Indonesian Environment Corporation,” sebagai Holding Company harapnya.

Untuk saat ini, IEC mengerjakan proyek-proyek seperti studi lingkungan, AMDAL, desain CSR, Water Treatment yang lengkap dengan konstruksinya dan mengerjakan project-project Green Property. Kedepan IEC akan menjadi Green Incubator untuk para pebisnis lingkungan dan membangun projek-projek yang berbasis lingkungan seperti peyedia energy renewable seperti pembangkit tenaga mikrohidro.

Enang merasa diuntungkan dengan semakin tingginya kesadaran terhadap kelestarian lingkungan dari berbagai pihak. Selain pemerintah, masyarakat dan perusahaan juga memiliki kesadaran yang meningkat. Termasuk perusahaan vendor yang akan memilih perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap lingkungan untuk memproduksi produk yang dihasilkan.

Setelah berhasil dengan passion-nya pada lingkungan dan manusia, Enang telah menetapkan tujuan hidup yang pasti. Suatu saat, ia nanti akan menyumbangkan tenaga dan pemikiran kepada penyelenggara negara. Bukan sebagai politikus, tetapi dengan berbekal keahlian dan pengetahuan yang dimiliki serta passionnya dibidang lingkungan dan manusia berharap dapat berkontribusi untuk kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan. “Tentu setelah saya melahirkan karya-karya yang bermanfaat dan terbaik, bagi khalayak,” imbuhnya.

Bagi generasi muda, Enang mengingatkan pada suatu hal yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Pertama adalah menikmati proses yang sedang dijalankannya. Apapun itu, bagaimana kondisi yang dihadapi semua tidak lepas dari proses. Ibaratnya, seseorang yang ingin menjadi seseorang yang “luar biasa” dan pastilah dia melakukan sesuatu yang luar biasa juga, bukan melakukan hal biasa yang kebanyakan orang lakukan.

Selain itu, setiap orang harus memiliki keberanian untuk bertransformasi menjadi manusia lebih baik, baik menjadi seseorang yang berani, seseorang yang penuh cinta, seseorang yang jujur atau apapun itu, berharap akan menuntun kita menuju mimpi yang dicita-citakanya, mimpi hanya akan menjadi milik mereka yang percaya akan dirinya. Satuhal lagi Ketika mulai berjalan melenceng dari tujuan hidup yang dicita-citakan, generasi muda harus kembali pada track yang sudah ditentukannya sendiri. Tanpa itu, kesuksesan akan semakin jauh dari jangkauan dan generasi muda akan menjadi orang yang sangat biasa.

“Generasi muda harus belajar menikmati proses, meskipun itu berat. Mereka harus membayar lebih -waktu dan apa saja- untuk memperoleh sesuatu yang lebih banyak. Kemudian, alangkah baiknya jika kita memiliki komitmen hidup sendiri. Seperti saya dengan kontrak hidup “Berani”. Jadi ketika merasa takut, saya ingatkan diri sendiri bahwa ‘Mr Enang kontrak hidup Anda adalah berani, menjadi laki-laki yang berani, bagaimana sih….?’ Intinya jikalau kita ingin menjadi orang yang lebih, harus dibayar dengan cara yang lebih juga. Sekali lagi Tidak ada orang luar biasa tetapi melakukan usaha seperti apa yang biasa dilakukan orang. “I need to believe that something extra ordinary is possible.” Saya percaya sesuatu yang luar biasa akan terjadi pada orang yang bersungguh-sungguh. Bukan hanya pada diri saya sendiri tapi pada mereka yang percaya akan mimpinya.’ tegasnya.

Thomas Aquino Bima Priadi

Country Manager PT ESRI Indonesia

Lulusan Teknik Sipil yang Pakar IT

Bangsa Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan setara dengan bangsa lain. Bahkan sejak dahulu kala, sejarah Indonesia telah menunjukkan kebesarannya sebagai sebuah bangsa yang disegani. Kalau sekarang terjadi kemunduran yang mengakibatkan ketinggalan, tentu sebuah kesalahan telah terjadi pada bangsa ini.

Padahal, bukan hanya Malaysia yang beberapa dekade sebelumnya mengirimkan ribuan pemuda untuk digembleng di Indonesia. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal kesejahteraan negeri jiran tersebut belakangan ini. Tidak hanya itu, negara semaju Jepang pun pernah menggunakan jasa pemuda Indonesia dalam industri teknologi informasi (IT/information technology).

Salah satunya adalah saya yang mendapat kesempatan dari Prof. BJ Habibie yang memiliki gagasan membangun industri IT Indonesia bagi pasar asing. Waktu itu beliau dapat challenge dari Jepang untuk mengisi programmer di sana yang sangat kekurangan. Saat itu, Habibie merekrut sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk dididik IT di IPTN. Setelah itu, kami dikirim untuk job training di IBM Jepang. Selesai job training itu, kami bekerja di Jepang untuk mengerjakan beberapa proyek,” kata Thomas Aquino Bima Priadi, Country Manager PT ESRI Indonesia.

Seiring perjalanan waktu, lanjutnya, banyak industri Jepang yang melakukan relokasi proyeknya ke Indonesia. Para programmer yang asli Indonesia menjadi tumpuan harapan untuk menggarap proyek-proyek perusahaan Jepang di sini. Selain itu, para programmer juga memiliki kesempatan untuk mengerjakan proyek-proyek bagi pasar perusahaan lokal.

Saat itu, Bima –panggilan akrabnya- harus dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus memilih bidang IT yang menjadi minatnya. Sebagai lulusan teknik sipil FT UGM Yogyakarta, ia sangat berminat pada engineering. Meskipun demikian perkenalannya dengan sistem informasi geografi telah membuat dirinya jatuh cinta dan berminat untuk mengembangkan sistem ini di tanah air.

Saya memang tidak memiliki pengalaman di bidang ini. karena Ketika lulusan dari Teknik Sipil UGM Yogyakarta, Tetapi market bidang konstruksi saat itu kurang bagus, sehingga saya banting stir ke bidang IT yang belum sepenuhnya berkembang seperti sekarang. Ketika mengenal sistem informasi geografi, saya jatuh cinta dan bertekad menekuni usaha di bidang ini karena yakin berpeluang besar akan tumbuh dengan baik,” tegasnya.

Bima menyadari bahwa tantangan di bidang ini adalah minimnya data yang tersedia. Buktinya, banyak proyek yang tidak berlanjut karena data spasial yang dibutuhkan tidak tersedia. Akibatnya, banyak proyek perusahaan yang terpaksa tidak diselesaikan karena harus berinvestasi dalam jumlah besar untuk mengumpulkan data spasial ini.

Oleh karena itu, saya mengadakan koordinasi dengan lembaga penyedia data agar kebutuhan terhadap data selalu tersedia ketika diperlukan. Saya juga bertukar gagasan untuk mendorong kemajuan sistem informasi geografi di Indonesia. Saya berharap, tidak ada lagi proyek di Indonesia yang gagal diselesaikan karena ketersediaan data sangat minim,” tegasnya.

Standar IT Indonesia

Thomas Aquino Bima Priadi menuturkan PT ESRI Indonesia memiliki visi menyebarkan software ESRI menjadi acuan utama teknologi GIS di Indionesia. Ia berharap, teknologi ini dapat dipergunakan oleh seluruh lembaga, baik pemerintah maupun swasta.

Pertama menjadi standar yang dibutuhkan, kedua kita mampu menjadi bagian dari dunia teknologi informasi Indonesia. Kita ingin perusahaan menjadi leader dan standar sehingga siapapun nanti akan mengacu kepada perusahaan kita,” tegasnya.

Ke depan, lanjutnya, ESRI Indonesia ingin membangun SDM Indonesia. Utamanya SDM yang diperlukan untuk membangun dunia IT, khususnya didalam bidang Sistim Informasi Geografi di Indonesia. Upaya yang ditempuh adalah mencoba berkolaborasi dengan beberapa perguruan tinggi. Dengan pertimbangan, bahwa perguruan tinggi memiliki knowledge yang diperlukan sementara perusahaan memiliki teknologi.

Itu yang harus kita gabungkan dan menjadi simpul-simpul kemajuan dunia IT Indonesia. Mereka juga harus mampu menangkap respon dan kebutuhan-kebutuhan IT dunia. Sementara ini yang kami sudah mengawali upaya kerjasama dengan kami adalah ITB dan UI. Sedangkan di timur, ITS Surabaya dan Unhas Makassar, sementara ke barat kita sudah kerjasama dengan Unsyah Banda Aceh,” tandasnya.

Pria kelahiran Purworejo, 1 April 1962 ini mengungkapkan rasa syukurnya atas dukungan keluarga yang sangat luar biasa terhadap karier yang ditekuninya selama ini. Sang istri, Dr. Banon Lupi Edi (dokter di rumah sakit Harapan Bunda) dan kedua anaknya tidak pernah mengajukan komplain atas kesibukan suami dan ayahnya. Meskipun harus ditinggal pagi-pagi dan kembali ke rumah dini hari, mereka menerima kondisi tersebut.

Saya pulang ke rumah paling cepat pukul sembilan malam. Tidak jarang malah pukul dua pagi, jadi mereka semua sudah tidur. Tetapi bagi saya justru itulah dukungan luar biasa dari keluarga karena mereka memberikan pengertian terhadap kesibukan saya. Oleh karena itu, terhadap pengorbanann dan kerelaan mereka itu tidak akan saya sia-siakan. Keluarga telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berkembang semaksimal mungkin,” imbuh anak kedua dari lima bersaudaran pasangan Petrus Suyoso (Alm.) dan Henrica Sri Adiarti.

 Berbicara mengenai generasi muda, Thomas Aquino Bima Priadi mengungkapkan bahwa generasi muda sekarang lebih lengkap fasilitasnya. Apalagi bila dibandingkan dengan kondisi generasi muda di zamannya yang minim akses ke mana-mana. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi generasi muda untuk tidak bisa mempelajari dan memanfaatkan segala sesuatu di sekelilingnya agar menjadi lebih hebat lagi.

Yang perlu dilakukan adalah membantu memotivasi dan mengarahkan generasi muda agar kehidupan mereka lebih pasti dalam menatap masa depan. Generasi muda sekarang boleh saja menyukai yang serba instant karena sesuai dengan zamannya. Namun mereka juga tidak boleh mengabaikan proses yang harus dilakukan secara bertahap untuk memperoleh sesuatu. Diharapkan proses tersebut memiliki value bagi mereka sendiri, organisasi, masyarakat dan lain-lain,” tandasnya.

Tergantung Teknologi

Menurut Thomas Aquino Bima Priadi, banyak perusahaan sejenis yang menjalankan usaha di Indonesia. Tentu saja, semua perusahaan IT sangat mengandalkan kemajuan teknologi masing-masing karena itulah “jualan” perusahaan. Begitu juga dengan persaingan di dalam usaha ini tidak lepas dari kecanggihan teknologi yang ditanamkan pada produk IT.

Semua tergantung teknologi. Jadi bagaimana sebuah perusahaan memiliki teknologi yang cukup mumpuni sehingga mampu bersaing secara sehat. Tetapi yang jelas kita berpikir jangka panjang sehingga bisa dilihat sebagai mitra pemerintah yang sangat konsisten,” ungkap penyuka liburan di kampung halaman ini.

 Saat ini, lanjut penerima Most Strategic Win Tahun 2011 dari ESRI Inc. ini, dunia IT sekarang sudah menjadi bagian dari gaya hidup setiap manusia. Bisa dikatakan, umat manusia di muka bumi ini tidak bisa dilepaskan hidupnya dari sarana yang berhubungan dengan IT. Oleh karena itu, mau tidak mau-suka tidak suka, meskipun berlatar belakang pendidikan teknik sipil, dunia IT diselaminya.

Akhirnya saya mempunyai passion dalam bisnis ini. Meskipun awalnya memang berbagai kesulitan saya hadapi. Karena awalnya saya tidak pernah dididik di situ, bukan di set-up untuk itu. Tetapi saya diberi kesempatan, sehingga untuk masuk ke situ juga saya nikmati. Meskipun terjadi gap yang sangat berat, karena teman-teman yang lain sudah lebih dahulu menguasai kondisi dengan baik,” ungkapnya.

PT ESRI Indonesia di bawah pimpinan Thomas Aquino Bima Priadi sebagai Country Manager memiliki klien hampir seluruh kementerian di Indonesia. Beberapa perusahaan perminyakan dan perkebunan kelapa sawit juga turut menjadi klien perusahaan dalam masalah teknologi Sistim Informasi Geografi (SIG). Semua itu, membuktikan eksistensi perusahaan yang semakin dikenal sebagai penyedia jasa IT, khususnya SIG, terkemuka di Indonesia.

Di samping itu, Bima memiliki misi pribadi untuk menjadikan Indonesia sebagai penguasa informasi bagi dirinya sendiri tentang bangsa dan Negara Indonesia dan seluruh kekayaan yang terkandung di dalamnya. Karena dari sisi informasi, justru orang lain yang menjadi penguasa yang menurutnya sangat tidak bagus. Seharusnya, informasi tersebut menjadi sebuah hal yang sangat penting bagi setiap orang di Indonesia. Jangan sampai informasi-informasi yang sangat penting disediakan asing untuk keuntungan mereka sendiri dan bukan keuntungan bangsa kita.

 “Banyak informasi yang dikuasai oleh pribadi-pribadi sehingga kurang dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Seperti bank-bank Indonesia itu berlangganan informasi intelijen perbankan dari Malaysia, Hongkong, dan lain-lain. Padahal sumber informasi dari lembaga kita sendiri seperti BPS dan lain-lain. Ditambah sedikit pengolahan informasi, mereka jual kembali kepada kita dengan harga mahal. Oleh karena itu, sebenarnya bangsa Indonesia sangat dirugikan karena keuntungan akan datang kepada investor asing yang seharusnya dinikmati bangsa ini,” kata Thomas Aquino Bima Priadi.