Ary Bastari

No Comments

Ary Bastari, S.H.,M.M.,AFP.,CPHR.,CBA.,CRGP.,CERG.

Komisaris Utama Bank BPD Kalsel, Kalimantan Selatan

 

JANGAN SEGAN BELAJAR DAN CARILAH KEBERKAHAN

 

Dalam menjalani hidup ini jangan mencari musuh, kita duduk diam saja sudah ada orang yang iri dan tidak suka dengan kita dengan berbagai alasan. Ekstremnya pasti ada orang yang iri sama kita. Tapi dalam hidup itu yang penting mencari berkah dan ridho Ilahi, Insya Allah kita tetap dalam lindungan NYA,  Demikian pandangan hidup Ary Bastari, Komisaris Utama Bank BPD Kalsel. Ary, begitu ia kita sapa, mencontohkan dirinya ketika saat diberikan amanah oleh pemilik perusahaan dimanapun dia berkarya, ada saja orang yang tak suka kehadirannya, padahal kehadiran kita adalah untuk menjalankan amanah pemilik agar perusahaan menjadi lebih baik dan professional, ungkapnya.

Ary merupakan tipikal orang yang serius dalam bekerja. Kalau cuma mau cari enaknya bisa saja ia sekedar datang ke kantor, duduk, dan menikmati posisi jabatannya. Toh, masa kerjanya juga tak lama, mungkin tak sampai 5 tahun. Tapi, Ary bukan model sosok seperti itu. Baginya, apa yang diterimanya sekarang adalah amanah, dan amanah itu harus dijaga dengan baik serta dijalani dengan ihklas tanpa harus memanfaatkan jabatan tersebut untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Dikisahkan Ary, pemegang saham meminta dirinya menjadi Komisaris Utama karena yang diperlukan ialah pengalaman, kemampuan teknis dan managerial skill nya.Dalam menjalan kan Amanah ini, cita-citanya sederhana yakni ingin membuat bank BPD Kalsel menjadi lebih professional dan memiliki integritas yang baik .Oleh karena itu, hal yang menjadi perhatiannya ialah, pertama, memperbaiki kualitas dan integritas SDMnya. Menurutnya, secanggih apapun teknologi tetap tak bisa lepas dari PERAN SDM.

Jadi, permasalahannya bukan pada produk atau kecanggihan IT tapi kemampuan SDM nya. yang harus ditingkatkan, baik dari sisi kompetensi maupun integritasnya. Dua hal ini yang perlu ditingkatkan. Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan dari seluruh karyawan, termasuk Direksi.

Kedua, masalah Integritas dimana kita melakukan hal terbaik tanpa dilihat orang. Termasuk soal kejujuran dan kedisiplinan. “Kalau masalah pintar, banyak orang yang pintar, tapi punya integritas enggak. Banyak orang jujur tapi memiliki kompetensi nggak. Kalau ditanya butuh orang pinter atau jujur, saya pilih orang jujur, karena orang jujur bisa pintar tapi orang pinter belum tentu bisa jujur,” tukasmya.

Hal lainnya menurutnya, adalah sebagai atasan jangan hanya memakai telunjuk saja dalam bekerja. Kalau mau karyawan disiplin, harus dimulai dari kita dulu yang disiplin. Harus kasih contoh. Jadilah Atasan yang tidak merasa jadi bos. Dijelaskan Ary, ia ingin mengubah image BPD Kalsel karena bank ini umurnya sudah 53 tahun tapi tak semaju BPD yang lain. Nah, untuk meningkatkan hal tersebut Ary berperan aktif melakukan pengawasan dan pembinaan. Itu adalah dua  fungsi utama kerja Komisaris. “Sesudah saya melakukan pengawasan harus melakukan pembinaan. Jangan hanya ada pengawasan tapi gak ada pembinaan. Dan pembinaan apa yang dilakukan, itu harus kita kasih contoh. Sebelum kita negur orang kita kasih contoh yang baik dulu. Fungsi pembinaan juga harus ada response baik dari Direksi dan teman-teman karyawan lainnya.


kalau gak ada feedback percuma, gak jalan juga. Yang namanya kerjasama itu semua pihak harus terlibat dan berperan. Tak hanya Direksi tapi juga sampai office boy. Jadi, dalam bekerja jangan berhenti belajar dan belajar terus, kita belajar sesuatu dalam hidup ini jangan hanya pada orang yang pinter saja tapi belajar juga pada orang yang kurang beruntung daripada kita, sehingga kita akan selalu bersyukur atas nikmat yang telah kita terima” ujar pria yang beristrikan gadis Minang.

Untuk meningkatan kompetensi dan integritas seluruh jajaran Bank Kalsel, Ary terus melakukan pembinaan secara konsisten, dan sebagai Komisaris Utama, kita harus ada niat ingin membangun dan mengembangkan Bank ini menjadi lebih baik, kalau bisa Dewan Komisaris bergerak lebih cepat dari Direksi, dalam berkontribusi positif untuk kemajuan Bank ini.

Komisaris juga harus bekerja aktif, artinya juga memberi kontribusi, bukan sekedar memberikan nasehat saja tapi memberikan Kontribusi yang nyata, contohnya Komisaris harus bisa melihat sesuatu permasalahan secara detail, yang mungkin terlewat dari pandangan Direksi dan jajarannya.

Kalau Komisaris maunya hanya menerima laporan dari Direksi itu artinya asal bapak senang. Jadi tidak ada budaya untuk membangun Bank ini. Kalau cuma Direksi yang bekerja sampai kapan bank ini maju. Jadi kita harus sadar untuk sinergi, sebagai Komisaris Utama juga aktif kerja. Pembinaannya juga harus aktif, punya kontribusi,dan kasih contoh. Jangan mentang-mentang Komisaris kita tinggal nyuruh, dan sekedar datang hanya untuk menunjukan jabatannya saja tetapi tidak tahu harus bagaimana berkonstribusi positif untuk Bank ini.

Bekerja harus serius.tuntas dan Professional serta tidak terpancing dengan “office politic’s”, justru sebagai Komisaris kita harus bangun budaya professional dengan bersinergi dengan baik, dengan tujuan yang sama yakni demi memajukan dan menjaga nama baik Bank. Jangan memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadi. Saya yakin waktu yang akan membuktikan nantinya, Mana yang punya niat baik dan mana yang punya niat buruk.

Menurut Ary, visinya di bank BPD Kalsel yaitu menjadikan Bank ini benar-benar bisa tumbuh dan berkembang dengan didukung oleh karyawan yang berintegritas dan memiliki kompetensi. Sederhananya, ia mau setiap staf mampu bersaing sehat di lingkungan kerjanya baik di internal maupun diluar Bank Kalsel .Ary melihat bank-bank lain khususnya di Kalsel bisa tumbuh besar, pelajaran berharga yang bisa dipetik adalah orang luar saja melihat potensi yang besar di Kalsel. Nah, kenapakitatidak menggali potensi itu. Mindset itu yang akan ia ubah. Jangan berpuas diri, selalu waspada dan jeli dalam melihat persaingan dan kemajuan diluar sana. Oleh karena itu, iaakan membuat Bank BPD Kalsel ini sebagai organisasi pembelajar. Misal, ia minta semua pejabat atau staf di bank Kalsel ikut pelatihan yang bersertifikasi standar nasional maupun regional, artinya harus ada ujiannya, dan ada uji kompetensi secara berkala.

Saat ini bank Kalsel dalam aturan OJK masuk BUKU 2. Ary menargetkan Bank BPD Kalsel bisa masuk kategori buku 3. Artinya, Konsekuensinya bank harus berupaya meningkatkan produktifitasnya dengan serius sehingga akan memperoleh keuntungan yang maksimal, dengan demikian bisa meningkatkan modal bank. Dengan modal bank yang meningkat maka kita bisa bergerak lebih cepat dalam menggali potensi usaha dan memperbesar skala usaha bank, selain itu bank harus konsisten dalam memberikan keuntungan yang lebih baik bagi seluruh pemegang saham. Kedua, bank BPD Kalsel adalah milik daerah, sehingga misinya harus bisa mensejahterakan  daerahnya dan kalau bisa menjadi yang terbesar di daerah tersebut. Satu hal lagi, ia ingin karyawan Bank Kalsel bekerja selalu tuntas dan menjunjung tinggi kejujuran.

Bank BPD Kalsel merupakan bank milik Pemda, dengan kepemilikan saham dari Pemprov dan Pemkab/Kota di seluruh Kalimantan Selatan. Jadi 100% memang milik Pemda. Pemprov saat ini memiliki 28% dan sisanya dibagi 13 Pemkab/Kota. Di Bank BPD Kalsel ada 4 Direksi, memiliki 17 kantor cabang, 120 kantor unit di seluruh Kalsel. Sedang di Jakarta ada 1 kantor cabang.Menurutnya, ia ingin bank BPD Kalsel bisa mensejahterakan masyarakat Kalsel, caranya dengan mendorong UKM menjadi prioritas usaha. Sisi lain, dalam rangka memenuhi UU Perbank Syariah, ia ingin bank BPD Kalsel dapat mempersiapkan dengan baik Unit Usaha Syariah nya, dapat spin off lebih cepat dari yang ditentukan.

“Kompetitor itu jangan dianggap musuh, jadikan mereka sebagai inspirasi kita. Kalau jadi musuh kita malah kuat-kuatan. Jadikan inspirasi jadi kita bisa belajar dari kompetitor,” ujarnya.

Disinggung soal peran pemerintah dalam dunia perbankan, Ary mengatakan Semua aturan yang dikeluarkan otoritas bank, selalu diawasi dengan ketat oleh otoritas secara berkala,agar  bank ini tetap sehat dan tumbuh.

Sekilas Perjalanan Hidup

Ary memiliki ayah asli dari Kalimantan Selatan, sedang ibu berasal dariJawa Barat. Ia lahir, besar sampai mendapat jodoh di Jakarta. Dulu, ayahnya merantau ke Jakarta dari tahun 1951. Menurut cerita Ary, di Kalimantan Selatan atau mungkin diseluruh Indonesia tahun 1951 jarang ada orang yang memiliki kesempatan untuk sekolah. Ayahnya merantau ke Jakarta dari daerah yang termasuk pedalaman, yaitu dari desa Anjir Sarapat, Kabupaten Barito Kuala, letaknya di perbatasan Kalsel dan Kalteng. “Dulu tahun 1970 saya pertama menginjakkan kaki di desa ayah, dan belum ada jalan darat, masih sungai sebagai jalan transportasinya dan dikelilingi oleh hutan. Saya berpikir bagaimana situasi transportasi desa ini pada tahun 1951. Kok bisa ayah saya memiliki semangat untuk sekolah ke kota Jakarta, Tahun 1970 saja, saya menuju desa ayah saya harus pakai perahu kecil namanya klotok sebagai alat transportasinya.” kenang Ary.

Tahun 1951 sang ayah sudah kuliah di Akademi Penerbang Indonesia, di Curug, Tangerang, yang sekarang menjadi STPI (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia). hingga tahun 1953. Itu yang membuat dirinya surprise. Bayangkan, di tahun 1951 putra daerah Kalimantan sudah ada yang mau sekolah penerbangan. Hal ini yang kemudian membuat Ary dan saudaranya termotivasi untuk maju.

Di Akademi Penerbangan Indonesia atau API (sekarang STPI Curug di bawah Kemenhub). sang ayah diterima untuk jurusan teknik Radio dan Navigasi. Jadi beliau termasuk yang mendalami ilmu radar di Indonesia. Kemudian, lulus di tahun 1953 beliau sekolah lagi ke Australia. Menurut Ary, ayahnya adalah PNS tulen, karena berangkat kerja pagi jam 07.00, pulang pukul 15.00-16.00 sore. Penghasilannya benar-benar dari gaji PNS saja.

Saat dulu di Jakarta, Ary tinggal di Kompleks Perhubungan, Jakarta. Sekolah SD hingga SMA ditempuhnya di sekolah negeri di Jakarta. Kemudian kuliah di Fak Hukum UI, lalu S2 di UGM. Didikan orangtuanya mengajarkanjika mereka sekolah atau kuliah wajib selesai. Jadi tak ada embel-embel nyambi kerja atau bahkan drop-out. Sekolah harus selesai.  Yang menarik lagi,  meskisang ayah mengenyam Pendidikan  luar negeri(Australia) tapi orangtuanya mewajiban anak-anaknya, pertama, harus ikut pelajaran Mengaji. Kedua, ikut olahraga. Untuk olahraga Ary menekuni beladiri karate dan Silat, bersama 4 saudaranya, Ketiga, kursus bahasa Inggris.

Mulailah beliau berkarir sejak 1989 di salahsatu Bank swasta di bagian Loan Admin dan Legal, 8 bulan kemudian ada tawaran menarik dari Bank Danamon untuk ikut Management Tarinee (Program Pendidikan Kader Perbankan), dan beliau dapat menyelesaikan program lebih cepat yakni hanya 6 bulan dari program 9 bulan, mulailah karier beliau di Bank Danamon sejak 1990. Mulai dari jabatan Kepala Bagian, Kepala Cabang Pembantu, Kepala Cabang, Wakil Kepala Wilayah Jabotedabekcil, Wakil Kepala Divisi sampai dengan Regional Business Manager yang membawahi wilayah Jakarta Pusat, Timur, Tangerang, Bekasi, Depok dan Provinsi Banten serta Lampung. Pengalamannya di hampir seluruh bagian di perbankan pernah dijalani. Hal ini lah yang membuat beliau matang dalam menjalani pekerjaannya.

Ada kenangan yang tak terlupa saat bekerja di bank tersebut, yakni kala itu, bank mengalami rush.Sebagai kepala area, oleh direksi ia ditugaskan standby terus supaya layanan tak terganggu. Saat itu, ia pun datang ke kantor jam 07.00 pagi, pulang ke rumah jam 02.00 pagi, dan itu dilakukan setiap hari selama dua minggu berturut-turut. Menurutnya, di bawah kontrolnya waktu itu ada 50 kantor, asetnya cukup besar. “ mulai pagi hari hingga malam hari saya kontrol ke semua cabang/kantor, malamnya saya membuat laporan mengenai kebutuhan cabang-cabang” ujarnya. Demi patuhnya beliau dengan atasan dan komitmennya dalam bekerja,

Pengabdiannya di bank mengukir prestasi. Ary masuk dalam hall of fame (orang-orang yang berprestasi), sebagai koordinator bisnis manager yang berprestasi. Dari reward ini ia mendapat kesempatan ke luar negeri dan juga memperoleh beasiswa melanjutkan studi S2 di UGM, Yogyakarta. Selain itu beliau memiliki beberapa sertifikasi dibidang Perencanaan Keuangan yang terdaftar di FPAS (Financial Planner Association of Singapore)sejak tahun 2004, Certified  Professional  in Human Resources (CPHR)  , Certified Behavioral Analyst (CBA) ,  Certified Risk Government Professional (CRGP) dari BNSP RI (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), Sertifikasi Manajemen Risiko Level Komisaris Bank dari LSPP (Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan), serta Certified Entreprise Risk Governance (CERG) dari Center for Risk Management Studies (CRMS Indonesia).

Kiprahnya di dunia perbankan dilakoni darikurun tahun 1989 sampai 2004. Dulu di hati Ary sempat terucap ingin kerja merasakan atmosfer bekerja di semua jenis bank, baik konvensional, syariah, dan Internasional, dan ternyata Allah memenuhi keinginan tersebut.  Hampir di semua bank ia rasakan selama kurun pengabdiannya di perbankan. Menurutnya, itu jalan Allah, iatidak bisa memilih. Pertama kali di Bank Surya (grup Golden Truly), kemudian Bank Danamon selama 15 tahun, kemudian di rekruit oleh CitiBank sebagai Vice Presdent, kemudian mendapat tawaran sebagai Direktur di salah satugrup perusahaan IT. Saat Perbankan Syariah sedang mulai berkembang beliau ditawari untuk kembali ke bank dan bergabung di Bank Syariah Mandiri, hampir 4 tahun sebagai Kepala Divisi Pembinaan Cabang (2005-2008). Lalu pindah ke grup perusahaan Konsesi tambang batubara di Kalsel (2008-2010), kemudian 2010-2012 ke Kalteng di grup perusahaan tambang juga, sejak 2012 menjadi Direktur di Private Airline Company, lalu bergabung di Bank Kalsel November 2016 langsung sebagai Komisaris Utama.

Kariernya memang lancar saja walaupun banyak tantangan dan hambatan. Hal ini bisa jadi karena prinsip hidupnya yang ingin mencari keberkahandan selalu bersyukur sertajangan menzholimi orang.

Hal lainnya ialah jangan segan belajar dalam hidup ini. Ditanya keinginannya ke depan. ia mengatakan bercita-cita mempunyaisekolah atau pusat pelatihan (training centre), yang dikelola sendiri dan dilatihnya sendiri, serta ingin memiliki kebun dan peternakan ikansendiri, Sedang obsesinya terhadap Bank Kalselia ingin BPD ini bisaseperti sebesar bank nasional lain, jadi bukan cuma bank daerah yang kesannya hanya sebagai bank kelas 2. Paling tidak ia akan memulai dari Bank Kalsel ini. “Memang, kalau kita mau mengadakan perubahan pasti akan ada yang terganggu kenyamanan nya, tapi itu biasa. Nah, kalau niatnya kita mau melakukan perubahan lupakan pertentangan itu. Jadi, jangan takut pada perbedaan, kalau ada ketidaksetujuan itu biasa,” tandas pria yang anakpertamanyatelah lulus Master Hukum dari Sydney ini.

Lebih jauh dijelaskan Ary, anaknya mengambil S1 di Fakultas Hukum UI, kelas internasional, juga diterima jalur undangan S1 di Unpad jurusan akutansi. Tapi akhirnya pilihan jatuh di Kelas Internasional FHUI, Lulus 3,5 tahun. Lalu kuliah S2 di Sidney, Australia, ambil hukum koorporasi Saat ini sang anak bekerja di salah satu lawfirm terkemuka di Jakarta. Anak keduanya diterima melalui jalur undangan (talent Scouting) di Fakultas Teknik UI, International double degree program.

Dalam mendidik anak-anaknya Ary juga menerapkan pola seperti orangtuanya dulu mendidik dirinya. Anak-anaknya juga diharuskan mengaji atau memperdalam ilmu agama, walau cara telah berbeda dengan jaman saat ia kecil dulu. Anak-anaknya kini mengaji di rumah dengan mengundang ustaz ke rumahnya, bukan lagi mengaji di mushola seperti Ary kecil dulu. Kemudian, anak-anaknya juga wajib olahraga, serta belajar bahasa Inggris. Kalau kesenian, misalnya musik malah anak-anaknya walau telah difasilitasi dengan alat-alat music, hanya saja anak-anaknya belum ada yang tertarik berkesenian.

Beliau sampai saat ini, masih menyempatkan waktu untuk menonton kesenian khususnya seni pertunjukan (teater), dan termasuk penonton setia Teater Koma, Jakarta.

Menurut Ary, sosok Ayahnya adalah PNS biasa tapi bertanggungjawab mendidik anak-anaknya dan sangat penyabar dan pendiam. Sedang terhadap sang ibu, Ary begitu menyayanginya. Ayah dan ibu mengorbankan kepentingan pribadinya demi sekolah anak-anaknya. Saat ibundanya masih ada, sesibuk apapun dirinya, ia selalu menyempatkan diri datang ke rumah sang ibu. Baginya surga ada di telapak kaki ibu,saya sangat meyakini ridha Allah adalah Ridha ibudan itu terbukti ketika ia menghadapi berbagai persoalan hidup selalu ada jalan keluar yang baik. “Itu yang namanya surga ada di telapak kaki ibu. Sampai suatu saat ibu bilang begini pada saya, kamu sudah nggak dosa sama ibu. Berarti ibu saya sudah benar-benar ikhlas pada saya. Ibu bilang, kamu yang mengurusi saya sampai ibu meninggal. Itu yang saya pegang. Makanya saya juga sedikit keras pada anak-anak untuk menyayangi mamanya,” tegas pria yang anak keduanya kini kuliah di tahun ke-2 di Fak Teknik UI.

Menurutnya, apa yang dilakukannya terhadap sang ibu semata-mata hanya ingin berbakti dan sekaligusingin memberi contoh kepada adik-adiknya. Dan, pelajaran penting dari ibu dan ayahnyaadalah  dalam hidup ini, harus selalu bersyukur dan mencari berkah. Kalau kemudian kita kaya itu dampak dari keberkahan yang diterima. Berkah itu artinya saat kita butuh ada, dan saat kita berlebih kita selalu bersyukur dan tidak lupa diri. Jadi, hidup itu lurus saja dan jangan rakus. “Kalau kejar duniawi maunya kita kejar terus sampai dapat.Begitu kita lihat teman kita, dia lebih kaya dari kita lalu kita iri hati, janganlah  iri hati tapi kalau buat motivasi untuk prestasi boleh,  karena rejeki sudah diatur Allah SWT, kita hanya bisa berusaha dengan selalu berdoa dan mensyukuri semua yang kita dapat, dan rezeki itu bukan hanya sekadar uang saja, tapi kesehatandan keluarga kita juga adalah rezeki yang tak ternilai nilainya, maka sempatkanlah berucap syukur kepada Allah setiap hari.” ujarnya.

http://www.bankkalsel.co.id/